MENGASAH KEMAMPUAN DAN KETRAMPILAN MELALUI TRAINING OF TRAINER VOLUNTEER WWF-INDONESIA
Oleh: Volunteer WWF-Indonesia (Kamelia Putri Utami, M. Sani Firmansyah, Tenno Mauladan Hendras, Azmi Hanif, Ryza Hanifa, Dimas Prasetyo, Priscilla Delhaye, Prima Lady, Iqbal Maulana Saputra, Joandini Asmoro, Reggy Hana Alexandra, Ratna Wati, Atri Widia Sari, Ibnu Fajar, Gama, Haris Zakian Husein)
Volunteer WWF-Indonesia merupakan frontliner bagi WWF-Indonesia. Keberadaan volunteer sangat berpengaruh bagi lembaga konservasi tertua di Indonesia ini dalam menyampaikan pesan konservasi kepada masyarakat. Melalui volunteer, masyarakat dapat lebih mengenal WWF-Indonesia beserta program dan kampanyenya secara lebih mendalam.
Peran serta volunteer WWF-Indonesia terutama dalam bidang edukasi terdapat dalam beberapa program, seperti Panda Mobile, Bumi Panda, Omah Panda, dan Environmental Education for Sustainable Development (ESD). Keempat program edukasi tersebut memiliki agenda utama berupa edukasi kepada masyarakat, khususnya kepada anak-anak terkait isu lingkungan yang tengah terjadi serta memberikan penyadartahuan tentang satwa Indonesia yang hampir punah.
Mengingat peran penting volunteer tersebut, WWF-Indonesia kembali mengadakan kegiatan Training of Trainer (TOT) pada Kamis-Sabtu,11-13 Februari 2016 silam di Guest House Kebun Raya Cibodas, Bogor, Jawa Barat. Kegiatan yang diikuti oleh 40 volunteer WWF-Indonesia tersebut merupakan sebuah bentuk apresiasi dari WWF-Indonesia kepada para volunteer. Selain untuk memberikan pelatihan kepada volunteer WWF-Indonesia, kegiatan tersebut juga dimanfaatkan sebagai media untuk mempererat keakraban antar volunteer yang datang dari berbagai latar belakang pendidikan.
Selama tiga hari dua malam, para volunteer mendapatkan pelatihan berupa materi dan ketrampilan untuk dapat menyamakan persepsi ataupun sudut pandang antar sesama volunteer terkait isu-isu lingkungan supaya nantinya mereka dapat memberikan edukasi yang baik sebelum terjun ke masyarakat. Materi yang berkaitan dengan ekosistem hutan dan laut, pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan, pentingnya air, ekologi dan keanekaragaman hayati disampaikan oleh narasumber dari WWF-Indonesia. Para volunteer juga mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan pendukung, seperti storytelling, teknik penulisan dan fotografi menggunakan kamera ponsel, serta bagaimana cara merancang permainan edukasi. Suasana berlangsung hangat. Berbagai pertanyaan bermunculan dari para volunteer untuk menggali pengetahuan lebih dalam.
Selama kegiatan berlangsung, ada salah satu agenda yang sangat disukai oleh para peserta, yaitu “Pengamatan Pagi”. Dalam kegiatan tersebut, volunteer diberikan arahan dan dibagi ke beberapa kelompok untuk melakukan pengamatan terhadap lingkungan di sekitar Kebun Raya Cibodas. Ada tiga kategori dalam agenda pengamatan tersebut, yaitu Pengamatan Mamalia, Pengamatan Air, dan Pengamatan Burung. Para volunteer dapat melihat secara langsung keberadaan aneka burung, owa, dan berbagai serangga di habitatnya. Fasilitator yang mendampingi tiap kelompok memberikan penjelasan singkat seputar kegiatan pengamatan.
Mereka juga diberi kesempatan praktek untuk merancang kegiatan yang akan disampaikan kepada publik dengan memperhatikan beberapa unsur penting, seperti tema, tujuan, usia target, sekolah, dan jenis kegiatannya. Praktek lainnya adalah membuat permainan edukasi yang temanya ditentukan. Kegiatan tersebut memberikan dampak positif terhadap kerjasama antar volunteer dan menambah wawasan dalam mengedukasi publik.
Pada hari terakhir, tiga orang perwakilan dari organisasi volunteer Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, yaitu Montana berbagi cerita dan motivasi seputar dunia volunteer. Salah satunya adalah motivasi untuk menjadi volunteer yang harus datang dari hati, dari diri sendiri.
Kegiatan TOT ditutup oleh Susilowati Lestari, Supporter Relation WWF-Indonesia. Susilowati berharap agar para volunteer semakin memiliki wawasan yang luas serta memiliki ketrampilan yang mumpuni agar dapat menjadi frontliner yang baik bagi WWF-Indonesia, khususnya bagi masyarakat. “Bukan hanya sekadar edukasi tentang lingkungan saja yang dapat dilakukan oleh para volunteer, akan tetapi pesan yang disampaikan juga harus dapat diterima dan dijalankan oleh masyarakat,” tuturnya.