KOLONI RAYAP DI HUTAN TROPIS
Oleh: Diah R. Sulistiowati
Cobalah sesekali anda masuk hutan, kemudian tutup mata anda, apa yang anda rasakan? Coba biarkan semua indra Anda bekerja. Telusuri indra penciuman anda, rasakan sensasinya, pastinya bau tanah basah akan merayap menelusuri relung-relung indra penciuman, terus ke syaraf sensorik akhirnya otak anda akan menyimpulkan itu adalah bau tanah khas hutan tropis. Ketika masuk hutan, indra perasa akan pastikan anda mencium aroma khas seperti bau kayu dan tanah. Aroma tadi berasal dari pohon dan tanah, serangga kecil rayap memunculkan aroma khas hutan tropis. Tapi prosesi tersebut secara langsung dan tak langsung di bantu oleh rayap.
Di Indonesia, yang merupakan daerah tropis memiliki hutan terluas didunia, serangga rayap berperan penting sebagai pengurai di hutan tropis tersebut, mereka bersarang dalam tanah terutama dekat pada bahan organik yang mengandung selulosa seperti kayu, serasah dan humus, spesies rayap termasuk golongan “daur ulang” sebab mereka bisa menguraikan zat-zat yang sudah mati menjadi sesuatu yang bmakhluk hidup perombak bahan mati yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi kelangsungan kehidupan dalam sebuah ekosistem hutan.
Memang kelihatan begitu sederhana, kita bisa bayangkan apa jadi nya hutan tanpa rayap, maka hutan akan dipenuhi dengan tumpukan daun (serasah) dan akibatnya bisa saja membuat mati penguhuninya yaitu satwa besar lainya karena tidak bisa beraktivitas, ini lah salah satu peran serangga memberikan keuntungan pada satwaliarnya di hutan, bahkan pohon pohon dapat hidup karena daun dibawahnya telah terurai dengan baik.
Hanya dengan mengurai daun (serasah) dan memungkinkanenguntung satwa lain untuk hidup nyaman, mereka bertugas membersihkan sampah dedauan dan kayu tumbang di hutan, hasil dari daun dan kayu tersebut teresktraksi menjadi humus membuat tanah hutan tropis subur. Mereka merupakan konsumen primer dalam rantai makanan yang berperan dalam kelangsungan siklus hidup di hutan dan menghasilkan beberapa unsur penting seperti karbon dan nitrogen.
Rayap secara alami juga membantu membentuk proses siklus air tanah di hutan dengan membuat lorong atau rongga tanah, hingga jatuhnya air hujan masuk ke tanah, karena bantuan rayaplah air hujan di hutan bereaksi secara alami dan masuk ke dalam tanah, hingga air tanah dapat disitribusikan bagi bagi tanaman hutan dan adanya simpanan air tanah.
Manurut Pakar Rayap Indonesia dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Dr.Syaukani, 2012, beliau mengatakan bahwa untuk menentukan umur dan kualitas sebuah Hutan tropis dapat di identifikasi oleh jenis rayap yang ada di dalam nya, hingga bisa mengetahui berapa ratus tahun jenis umur hutan tersebut, rayap bisa menjawab hal tersebut , apakah umur hutan tua atau muda , rayap dapat menyibak sejarah hutan tersebut, berapa ribu tahun silam, Sangat dianjurkan untuk meneliti hutan baik biodiversitas dan kualitas hutan maka diperlukan studi rayap sebagai indikator.
Menurut Pakar serangga Collin 1983, Wood dan Sand 1978, menyebutkan bahwa rayap merupakan spesies antrophoda terpenting sebagai bahan pengahancur (decomposer) di ekosistem hutan tropis, disebutkan bahwa jumlah spesies rayap dengan biomasa yang dihasilkannya serta keragaman dan kemampuan memakannya sangat erat hubungannya dengan kualitas tanah di hutan tropis, dengan keragaman pakannnya khusunya tanah dan kayu menghasilkan kunci efektif bagi hutan dengan biodiversitas tinggi.
Migrasi Serangan
Ketika hutan terdegradasi hutan berubah fungsi maka binatang terkecil pun seperti spesies rayap menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dulu mereka makan serasah dan kayu pohon dan berganti pola makan, mereka akan memakan beton, kayu bangunan hingga perabotan rumah tangga bahkan rayap menyerang lahan pertanian dengan merusak tanah pertanian,
Merurut Pakar Rayap Emerton 1955, diperkirakan terdapat 550 spesies rayap didunia, dan di Indonesia yang memiliki kekayaan hutan tropis terdapat sekitar 120 spesies rayap merupakan hama, sedangkan di negara kita dari kurang lebih 200 spesies yang dikenal baru sekitar 20 spesies yang diketahui berperan sebagai hama perusak kayu serta hama bagi tanah di lahan pertanian.
Mungkin tak ternilai berapa kerugian akibat dari serangan rayap, Rayap adalah perusak kayu dan bangunan yang terbuat dari bahan berselulosa seperti mebel, kertas dan benda-benda seni. Kerugian yang ditimbulkan akibat serangan rayap ini pada bangunan perumahan di Indonesia pada tahun 1995 mencapai Rp. 1,67 triliun per tahun, bahkan pada tahun 2005 diperkirakan mencapai Rp. 224 - 238 triliun (Prasetiyo dan Yusuf, 2005)
Dapat diibaratakan daya dobraknya melebihi gajah, seperti diketahui gajah hanya menyerang rumah petani di desa dipinggiran hutan, tapi coba bayangkan berapa dahsyatnya serangan rayap didesa dan perkotaan serangan dibangun secara perlahan tapi sangat merusak, dengan berkoloni rayap mampu menembus permukaan tanah bahkan rayap untuk mencapai kayu sasarannya, mereka dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa cm, menyerang bangunan, sehingga menimbulkan banyak kerugian secara ekonomi. Koloni rayap dalam tanah bisa berjumlah ratusan ribu hingga jutaan rayap serangan perlahan tapi menghancurkan dan merugikan manusia.
Belum banyak cara efektif pencegahan dan pengendaliannya, karena semakin lama rayap dibiarkan dilingkungan, maka semakin besar kemungkinan mereka membuat kerusakan, Rayap selalu dikaitkan dengan “Perusak Rumah dan Bangunan ” keberadaannya sangat mengganggu dan dengan gerakan komunitinya dapat meruntuhkan bagian rumah atau gedung,
Indonesia adalah Negara rawan bencana berada di Jalur Api (Ring of Fire) rawan terjadi gempa bumi, maka kestabilan bangunan dan rumah akan lebih mudah hancur dan ditambah factor serangan rayap yang secara tak langsung berperan merusak kayu dan struktur beton dan bangunan dan membuat bangunan dan rumah keropos.
Hutan merupakan rumah alami rayap, ratusan jenis rayap berproses di hutan, dengan maraknya deferorestasi dan beragam jenis pembukaan hutan di Indonesia maka rayap pun berdaptasi, bermigrasi ke kKota, dulu fungsinya sangat baik bagi ekosistem sebagai pengurai (decomposer ) hutan kini berubah. Kayu - kayu yang digunakan di kota bersumber dari hutan kembali diincar oleh rayap, dimana ada kayu disitu ada rayap.
Menurut Soedjito (1998), hutan alami lebih stabil dan tahan terhadap gangguan luar daripada hutan tanaman jenis tunggal, juga tahan terhadap gangguan api, penyakit dan hama serangga, dengan adanya jenis yang beraneka ragam, memungkinkan banyak pula fauna yang bisa hidup di dalamnya. Beberapa jenis burung adalah pemangsa serangga perusak, sehingga kalaupun terjadi serangan hama tidak cepat tersebar luas.
Rayap akan terus merusak, rayap terus membangun sarang sarang di kota dan desa,mereka hidup dapat hidup di Tiang tiang, plafond dan dinding -dinding rumah serta dibawah tanah lahan pertanian masyarakat, kesemuanya akan dirusak, sebenarnya rayap hanya memakan kayu dan tanah dengan kandungan tertentu, pada fitrahnya rayap akan selalu menyerang karena kayu dan tanah
Dengan menjaga hutan dan masih adanya hutan di Indonesia maka serangga rayap pada posisisinya sebagai pengurai utama (decomposer) di hutan dan dengan masih adanya hutan juga tentu tidak merugikan masyarakat kita, peran penting hutan tropis Indonesia tidak bisa dilihat dalam satu faktor saja yaitu Ekonomi, tapi peranan hutan Tropis Indonesia merupakan multi fungsi dan kompleks, Pembukaan hutan akan memberi dampak negatifve bagi lingkungan sekitar, peranan hutan Indonesia adalah menjaga manusianya dari bencana – bencana yang akan di timbulkannya.