MEMBANGUN PERADABAN MELALUI PENDIDIKAN
Pendidikan menjadi salah satu komponen dasar ataupun fokus pada Sustainable Development Goals 2030 (SDGs) yang disahkan sejak 25 September 2015 melalui Sidang Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Hal ini menunjukkan aspek penting dapat dicapai melalui pendidikan. Dalam sejarah peradaban dunia, perkembangan kehidupan dapat berjalan pesat setelah ilmu pengetahuan berkembang. Indonesia contohnya, sejak diterapkannya politik elit/politik balas budi oleh Belanda untuk membangun pendidikan di Indonesia, para kaum terpelajar lahir dan berkembang.
Pemikiran tumbuh subur melahirkan tokoh tokoh pembangun bangsa seperti Ki Hajar Dewantara yang juga mengenyam pendidikan di Sekolah Belanda. Hebatnya, Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang lebih dikenal dengan Ki Hajar Dewantara ini, mampu mendobrak sistem pendidikan kolonial yang hanya terbatas pada kalangan elit saja. Melalui pendirian Taman Siswa beliau dapat mengembangkan pendidikan di tanah air sehingga mampu melahirkan generasi-generasi terdidik yang berhasil merebut kemerdekaan Indonesia. Pergerakan Ki Hajar Dewantara sebagai aktivis pendidikan tentu saja tidak mudah berbagai rintangan dan tantangan terus dihadapi namun semangat juangnya terus ada. Perjuangannya, tak lekang oleh waktu. Melalui pendidikan, ilmu pengetahuan dan peradaban dapat berkembang pesat. Adapun Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Indonesia menuturkan:
“Di dalam hidupnya, anak-anak adalah tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya, yaitu alam keluarga, alam perguruan, dan alam pergerakan pemuda.”
Ki Hajar Dewantara menuturkan bahwa alam pergerakan pemuda juga menjadi salah satu pusat pendidikan. Begitu pula dedikasi beliau dalam memperjuangkan pendidikan maupun kemerdekaan menjadi cermin bagaimana ranah alam pergerakan pemuda dilaksanakan. Melalui pendidikan pula kita dapat meningkatkan manusia yang lebih berbudaya. Berbudaya dalam masyarakat maupun berbudaya dalam kehidupan. Menjaga segala aspek termasuk bumi dengan segala penghidupannya. Kerusakan mengenai tatanan sosial dan kerusakan alam menjadi tanggung jawab bersama. Permasalahan ini dapat diatasi dengan meningatkan kesadaran setiap individu melalui pendidikan untuk pembangunan yang berkelanjutan. Penggerak pendidikan dapat dilakukan oleh siapapun. Terlebih pemuda sebagai agent of changes. Sudah terbukti dalam sejarah bahwa pergerakan pemuda dapat membentuk kekuatan mendasar bagi sebuah perubahan. Pengorganisasian masa seperti budi utomo misal, ataupun penghimpunan pemuda daerah, atau bahkan generasi muda dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Meskipun tak semuanya efektif, organisasi tersebut dapat meningkatkan eskalasi pergerakan bangsa dalam satu cita-cita, menuju Indonesia merdeka. Begitu pula saat ini, setelah terjadinya berbagai kerusakan termasuk ancaman alam seperti bencana dan perubahan iklim, akibat aktivitas manusia, tentu sangat berpengaruh pada kehidupan kita. Kemerdekaan atas kerusakan yang terjadi dapat dicapai melalui penyadaran pada setiap individu. Peran pemuda dibutuhkan dalam pergerakan maupun pengorganisasian. Aktif dalam kegiatan kepemudaan baik sekadar memberikan aspirasi, maupun aksi nyata di lapangan menjadi hal yang dapat diupayakan untuk sebuah perubahan.
Keterlibatan pemuda dalam penyadaran masyarakat salah satunya tercermin pada kegiatan yang diadakan oleh WWF-Indonesia melalui Education for Sustainable Development (ESD). Dalam kegiatan ini, pemuda yang merupakan perwakilan setiap daerah diberi pemaparan materi mengenai pelestarian alam melalui pendidikan. Targetnya para pemuda dapat memberikan edukasi mengenai pelestarian alam kepada anak sekolah pada usia SD dan SMP. Pergerakannya tercermin melalui usaha mengenalkan lingkungan serta memupuk rasa memiliki terhadap lingkungannya kepada siswa. Rasa kepemilikan ini dapat menimbulkan keinginan untuk menjaga apa yang telah dimiliki, termasuk menjaga alamnya. Pengetahuan dasar mengenai alam serta segala kehidupan di sekitar dapat meningkatkan kepedulian anak juga sebagai upaya membentuk pola budaya dalam pelestarian lingkungan. Dalam memberikan pendidikan lingkungan hidup, peserta ditantang untuk menggunakan metode yang menarik sehingga memberikan hak pada siswa untuk belajar secara merdeka sesuai dengan pengajaran yang telah diberikan sebelumnya. Kegiatan ini terbukti mampu meningkatkan antusiasme siswa dalam belajar dan mengenal lingkungannya. ESD hanya satu contoh dari begitu banyak pergerakan yang dapat dilakukan pemuda untuk memberikan pencerdasan sosial. Melalui pendekatan yang sesuai, pencerdasan kepada masyarakat dapat memberikan dampak yang signifikan guna meningkakan kualitas kehidupan untuk terus membaik. Termasuk dalam merawat peradaban bumi dengan segala penghidupannya.