KITA SEMUA BODOH, KATA 'AGE OF STUPID'
Oleh Armando Siahaan
Pada 2055, dunia ini akan berada di ambang kepunahan. London tenggelam, Las Vegas tertelan pasir pasir, peningkatan suhu membuat Melbourne terbakar dan Taj Mahal yang perkasa runtuh. Dan ini semua berkat kau, bodoh!
Dan tebak siapa yang ""bodoh"" di sini? Kita. Ya. Kamu, aku, dan semua orang lain yang hidup di dunia sekarang ini.
Ini adalah pesan dibalik film garapan Franny Armstrong awakener, ""The Age of Stupid"" sebuah film dokumenter drama yang dipenuhi animasi tentang umat manusia yang mengabaikan dan pasif terhadap bencana gelombang dahsyat akibat perubahan iklim.
Pemenang Oscar Pete Postlethwaite mememerankan lelaki tua yang mengumpulkan arsip. Dia Orang terakhir di bumi dan tinggal di Skandinavia, dalam sebuah menara futuristik yang menyimpan sisa-sisa planet yang hancur masa lalu.
Dengan menggunakan layar sentuh sistem arsip, dia membalik melalui materi digital yang terdiri dari rekaman sebenarnya, laporan media dan wawancara dengan para pakar dari masa lalu, mengajukan pertanyaan: ""Mengapa tidak kita menyelamatkan diri kita ketika kita punya kesempatan?""
Film berdurasi 89 menit ini cerdas dan provokatif. Enam kisah nyata diramu dengan cerdik dan saling berkaitan.
Alvine DuVernay tinggal di New Orleans. Ketika Badai Katrina menghantam kota, ia menyelamatkan lebih dari 100 orang dengan menggunakan perahu sendiri. Pahlawan kota ini bekerja di perusahaan minyak Shell dan dirinya menyesal bekerja untuk perusahaan yang sangat merusak lingkungan.
Lafeya Malemi adalah wanita Nigeria yang menerima bencana ekonomi yang disebabkan operasi pengeboran Shell.
Kehadiran perusahaan raksasa di negaranya menggambarkan ""kutukan sumber daya"" di mana suatu negara menjadi miskin karena kekayaan sumber daya alam dieksploitasi ke luar.
Lafeya yang berjuang menjadi mahasiswa kedokteran berusaha mencari ikan di sungai yang tercemar minyak. Harapannya hasil tangkapannya bisa dijual dan bisa membiayai dia kuliah di kedokteran. Ironisnya, dia ingin kaya untuk menjalani kehidupan seperti orang Amerika.
Anak-anak Irak Jamila dan Adnan Bayyoud pindah ke Yordania sebagai pengungsi perang. Mereka melihat ayahnya terbunuh selama invasi AS ke negara mereka. Sekarang, mereka menjual sepatu bekas dari Amerika Serikat untuk mencari nafkah, tetapi mereka marah jika melihat orang Amerika dan mereka mengatakan akan membunuhnya. Film berpendapat bahwa alasan perang adalah minyak.
Fernand Pareau adalah pria berusia 82 tahun yang bekerja sebagai pemandu gunung es. Dia menyesalkan pemanasan global telah menyebabkan pencairan gunung gletser, hingga memaksa penambahan tangga lagi untuk pendaki mencapai permukaan yang lebih dingin yang mulai surut.
Lalu ada dilema jeh Wadia, pengusaha India yang lincah, yang bercita-cita mendirikan sebuah maskapai penerbangan rendah anggaran untuk membuat perjalanan udara yang dapat diakses untuk semua. Pengusaha Mumbai percaya ambisi akhirnya menghapuskan kemiskinan di India.
Tapi Keberhasilan Jeh ditentang aktivis lingkungan Piers Guy, yang berpendapat bahwa perjalanan udara penyebab utama pemanasan global. Guy adalah pengembang pertanian angin yang mencoba menekan para tetangganya membangun turbin ramah lingkungan, tetapi usahanya ditentang penduduk karena takut akan merusak pandangan mereka dan mengurangi nilai properti.
Setiap cerita menarik dan bergerak sendiri. Kunci film ini merangsang perdebatan tentang isu-isu lingkungan, termasuk konsumerisme, emisi karbon dan pemanasan global, serta minyak sebagai penyebab banyak konflik global.
Film Armstrong ini kuat karena mengandung segudang informasi yang disajikan dalam laporan berita mosaik, klip dari grafik dan statistik, wawancara dengan para pakar dan sindiran dalam animasi. Film dokumenter yang luar biasa ini memiliki kekuatan membuat orang memikirkan kembali karena terlalu sering santai menghadapi masalah.
Film ini memang banjiri informasi tapi diperburuk kurangnya alur cerita yang koheren.
Namun, film ini bukan sekadar menghibur penonton. ""The Age of Stupid"" menyadarkan bahwa hari kiamat sudah dekat, kecuali jika Anda bertindak. Sekarang.
Free screening
Waktu : Sabtu, 17 Oktober 2009
Pukul : 17.30 WIB
Tempat : Taman Proklamasi
Jl. Proklamasi No. 1
Jakarta Pusat