DEKLARASI BERSAMA UNTUK MENYELARASKAN SEKOLAH DENGAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Jakarta, 7 November 2013. Anak, pendidikan, dan pembangunan berkelanjutan merupakan tiga hal yang tidak dapat dipisahkan jika ingin membangun kehidupan berkelanjutan di masa depan. Pendidikan menjadi tumpuan harapan bagi kehidupan bumi yang lebih baik. Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan diharapkan terbangun kapasitas komunitas/bangsa yang mampu membangun, mengembangkan dan mengimplementasikan rencana kegiatan yang mengarah kepada pembangunan berkelanjut (sustainable development), yang mampu mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan, berbasis keadilan sosial dengan mempertimbangkan keseimbangan lingkungan.
Untuk mengetahui praktik-praktik pembangunan berkelanjutan yang dilakukan di sekolah, WWF-Indonesia, Yayasan KEHATI, dll mengadakan kompetisi sekolah “Bumiku Rumahku”, yakni kompetesi kegiatan-kegiatan pembangunan berkelanjutan yang sudah diterapkan di sekolah. Misalnya, kegiatan penanaman pohon khas daerah asal namun tak hanya disekolah tapi juga luar sekolah dan pemanfaatan lainnya dari pohon tersebut.
“Program-program yang diajukan dalam kompetisi ini sangat menarik, dan dapat diterapkan secara luas,"" tutur Nyoman Iswarayoga, Direktur Komunikasi WWF-Indonesia. Lanjut Nyoman, ”Kompetisi ini sangat baik untuk proses kognisi anak-anak dalam mengenal lingkungannya masing-masing dan mulai dapat menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Harapan kami, ke depan program ini dapat menjadi awal bagi penerapan pembangunan berkelanjutan di seluruh sekolah di Indonesia.""
Dalam kompetisi yang berlangsung selama 6 bulan ini, ada sekitar 63 proyek untuk setingkat SD dan SMP yang mendaftar, peserta berasal dari Sabang hingga Merauke. Dari semua program yang disampaikan, pantia membaginya dalam 2 kategori, yakni Kategori 1 untuk usia 10 – 12 tahun, dan Kategori 2. Usia 13 – 15 tahun. Dari masing-masing kategori akan dipilih lima nominator untuk mengikuti Konferensi Anak & Remaja Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan Tingkat Nasional 2013.
Banyak pihak di masyarakat, seperti lembaga swadaya masyarakat dengan dukungan lembaga donor dan/atau perusahaan, membuat model penerapan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan, seperti di Kawasan Jantung Kalimantan (Heart of Borneo/ HoB) memiliki modal sosial dan modal sumber daya alam (SDA) yang sangat tinggi, dan juga secara historis dan efektif saling terkait untuk menciptakan kondisi pengelolaan SDA secara berkelanjutan di wilayah tersebut. WWF Indonesia sejak 2008 telah melakukan penerapan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan melalui pendekatan secara menyeluruh ke sekolah (whole school approach) di berbagai kabupaten, seperti Kutai Barat, Katingan, Murung Raya, Barito Utara, Gunung Mas, Kapuas Hulu, Melawi, dan Sintang. Beberapa sekolah mendapat pendampingan yang cukup intensif.
Sudah hampir memasuki tahun kesembilan dari Dasa Warsa (DESD), penerapan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan secara nasional masih berupa noktah-noktah kecil yang tersebar tidak merata di seluruh pelosok Nusantara. Dengan kompetisi ini diharapkan noktah-noktah akan menjadi satu garis jelas arah pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Catatan Editor:
- Sejarah perkembangan ESD di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup. ESD merupakan upaya mengubah perilaku masyarakat dengan menanamkan nilai-nilai tentang penghargaan terhadap : (1) Martabat dan HAM untuk semua orang dan komitmen pada keadilan sosial dan ekonomi , (2) Hak generasi masa depan dan pertanggungjawaban antar generasi, (3) Kepedulian bagi kehidupan yang lebih luas dengan melibatkan perlindungan dan pemulihan pada ekosistem bumi, dan (4) Keragaman budaya dan komitmen untuk membangun secara lokal dan global sebuah budaya toleransi, anti kekerasan dan perdamaian.