MENERUSKAN KEAHLIAN CEMILAN DARI RUMPUT LAUT KHAS ALOR
Rumput laut, merupakan salah satu hasil laut yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Aneka macam pangan, kosmetik hingga obat-obatan banyak menggunakan rumput laut sebagai bahan dasar. Salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Forum Rumput Laut Alor (ForLa-Alor), memiliki Mama Agus yang lihai dalam mengolah rumput laut menjadi berbagai aneka cemilan, seperti dodol, pilus hingga jelly.
Selama tergabung dalam Jaring-Nusantara, ForLa-Alor mendirikan bisnis aneka olahan rumput laut berupa dodol, pilus, kerupuk, dan stik rumput laut dengan rasa khas Alor. Omzet yang didapat dari bisnis, digunakan untuk keperluan organisasi dan juga memberikan pelayanan kepada pembudidaya rumput di Alor untuk menjual hasil panen mereka. Mama Agus melakukan proses pengolahan hingga pemasaran seorang diri.
Ketika kesehatan Mama Agus menurun, anggota FoRLa-Alor jadi kelabakan. Karena dalam mengelola bisnis rumput laut olahan tersebut, tidak ada yang paham kecuali Mama Agus. Transfer keahlian belum sempat dilakukan kepada pengurus atau anggota yang lain, sedangkan pembuatan produk olahan tidak bisa dilakukan dengan hanya belajar secara teori saja.
Kejadian tersebut membuat FoRLa mengajukan permohonan kepada WWF-Indonesia, melalui Jaring-Nusantara untuk memfasilitasi Pelatihan Pengolahan Rumput Laut di kantor FoRLa. Selama 3 hari, 30 Maret – 01 April 2015, Yashinta Lona, Trainer Pengolahan Rumput Laut dari Sulamu membimbing FoRLa untuk melakukan praktik pembuatan 4 produk olahan rumput laut, yaitu: dodol, pilus, kerupuk dan stik rumput laut.
Belajar dari kesalahan lalu, FoRLa hanya mengandalkan satu orang sebagai pengelola bisnis ini, kali ini FoRLa mengikutsertakan enam orang anggotanya, yaitu Suhaiba Foang, Aisha Maro, Hajar Dongge, Marsalina Adang, Welmince Adang dan Octavina Duka.
Meskipun belum menghasilkan olahan yang 100% sempurna baik bentuk dan rasanya, tetapi Yashinta Lona mengatakan bahwa para peserta sudah bisa membuat olahan sendiri. Seiring dengan praktik yang dilakukan kemudian, pasti akan menghasilkan olahan yang sempurna. Sambil mengajari membuat olahan, Yashita Lona juga memberikan pengertian bahwa keahlian ini dapat menambah nilai rumput laut. Apabila suatu saat rumput laut kering jatuh harganya, mereka tidak akan terlalu khawatir, karena bisa memasarkan olahan rumput laut yang harganya lebih tinggi dari rumput laut kering.
Octavina Duka, yang akrab disapa dengan panggilan Ina akan menggawangi bisnis olahan rumput laut ini di FoRLa, menggantikan Koordinator Unit Pengolahan sebelumnya, yaitu Mama Agus. Tiga hari pelatihan, Ina sudah mampu membuat olahan rumput laut. Dalam rencana kerja selanjutnya, Ina akan bertanggung jawab penuh terhadap rumah produksi olahan. Pemasaran produk olahan pun akan dikoordinasi oleh personel yang berbeda.
Tentu saja untuk mulai merintis lagi bisnis ini, jalan yang harus ditempuh masih panjang. Selain menyiapkan produksi dan perijinan, FoRLa juga harus melakukan promosi dan penjualan produk. Dengan nilai tambah bahwa produk olahan ini berasal dari bahan baku rumput laut yang terlacak dan dihasilkan dari praktik budi daya yang bertanggung jawab, FoRLa berkeyakinan bahwa mereka dapat memperolah pasar untuk produk olahan mereka hingga ke kota-kota besar di Indonesia.
Sobat mau membantu memasarkan cemilan rumput laut khas Alor?
Penulis : Nur Ahyani - Aquaculture Fisheries Officer