LOKALATIH DAN BERBAGI PENGETAHUAN SURVEY BADAK SUMATERA
Oleh: Hijrah Nasir
Sebagai satwa purba kharismatik yang terancam punah di alam, badak sumatera mengalami ancaman kepunahan karena berbagai faktor. Fragmentasi habitat, perburuan dan perdagangan cula, serta adalah beberapa hal yang menjadi ancaman kepunahan mereka. Sayangnya, salah satu permasalahan konservasi badak sumatera adalah adanya ketidakpastian status populasi di tiga bentang alam utama habitat badak yakni di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Way Kambas dan Kawasan Ekosistem Leuser.
Untuk meningkatkan kepedulian publik tentang konservasi badak sumatera, maka tanggal 22 September setiap tahunnya, seluruh dunia memperingati World Rhino Day. Bertepatan dengan Hari Badak Dunia 2017, WWF didukung oleh Tropical Forest Conservation Action (TFCA) mengadakan kegiatan Lokalatih dan Berbagi Pengetahuan Survey Badak Sumatera yang berlangsung di resort Way Kanan, Taman Nasional Way Kambas, Lampung. Kegiatan yang berlangsung dari tanggal 18 – 23 September 2017 ini diikuti oleh peserta dari 3 landscape utama untuk konservasi badak di Sumatera yakni Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Way Kambas, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Adapun lembaga yang hadir sebagai peserta, antara lain Forum Konservasi Leuser, Yayasan Leuser Indonesia, Petugas Balai Taman Nasional Leuser, Petugas Taman Nasional Way Kambas, staff Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, WCS, YABI, ALeRT, dan tim lapangan WWF Indonesia.
Tujuan dari pelatihan ini adalah berbagi pembelajaran dari survei lapangan yang telah dilaksanakan oleh tim survey badak Sumatera di tiga bentang alam di Sumatera yakni Eksosistem Leuser, Bukit Barisan Selatan dan Way Kambas, serta meningkatkan kapasitas tim lapangan untuk melaksanakan survey standar dalam monitoring badak sumatera. Hal itu dilakukan dengan memastikan pemahaman serta kemampuan tim survey untuk mengenali tanda-tanda keberadaan badak Sumatera dan dapat membedakan tanda keberadaan badak Sumatera dengan satwa lainnya khususnya tapir.
Meskipun beberapa lembaga telah menyusun Buku Panduan Survey dan Monitoring Badak Sumatera pada tahun 2014, tim merasa perlu melakukan penerapan yang lebih baik terhadap metode survey untuk peningkatan efektivitas survey untuk menghasilkan data yang lebih valid. Pertemuan tim lapangan dari beberapa lembaga di 3 landscape ini menjadi momentum yang sangat penting untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman mengenai survey badak sumatera di landscape masing-masing.
Terkait dengan urgensi konservasi badak sumatera di Indonesia, maka pada Desember 2016, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjuk tim panel expert yang terdiri dari Dr. Ir. Moh. Haryono, M.Si dari Direktorat KKH, Prof. Dr. Gono Sumiadi dari Pusat Penelitian Biologi LIPI, Drs. Hario Tabah isono dari FFI-IP, dan Dr. Sunarto dari WWF-Indonesia. Tim panel expert memberikan rekomendasi tentang upaya yang harus dilakukan untuk konservasi badak sumatera di masing-masing landscape. Pelatihan ini merupakan tindak lanjut dari rekomendasi tim panel untuk survey yang lebih akurat.
Hadir sebagai narasumber dalam pelatihan ini antara lain dari tim panel expert, Dr. Ir. Moh. Haryono, M.Si, Prof. Dr. Gono Sumiadi, dan Dr. Sunarto. Narasumber lainnya antara lain dari Direktur Yayasan Badak Indonesia, Widodo Ramono, dari LIPI Muh. Zein, Yuyun Kurniawan dan Drh. Kurnia Oktavia dari WWF-Indonesia, serta Koman Liyo dari BASARNAS.
Kegiatan ini berlangsung selama seminggu. Selama Tiga hari peserta mendapatkan materi tentang penyegaran metode survey occupancy dan camera trap dan praktek occupancy, camera Trapping dan pengenalan jejak badak sumatera, pengantar navigasi & teknik hidup di alam, pengantar Survey genetik (DNA) dan praktek pengambilan sample genetik (DNA & eDNA) berupa fecal DNA dan DNA air dari kubangan badak. Selain mendapatkan materi, tim juga melakukan kunjungan ke Sumatran Rhino Sanctuary TNWK untuk melihat dan mempelajari badak sumatera secara langsung. Selanjutnya selama dua hari tim melakukan praktek lapangan beregu terintegrasi dengan melakukan survey occupancy, camera trap, serta pengambilan sample DNA air kubangan badak. Praktek lapangan yang dilakukan di wilayah Tiger Elephant Rhino Monitoring Area (TERMA), Taman Nasional Way Kambas ini merupakan penerapan dari materi dan praktek dari survey badak sumatera yang dilakukan. Setelah praktek lapang, masing-masing tim mempresentasikan hasil temuan di lapangan dan mulai menyusun rencana tindak lanjut yang akan dilakukan oleh masing-masing landscape berdasarkan hasil rekomendasi dari tim panel expert.
“Tim survey merupakan ujung tombak dalam konservasi badak sumatera karena mereka yang akan menghasilkan data dan informasi untuk menentukan arah kebijakan konservasi satwa tersebut. Motivasi dan kapasitas tim merupakan kunci keberhasilan kegiatan survey.” Ucap, Sunarto Ph.D selaku tim panel expert badak sumatera.
Pelaksanaan Lokalatih dan Berbagi Pengetahuan Survey Badak Sumatera diharapkan bisa meningkatkan kapasitas tim survey dan menjadi momentum untuk saling berbagi informasi dan pembelajaran antar stakeholder demi penguatan upaya konservasi badak sumatera. dan melalui perayaan World Rhino Day diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dan semangat dari semua pihak untuk upaya konservasi badak sumatera yang lebih baik.