MENYULAM HARAPAN UNTUK KOMODITAS BERKELANJUTAN: WWF- INDONESIA GELAR LOKAKARYA BERSAMA 60 PERUSAHAAN DI YOGYAKARTA
WWF- Indonesia kembali menggelar lokakarya Rencana Aksi Keberlanjutan yang menghadirkan pelaku industri perhotelan, restoran, UMKM, wirausaha lokal, hingga pegiat lingkungan dalam satu forum yang diadakan di PORTA by Ambarrukmo Yogyakarta. Sebanyak 74 peserta dari 59 institusi hadir, untuk belajar mengenai komoditas berkelanjutan. Tak hanya belajar, namun peserta bertukar pengalaman, membangun komitmen, dan menyusun langkah nyata menuju industri yang lebih peduli lingkungan.
Pentingnya Keberlanjutan Bagi Industri Hilir
Kegiatan lokakarya dibuka dengan penyampaian dari Angga Prathama Putra, selaku Sustainable Commodities Lead WWF Indonesia. Ia mengajak peserta untuk melihat ulang akar persoalan lingkungan dari sudut yang lebih dekat, yakni kebiasaan produksi dan konsumsi manusia. “bencana ekologis bukanlah hal yang jauh dari kota—justru masyarakat urban dan sektor hilir memiliki peran besar dalam menentukan arah perubahan.” ujarnya.
Ia menyoroti bagaimana pembukaan lahan sawit ilegal merusak hutan dan mengancam ribuan spesies langka di Asia. Tak hanya itu, sistem pangan global juga menyumbang pada transformasi lahan, krisis air, dan perubahan iklim. Sisa makanan yang terbuang, seharusnya bisa memenuhi hampir separuh kebutuhan nutrisi masyarakat Indonesia.
Solusinya tak harus kompleks. “Gunakan produk turunan kelapa sawit yang bersertifikasi berkelanjutan. Itu langkah sederhana, tapi berarti,” ujarnya. Ia juga menekankan pentingnya membangun kesadaran konsumen dan memperkuat insentif pasar agar produk ramah lingkungan semakin terjangkau dan luas digunakan.
Tak Sekadar Wacana: Strategi Nyata Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta
Banyak yang berbicara soal ekonomi hijau, tetapi Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) membuktikan bahwa mereka melangkah lebih dari sekadar wacana. Dalam paparannya, Yuna Pencawati, SE, M.Si, selaku Kepala Dinas Disperindag DIY, menjelaskan bahwa DIY telah memiliki regulasi konkret seperti Perda Ekonomi Hijau dan peta jalan pengadaan barang/jasa berkelanjutan.
Namun, aturan saja tak cukup. Pemerintah juga aktif mendorong pelatihan bagi pelaku IKM agar lebih ramah lingkungan, mulai dari pengolahan limbah plastik hingga produksi kerajinan berbahan kayu bekas. Mereka bahkan memfasilitasi alat produksi hemat energi, membangun IPAL komunal di sentra batik, dan menciptakan prototipe becak kayuh tenaga listrik. Pemerintah membuka peluang business matching dan ekspor bagi industri lokal yang mulai menerapkan prinsip hijau.
Berbagi Pengalaman dan Belajar dari Industri Hotel Berkelanjutan
Selain dari WWF- Indonesia dan Disperindag DIY, WWF Indonesia turut mengajak Reza Farhan selaku General Manager de Braga by ARTOTEL Bandung untuk membagikan cerita bagaimana industri bisa memulai menerapkan keberlanjutan bagi usaha mereka. Transformasi menuju hotel ramah lingkungan bukan perkara mudah, namun de Braga by ARTOTEL membuktikannya. Reza, menekankan bahwa keberlanjutan bukan sekadar mengganti lampu atau AC ramah lingkungan. Kuncinya justru terletak pada membangun budaya internal: menciptakan suasana yang menyenangkan (fun), menumbuhkan komitmen pribadi, dan menjalin kolaborasi.
“Kami bangun kesadaran dari tim. Kami buka ruang ide. Kami ajak semua orang untuk jadi bagian dari solusi,” ungkapnya. Hotel mereka menggunakan air limbah daur ulang untuk menyiram taman, menyaring air sendiri untuk mengurangi botol plastik, dan beralih ke gas alam yang lebih bersih.
Hotel de Braga by ARTOTEL sendiri telah menjalankan kemitraan dan komitmen dengan WWF untuk pemakaian minyak sawit berkelanjutan dalam usaha mereka. Reza percaya, kolaborasi adalah kunci, karena keberhasilan sejati bukan tentang berjalan cepat sendirian, melainkan melangkah untuk tumbuh dan mendapatkan kesuksesan bersama-sama. Tak hanya skala besar, semangat keberlanjutan juga tumbuh dari usaha-usaha kecil yang perlahan membangun dampak nyata.
Menjahit Masa Depan Industri Berbasis Kolaborasi dengan Rencana Aksi Keberlanjutan
Sebagai penutup lokakarya kegiatan, peserta diminta menyusun rencana aksi keberlanjutan masing-masing. Mulai dari pengelolaan limbah, penggunaan bahan baku bersertifikasi dan aspek lainnya.
Dari dialog, praktik nyata, hingga pertukaran ide, lokakarya ini menunjukkan bahwa transformasi industri hijau bisa dimulai dari mana saja—termasuk dimulai dari kemauan dan sinergi. WWF- Indonesia menegaskan, keberlanjutan bukan sekadar pilihan, melainkan arah masa depan industri yang perlu dibangun sejak hari ini.