MENGENAL TIM PATROLI GAJAH DI TAMAN NASIONAL TESSO NILO
Setiap 4 Oktober, World Wide Fund for Nature (WWF) merayakan Hari Satwa Sedunia atau World Animal Day. Perayaan World Animal Day mengingatkan bahwa setiap satwa memiliki peranan secara ekologi dan memberikan dampak bagi kehidupan manusia. Di Indonesia, WWF berupaya melindungi spesies terancam punah yang penting bagi ekosistem, rantai makanan, spesies yang berkontribusi menjaga stabilitas ekosistem dan regenerasi habitat, serta spesies yang mewakili kebutuhan konservasi dalam skala luas. Salah satu dari spesies tersebut adalah Gajah Sumatera.
Satwa karismatik ini memiliki peranan penting dalam regenerasi hutan. Kehadiran gajah di suatu kawasan juga menandakan tersedianya sumber daya untuk mendukung kehidupan satwa lainnya. Taman Nasional Tesso Nilo merupakan salah satu kawasan konservasi Gajah Sumatera karena memiliki habitat gajah yang relatif lebih baik dibandingkan daerah sekitarnya. Namun konversi dan fragmentasi hutan mengakibatkan gajah yang dulunya hidup dalam skala besar kini terpecah-pecah dalam kelompok lebih kecil yang dapat berpotensi memunculkan konflik antara manusia dan gajah. Selain merugikan manusia, konflik tersebut juga merugikan gajah. Untuk mengurangi gangguan gajah, tak jarang masyarakat menggunakan cara-cara yang berakibat pada kematian gajah.
Untuk mengatasi ancaman dan risiko konflik tersebut, pada tahun 2004 WWF-Indonesia bersama dengan Balai Taman Nasional Tesso Nilo membentuk Tim Patroli Gajah atau Elephant Flying Squad. Tim tersebut terdiri dari 4 gajah terlati dan 8 perawat / mahout yang bertugas menggiring gajah liar yang memasuki kebun masyarakat untuk dapat kembali ke habitatnya di Taman Nasional Tesso Nilo. Kegiatan ini juga terbukti dapat mengurangi konflik konflik yang terjadi antara gajah dan manusia sebesar 63,8% - 78,7% pada periode 2004-2010.
Kerja Tim Patroli Gajah tersebut turut didukung oleh Toyota Motor Corporation melalui kemitraan global dengan WWF dalam program “Living Asian Forest Project” yang diselenggarakan di Taman Nasional Tesso Nilo dan beberapa lokasi lainnya di Sumatera dan Kalimantan. WWF dan Toyota Motor Corporation memulai kemitraan selama lima tahun dengan tujuan untuk mempercepat transisi global menuju keberlanjutan. Melalui kemitraan ini, keduanya akan bekerja sama untuk mempromosikan konsevasi keanekaragaman hayati, meningkatkan kesadartahuan tentang lingkungan dan mempercepat perubahan menuju masyarakat bebas karbon.
Tim Elephant Flying Squad secara rutin, dua kali dalam seminggu, berpatroli ke daerah yang berbatasan dengan Taman Nasional Tesso Nilo. Para mahout yang bertugas di Taman Nasional Tesso Nilo harus menjalani pelatihan khusus sebagai mahout Elephant Flying Squad. Hal ini dikarenakan tugas dan fungsi Elephant Flying Squad yang berbeda, bukan sekedar pelatih atau perawat Gajah karena mereka juga bertugas dalam kegiatan patrol dimana mereka juga diwajibkan mengikuti pelatihan teknis terkait tugas patroli yang akan mereka lakukan. Ada 10 mahout yang bertugas di Tim Elephant Flying Squad, yakni Ruswanto, Erwin Daulay, Fikri Pohan, Junjung Daulay, Adrianto, Tengku Asril, Sari Tua, Herianto, Rozi Nurbit, dan Bagus Prayudi. Dua di antara mahout-mahout ini merupakan mahout dari anak-anak gajah Flying Squad.
Kesejahteraan dan kesehatan gajah-gajah Flying Squad yang ada di Taman Nasional Tesso Nilo sangat diperhatikan. Gajah-gajah terlatih tersebut rutin dibawa ke hutan dan tidak dikandangkan. Yang membedakannya dengan gajah liar adalah mereka memiliki jadwal latihan fisik serta jadwal patroli dua kali seminggu pada pagi hari selama dua jam setiap patroli. Untuk menjaga kualitas kehidupan mereka, gajah Flying Squad tersebut dirawat kesehatannya dengan baik oleh dokter hewan, yaitu drh. Annisa Wandha Sari. Masing-masing individu gajah anggota Elephant Flying Squad, yaitu Rahman, Indro, Ria, Lisa dan anak-anak mereka yakni Rimbani, Harmoni Rimbo, Tesso, dan Imbo memiliki rekam medis masing-masing.
Hubungan yang terjalin antara mahout, dokter hewan, dan gajah sangatlah akrab dan kuat. Hal tersebut berkontribusi pada kelancaran setiap patroli yang diadakan. Saat berpatroli, mahout dan gajahnya akan mengidentifikasi tanda-tanda keberadaan gajah liar sehingga upaya pengusiran/penggiringan ke hutan dapat dilakukan lebih awal. Tidak hanya itu, tim juga akan memantau keberadaan illegal logging dan titik api. Saat berjumpa dengan satwa lain, seperti tapir, rusa, dll, mereka juga akan mencatatnya.