NUGIE KUNJUNGI KABUPATEN KONSERVASI MALINAU
Waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi waktu Indonesia bagian tengah, ketika kendaraan double cabin bergardan ganda yang kami tumpangi mulai melaju meninggalkan pusat kota di Kabupaten Malinau. Sepanjang perjalanan Nugie, Supporter Kehormatan WWF Indonesia, selalu bercerita tentang mengapa ia begitu jatuh cinta dengan hutan Indonesia dan juga masyarakatnya. Begitu pula dengan kecintaannya dengan alam dan masyarakat di Kabupaten Malinau. Ini adalah kunjungan Nugie yang ketiga kalinya ke Malinau, kabupaten yang mendeklarasikan diri sebagai Kabupaten Konservasi pada tahun 2007 .
Nugie datang ke Malinau atas undangan WWF Indonesia untuk memeriahkan pesta Irau Kabupaten Malinau dalam rangka memperingati hari ulang tahun Kabupaten Malinau yang ketigabelas. “Saya seperti terkena sugesti yang berkembang di masyarakat Malinau, kalau sudah minum air Malinau maka pasti akan kembali lagi” demikian katanya. Kali ini Nugie datang bersama timnya Leo, Nedi dan Ardi. Mereka selalu bercanda sepanjang perjalanan yang memakan waktu kurang lebih satu jam itu. Tujuan perjalanan kami adalah desa Setulang, desa ini pada tahun 2003 mendapatkan penghargaan Kalpataru atas upaya mereka menjaga dan melestarikan hutan adat (Tana’ Olen) desa Setulang.
Sekitar pukul 10.00 kami tiba di SMPN 1 Desa Setulang, tampak beberapa pelajar sedang bersiap untuk menyambut kami, beberapa tampak memakai pakaian adat Kenyah bersiap untuk menari. Ini merupakan kejutan yang tak terduga. Begitu turun dari kendaraan kami disambut dengan tari Perdamaian dan tari Burung Enggang. Nugie dan kawan-kawan tampak antusias sekali mendapatkan sambutan seperti ini. Para pelajar tampak menari dengan gembira dan bersemangat sekali, seakan ingin menampilkan yang terbaik bagi tamu yang berkunjung.
Di dalam kelas kami masih disambut dengan sebuah tarian yang dimainkan oleh dua pelajar. Nugie pun diajak untuk menari bersama beberapa pelajar putri, dengan mengenakan kostum tari. Kami yang berada di dalam kelas tak putus-putusnya tertawa melihat gaya Nugie menari, karena dalam beberapa bagian gerakan ia membuat gaya yang aneh untuk mengejutkan penari yang lain. Tujuan utama kunjungan kami kali ini adalah untuk memberikan semangat kepada pelajar dan juga pihak sekolah untuk terus melestarikan sumberdaya alam yang mereka miliki. Memberikan dukungan terhadap perjuangan leluhur mereka dalam mengelola sumberdaya alam mereka secara bijaksana dengan kearifan lokal yang mereka miliki. Nugie berpesan kepada pelajar agar bangga dengan kehidupan mereka saat ini, karena semua yang mereka miliki tidak bisa didapatkan di kota-kota besar terutama di Jakarta.
Pada akhir pertemuan Nugie secara simbolis menyerahkan bantuan buku untuk sekolah di Jantung Borneo. Buku-buku ini merupakan sumbangan dari para pelajar dan sekolah yang dikumpulkan WWF pada saat Festival Borneo di Jakarta beberapa bulan yang lalu. Sumbangan buku-buku ini disambut gembira oleh pihak sekolah sembari menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang menyumbangkan buku-buku tersebut untuk kemajuan pendidikan di desa Setulang.
Setelah sejenak melihat Balai Adat Desa Setulang dan berkeliling desa serta menikmati makan siang yang dihidangkan oleh masyarakat, kami pun beranjak meninggalkan Desa Setulang. Tujuan selanjutnya Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) Malinau, dimana Nugie telah ditunggu untuk menyampaikan pesan-pesan kampanye publik untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Diskusi diselingi pemutaran beberapa lagu Nugie, beberapa diantara merupakan lagu baru Nugie yang belum diedarkan.
Pukul 20.30 malam, Nugie tampil di panggung hiburan Irau Kabupaten Malinau. Ini merupakan pelaksanaan Irau yang ketujuh dan dilaksanakan untuk memperingati hari ulang tahun Kabupaten Malinau yang ketiga belas. Sekitar lima buah lagu dinyanyikan oleh Nugie untuk menghibur masyarakat Malinau. Di sela-sela lagu yang dinyanyikan, Nugie tak pernah lupa menyampaikan pesan-pesan bagi masyarakat untuk selalu menjaga dan melestarikan sumberdaya alam yang mereka miliki. Nugie menutup penampilannya malam itu dengan lagu Burung Gereja, lagu yang sarat pesan kehidupan dan lingkungan di dalamnya.