KENALAN YUK! DENGAN MINYAK KELAPA SAWIT RAMAH LINGKUNGAN
Saat ini, publik masih bingung apa sih minyak sawit ramah sosial dan lingkungan? Nah, untuk menjawab hal tersebut, Yayasan WWF Indonesia memperkenalkan kembali kepada publik mengenai produk turunan kelapa sawit ramah lingkungan. Berkolaborasi dengan Super Indo, WWF-Indonesia memberikan pemahaman kepada publik mengenai peran rantai pasok kelapa sawit berkelanjutan di Indonesia.
Wujud kolaborasi tersebut dilakukan melalui kampanye publik dengan tema “Berkenalan dengan Minyak Kelapa Sawit Ramah Sosial dan Lingkungan” yang bertempat di FX Sudirman, Jakarta, 26 Juni 2023 lalu. Kampanye publik ini diisi dengan berbagai kegiatan seperti talkshow, cooking demo, serta lomba memasak yang diikuti oleh anggota komunitas bank sampah dampingan WWF-Indonesia, anggota komunitas perempuan dan komunitas peduli lingkungan di wilayah Jabodetabek, serta masyarakat umum.
Joko Sarjito selaku Deputi Direktur Climate and Market Transformation WWF-Indonesia dalam sambutannya mengatakan, “Minat masyarakat untuk membeli produk-produk berbahan dasar sawit yang ramah sosial dan lingkungan terbilang tinggi. Namun, seringkali konsumen tidak tahu di mana bisa mendapatkan produk-produk tersebut. Untuk itu, selain untuk meningkatkan kepedulian kita semua terhadap produk-produk turunan kelapa sawit yang ramah sosial dan lestari, juga untuk mendorong peran publik (masyarakat) agar mau mengonsumsi produk-produk tersebut, sehingga menjadi bagian dari gaya hidup. Maka dari itu, WWF berupaya mendukung pengelolaan sawit yang lestari dan berkelanjutan”, tutupnya.
Mengawali kolaborasi antara WWF-Indonesia dengan Super Indo dengan sesi talkshow yang dihadiri oleh Angga Pratama, Sustainable Palm Oil leader WWF-Indonesia, Ibu Yuvlinda D. Susanta selaku selaku General Manager (GM) Corporate Affairs & Sustainability PT. Lion Super Indo Super Indo, Chef Ragil Imam Wibowo (Indonesian Chef and Founder Nusa Gastronomy, @dapuragil) dan juga Tintin Rayner (Home Cooking Influencer and Author, @tintinrayner).
Salah satu narasumber dari WWF-Indonesia, Angga Pratama, Sustainable Plam Oil Project Leader WWF-Indonesia mengungkapkan, “Produksi minyak kelapa sawit yang tidak berkelanjutan banyak menggunakan pupuk yang mengandung zat kimia. Selain itu juga terdapat praktik-praktik yang mendiskriminasi masyarakat lokal atau adat. Dengan memilih produk-produk turunan sawit berekolabel, kita juga turut mendukung pengakuan terhadap hak-hak masyarakat adat atau lokal. Jika nilai ekonomi produk-produk sawit yang berkelanjutan cukup baik, tentunya itu akan berdampak positif terhadap masyarakat.”
Super Indo, sebagai salah satu supermarket yang tersebar di beberapa kota besar, merupakan ritel pertama di Indonesia yang memiliki produk minyak goreng kelapa sawit ramah sosial dan lingkungan berekolabel (RSPO label) dengan merk 365.
Yuvlinda D. Susanta selaku selaku GM Corporate Affairs & Sustainability PT. Lion Super Indo menjelaskan, Super Indo tergerak untuk menyediakan pilihan produk-produk ramah sosial dan lingkungan, salah satunya minyak goreng berekolabel, bagi masyarakat. Menurutnya, tantangan utama adalah bagaimana bisa meminimalisir perbedaan harga, karena semua yang mengikuti standar-standar global tentunya membutuhkan biaya. Jadi dari segi harga akan sedikit lebih mahal, karena dalam proses penyediaannya ada biaya-biaya tambahan jika dibandingkan dengan penyediaan minyak goreng regular.
Sedangkan menurut Chef Ragil sebagai seorang chef dan praktisi bidang kuliner. Dirinya mengatakan bahwa sudah cukup lama mengetahui mengenai minyak goreng berekolabel, namun baru 3-4 tahun belakangan ini mulai menggunakannya karena sebelumnya kesulitan mendapatkan minyak goreng tersebut. Chef Ragil mengatakan bahwa saat ini sudah beralih menggunakan minyak goreng berekolabel karena kepeduliannya terhadap para petani sawit. Ia meyakini bahwa minyak goreng berekolabel dalam proses produksinya dari hulu ke hilir sudah memperhatikan aspek sosial dan lingkungan.
“Di dunia masak-memasak profesional, belum ada aturan baku untuk menggunakan minyak goreng ramah sosial dan lingkungan. Namun di kalangan juru masak terutama yang generasi muda, kesadaran untuk mencari bahan-bahan makanan yang ramah sosial dan lingkungan sudah mulai tinggi. Hal ini dilatarbelakangi oleh mulai meningkatnya permintaan dari sebagian konsumen di kafe atau restoran untuk mengonsumsi makanan yang bahan-bahan dasarnya sudah bersertifikasi”, imbuhnya.
Tintin Rayner, selaku influencer masakan rumahan turut memberikan pandangannya. Tintin mengakui, sebelum mengikuti acara ini ia tidak mengetahui mengenai adanya minyak goreng ramah sosial dan lingkungan. Minyak goreng yang digunakannya pun merknya berbeda-beda, tidak terpaku pada satu merk.
Namun dengan mengikuti acara ini, Tintin mengaku menjadi lebih peduli dan ingin menggunakan minyak goreng berekolabel untuk masak sehari-hari, dan sebagai influencer terutama dalam bidang kuliner (home cooking), ia juga ingin turut serta mengajak followers-nya maupun orang-orang di sekitarnya agar menggunakan produk-produk turunan kelapa sawit yang berkelanjutan.
“Saya tidak keberatan kalau harus membeli minyak goreng ekolabel dengan harga sedikit lebih mahal dari minyak goreng biasa, apalagi ada dampak positif keberadaan produk tersebut terhadap aspek sosial dan lingkungan,” ungkapnya.
Dengan diadakannya kampanye publik ini, WWF-Indonesia berharap semakin banyak pihak yang sadar akan manfaat minyak sawit ramah sosial dan lingkungan, dan pemasaran produk-produk turunan sawit berekolabel di tingkat nasional semakin meluas.