KOMITMEN BRUNEI, SEBUAH KEKUATAN BAGI HOB
Komitmen Brunei untuk Inisiatif Heart of Borneo (HoB) kembali disampaikan pada pertemuan international para kepala negara Commonwealth di Sri Lanka baru-baru ini yang dihadiri oleh Yang Mulia Sultan dan Yang Di-Pertuan Brunei Darussalam. Pada kesempatan itu Sultan menyebutkan bahwa kerjasama dengan negara tetangga Malaysia dan Indonesia melalui Inisiatif HoB merupakan bagian dari kontribusi Brunei terhadap mitigasi efek global dari perubahan iklim.
Menteri Pembangunan Pehin Dato Haji Suyoi bin Haji Osman menyuarakan kembali janji negaranya di COP19/CMP9 di Polandia, “… Kami meneruskan komitmen kami untuk mengimplementasikan Inisiatif HoB, dimana kami telah menetapkan 58% dari wilayah hutan kami untuk dilindungi – sebuah inisiatif yang sangat kami banggakan yang juga telah ditonjolkan oleh pemimpin kami, Yang Mulia Sultan Brunei, pada pertemuan pemimpin negara-negara Commonwealth di Sri Lanka. Kami ingin melihat Warsawa sebagai titik penting untuk pelaksanaan keputusan ... ""
Kepemimpinan yang kuat sebuah contoh untuk diteladani
Sekilas balik ke waktu yang lalu, adalah Brunei Darussalam yang menjadi tuan rumah dari sebuah lokakarya yang menjadi batu pertama, di tahun 2005, membawa ketiga negara di Borneo – Indonesia, Malaysia dan Brunei – bersama untuk pertama kalinya mendiskusikan HoB dan masa depannya. Tidak lama berselang sejak ditandatanganinya Deklarasi HoB di tahun 2007, kembali Brunei menjadi tuan rumah untuk pertemuan trilateral yang pertama kalinya sejak Deklarasi.
Pada tahun 2011 pertemuan tingkat tinggi antar menteri yang mewakili Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines-East Asean Growth Area (BIMP-EAGA) menyuarakan dukungannya untuk konservasi dan pembangunan berkelanjutan di HoB. Akhirnya pada tahun 2013, Brunei Darussalam memimpin penyelenggaraan pertemuan trilateral yang menghantarkan terbaruinya komitmen untuk Inisiatif HoB, yang disampaikan dalam Pernyataan Bersama Bandar Seri Begawan. Pernyataan tersebut disampaikan oleh perwakilan negara setingkat menteri, untuk yang pertama kalinya setelah Deklarasi 2007.
Di bawah Inisiatif HoB Brunei, pembangunan kehutanan merupakan wewenang dari rezim pengelolaan berkelanjutan Brunei dan prinsip pembangunan berkelanjutan melalui Dewan Nasional HoB (HoB National Council), yang terdiri dari berbagai kementerian terkait yang dibentuk atas restu Yang Mulia dan yang merefleksikan dukungan Yang Mulia untuk mewujudkan visi HoB.
Kepemimpinan Sultan telah menjadi dasar yang kuat bagi kebijakan konservasi di Brunei. Kepemimpinan yang kuat dari Sultan Brunei Darussalam dan jajaran pemerintahannya memainkan peran yang penting dalam membawa HoB menjadi sebuah inisiatif konservasi unggulan di negara tersebut dan bahkan di antara ketiga negara Borneo.
Aneta Nikolova dari UN ESCAP menyatakan mengenai HoB dan Brunei,”bagi kami, Brunei adalah jantung Borneo, dan Borneo adalah paru-paru Asia Pasifik. Hutan tropis terakhir yang ada di wilayah kita yang terjaga baik dan upaya dari Sultan dalam hal ini merupakan teladan yang luar biasa bagi keseluruhan wilayah.”
Kecil namun sangat berarti
Hutan Brunei dikenal sebagai yang terjaga baik di kawasan, dengan tujuh tipe hutan termasuk hutan lahan gambut, menjadikan Brunei sebuah negara yang unik, karena dikelilingi oleh varian hutan yang dekat dengan ibukota negaranya. Berkisar sekitar 90.000 hektar, hutan lahan gambut Brunei meliputi 20% dari keseluruhan wilayah di bagian timur Distrik Belait dan pinggiran kanopinya menjadi batas fisik yang alami yang membagi wilayah Brunei, di Distrik Belait dengan Malaysia di Miri atau Baram di Sarawak.
Perlindungan hutan lahan gambut Belait memiliki nilai penting secara global, karena berperan sebagai serapan karbon, sehingga menjadi penting dalam rangka mitigasi perubahan iklim, dan mungkin menjadi hutan lindung terbaik di seluruh dunia pada jenis tersebut.
Sebagai negara dengan luasan sebesar 576.532 hektar, sebuah sumber lahan yang terbatas, tentu menjadi sebuah tantangan yang besar bagi Brunei Darussalam dalam menggalakkan pembangunan berkelanjutan. Meski pada saat ini Brunei mengandalkan pendapatan dari minyak dan gas alam, dan bahwa eksploitasi hutan dalam skala besar masih belum dibutuhkan, Brunei sangat menyadari bahwa pembangunan yang tidak tepat semata karena alasan ekonomi akan dapat mengakibatkan dampak kerusakan yang sangat cepat bagi keseluruhan ekosistem, dan hilangnya keuntungan jangka panjang di masa depan.
“Karena itu pembangunan kehutanan harus mengikuti rezim pengelolaan berkelanjutan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan melalui Dewan Nasional HoB,” ujar Mahmud Yussof, CEO Heart of Borneo Centre.
“Kita mendorong pendidikan lingkungan hidup dan penyadartahuan, dengan fokus pada program penjangkauan masyarakat termasuk di dalamnya pelestarian kearifan masyarakat adat. Kita menyadari hal-hal tersebut sangat esensial untuk efektivitas perlindungan wilayah hutan Brunei.
Kita perlu meyakinkan bahwa perlindungan hutan Brunei, sebagai kekayaan nasional, sesungguhnya merupakan pembangunan ekonomi itu sendiri. Di dalam konteks pendekatan ekonomi berbasis ekosistem, pembayaran karbon dari hutan ini bisa menjadi suatu sumber pendapatan yang mendukung upaya diversifikasi ekonomi negara. Di samping itu, masyarakat lokal dapat menikmati manfaat dari tata kelola konservasi, karena keanekaragaman hayati dari satwa seperti mamalia, burung, anggrek, serangga dan amfibi di kawasan hutan dapat menjadi daya tarik yang kuat bagi para wisatawan alam dan siapapun yang memiliki antuasiasme terhadap alam. Aktivitas semacam ini akan menjadi tambahan pendapatan bagi masyarakat lokal,” jelas Yussof lebih lanjut.
Menumbuhkan dukungan kalangan muda Brunei
Pada bulan September, International School of Brunei mendonasikan $30.000 untuk mendukung program HoB untuk rehabilitasi hutan berbasis masyarakat di Brunei Darussalam. Lebih dari satu juta pohon telah ditanam di Brunei di bawah Inisiatif HoB, dan HoB menjadi platform yang penting dalam membangun kesadartahuan dan advokasi konservasi alam.
ISB merupakan pendukung aktif Inisiatif HoB dan telah banyak terlibat dalam aksi konservasi lokal yang digagas oleh HoB Brunei, yaitu Program “Penanaman Satu Juta Pohon” yang tidak saja bertempat di Brunei, tetapi juga diperluas untuk membantu program yang sama di Sabah dan Sarawak, Malaysia. Kegiatan ini merupakan bagian dari kampanye global dari United Nations Environment Programme (UNEP) yaitu Kampanye “Satu Milyar Pohon”.