LANGKAH AWAL PT. HATINDO SUKSES MAKMUR DAN PT. 168 BENOA SEBAGAI ANGGOTA SEAFOOD SAVERS
Oleh: Muhammad Maskur Tamanyira (Capture Fisheries Program)
Sebagai anggota Seafood Savers, PT. Hatindo Sukses Makmur (HTM) dan PT. 168 Benoa (168) bekerja sama dalam memenuhi rencana aksi yang dimiliki untuk memulai perputaran roda perbaikan perikanan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) di Sendangbiru, Malang. Lokasi tersebut merupakan salah satu sumber ikan untuk unit pengelolaan mereka. Sebagai langkah awal, HTM dan 168 menyelenggarakan satu hari pelatihan pada hari Senin, 2 November 2015, yang bertajuk “Sosialiasi Kualitas Tuna Standar Ekspor dan Ketersediaan Sumber Daya Berkelanjutan”. Target peserta kegiatan ini adalah nelayan pancing ulur yang berada di Sendangbiru.
Materi dari kegiatan ini terbagi menjadi dua topik utama yakni mengenai kualitas tuna yang baik dilihat dari sudut pandang unit pengelola ikan dan eskportir serta pelatihan singkat mengenai dokumen Better Management Practices (BMP) Perikanan Tuna dengan Pancing Ulur, yang dikeluarkan oleh WWF-Indonesia. Acara ini dihadiri oleh 27 peserta kegiatan yang mewakili pemerintah (DKP, dan Pengawas Pelabuhan), Pemerintah Desa (Koperasi Unit Desa Mina Jaya), Aparat Penegak Hukum (Polair dan staf Pos AL) serta para nelayan dan pengepul yang mewakili pelaku utama aktivitas perikanan tuna di tempat ini. Goentoro Soepardi, selaku kepala Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap yang mewakili pemerintah setempat, membuka kegiatan dengan menyampaikan apresiasi kepada pihak swasta yang berinisiatif menunjukkan perhatiannya langsung kepada nelayan. Kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian materi mengenai standar tuna yang baik, dilihat dari sisi unit pengelola oleh Komang Sri Maharani, selaku Manager Marketing HTM. Dalam kesempatan tersebut dijelaskan mengenai bagaimana perusahaan menilai kualitas tuna, dan jenis hasil tangkapan yang akan mereka terima. Informasi ini diharapkan meningkatkan pemahaman nelayan mengenai penanganan tuna yang baik, dari penanganan pertama hingga ke pengolahan. Selain itu, kebijakan pihak pengolah akan permintaan produk > 20 Kg diharapkan dapat menyampaikan pesan kepada nelayan untuk mengurangi penangkapan tuna juvenile.
Kegiatan dilanjutkan dengan pelaksanaan uji awal (pre-test) BMP, guna melihat tingkat pemahaman para peserta kegiatan mengenai praktik perikanan pancing ulur tuna yang ramah lingkungan. Pre-test lalu dilanjutkan dengan materi mengenai praktik perikanan yang baik dan sesuai dengan BMP, yang disampaikan oleh Muhammad Maskur Tamanyira dari WWF-Indonesia. Pentingnya para nelayan untuk melengkapi perihal administrasi, logbook dan izin armada di Pelabuhan Perikanan Pondokdadap, Jawa Timur juga tersampaikan dalam kegiatan tersebut.
Pemutaran video mengenai penanganan tuna yang ideal yang dilakukan armada berskala industri berhasil meningkatkan keterlibatan peserta dalam diskusi. Joni dan Heri, pengepul lokal dari Sendangbiru yang juga menjual ikan tuna ke unit pengelolaan di Jawa Timur dan Bali, menanyakan kemungkinan penanganan tersebut dapat diterapkan pada armada kecil. Hal ini menjadi berkaitan karena adanya keterbatasan ruang kerja di armada tuna yang ada di Sendangbiru dengan ukuran 7-17 Gross Tonnage (GT). Maskur merekomendasikan pilihan terbaik untuk armada skala kecil adalah memastikan tuna sudah mati dengan menusuk otak tuna dan membuat lumpur es (chiller). Sebagian besar nelayan yang hadir turut berpendapat bahwa tuna tidak dapat dipastikan mati sebatas dengan memukul kepala ikan. Terdapat beberapa kejadian dimana hasil tangkapan ditemukan masih bergerak di geladak kapal, atau di dalam tempat penyimpanan. Kondisi tersebut dapat menyebabkan daging ikan tuna pecah dan mengurangi nilai jual.
Diskusi mengenai penanganan ikan di atas kapal menjadi penutup pelatihan BMP. Sebelum menuju akhir kegiatan, uji akhir (post-test) dilaksanakan untuk mengukur tingkat pehamanan peserta terhadap seluruh materi yang disampaikan. Hasil perhitungan menunjukkan peningkatan nilai rata-rata peserta sebesar 3,4%, dimana hasil pre-test sebesar 56,46%, naik menjadi 59,96% pada post-test. Penutupan kegiatan dilanjutkan dengan makan siang bersama seluruh peserta dan perwakilan perusahaan. Harmoni yang dibangun ini semoga dapat bermanfaat untuk perbaikan perikanan, baik untuk kebutuhan perusahaan selaku anggota Seafood Savers dan seluruh pemangku kepentingan perikanan tuna sirip kuning di Sendangbiru.