HARI 8-9: MENUTUP PERJALANAN DI SEKITAR ALOR
oleh Nara Wisesa
Saya merasa capek sekali dari penyelaman kemarin. Hari ini saya bangun jam 7 dan kapal sudah berada di pesisir barat Pulau Pantar tapi menjauh ke selatan dari tempat menyelam kemarin. Saya pun bersiap-siap untuk menyelam dan ber-buddy dengan Tano. Saya memperhatikan bagaimana dia tetap tenang ketika mengambil data. Buoyancy saya pun akhirnya membaik, paling tidak lebih baik daripada kemarin. Kadang-kadang kami merasakan arus kuat, tapi yang tidak enaknya lagi adalah arahnya yang terus berganti, kadang dari belakang, kadang dari depan. Ini pengalaman pertama saya menghadapi arus Alor jadi butuh waktu untuk menyesuaikan diri. Sebelum menyelam saya membawa notepad tahan air untuk belajar mengambil data tapi saya belum bisa. Kembali di kapal Menami, Tim A berbagi cerita kalau mereka melihat white tip shark waktu menyelam.
Setelah selesai tugas di Pantar, kapal Menami berangkat menuju Kangge, sebuah pulau di barat Pantar. Pemandangan indah dengan rerumputan hijau dan pepohonan yang subur dilengkapi dengan batu kapur menyambut kami. Perairannya pun sangat jernih sehingga bisa melihat pasir dan karang di bawah permukaan. Pulau ini berada di sebuah selat antara Pantar dan Lembata yang menyebabkan arus di sini amat kencang. Tim berhasil menemukan sebuah tempat di mana arus di air yang lebih dalam terasa lebih aman. Walaupun begitu, arus di permukaan air tetap kencang jadi ketika selesai menyelam pun para anggota diver harus berpegangan pada buoy agar tidak terbawa arus atau menunggu sampai kapal kecil datang menjemput. Sambil menunggu mereka sampai di kapal, kami sempat melihat seekor penyu yang tampaknya sedang beristirahat di permukaan air kira-kira 5 menit lamanya. Mungkin ia pun berlindung dari kuatnya arus di samping Menami.
Pemberhentian selanjutnya adalah Pulau Kambing di selatan Kangge. Untuk ke sana kami menerjang arus lagi. Kami juga mengalami beberapa ‘gyre’, bahkan awak kapal pun merasa trip ini seperti melawan arus sungai. Selain ini, kami juga dihadapkan dengan ombak tinggi sewaktu mencari lokasi survey. Tim A memutuskan untuk menyelam tidak jauh dari Menami di mana ombaknya tidak begitu deras. Saya mengikuti Tim B agak jauh dari kapal dan menghadang ombak untuk sampai di tempat yang agak terlindungi. Keputusan ini pun terbalas ketika kami menemukan kondisi karang yang sangat baik dan penuh ikan. Bahkan giant trevally ada di perairan ini. Partner kami dari DKP menjelaskan sebelum daerah ini masuk dalam area inti, ikan dari sini sering ditangkap oleh pemancing professional. Saya berhasil mengoleksi data untuk pertama kalinya, arus pun mendukung dan saya mengikuti Tano. Pekerjaan ini ternyata tidak semudah yang saya pikirkan. Saya cuma bisa melakukan survey di satu transek sebelum sadar kalau saya ketinggalan jauh. Jadi, saya mengejar Tano sebelum melanjutkan survey. Paling tidak saya sudah bisa membedakan tipe-tipe karang dan tahu sebagian besar karang di sini terdiri dari encrusting, submassive, dan mushroom coral yang menandakan adanya efek dari ombak atau arus keras. Ini menghambat pertumbuhan branching dan table coral sehingga mereka tidak bisa tumbuh besar. Waktu di jalan menuju lokasi survey, kami melihat banyak sekali kambing yang sibuk melahap rumput. Kapal kecil menunggu selama kami menyelam hari itu dan waktu kami selesai melakukan survey kami, ternyata Tim A sudah menunggu kami di pantai dekat lokasi survey. Arus di lokasi mereka ternyata terlalu kencang jadi mereka hanya sempat melakukan survey di 4 transek dan menyudahi penyelaman mereka.
Selesainya menyelam di Pulau Kambing, kami berlanjut ke Pulau Rusa, pulau yang lebih besar ukurannya dan berada di barat Pulau Kambing. Kami tiba sekitar jam 5 sore jadi kami memutuskan untuk mengeluarkan jangkar dan menyelam esok hari saja. Habis itu kami meminta izin kapten untuk meminjam kapal kecil untuk mengunjungin pantai pasir putih di Pulau Rusa. Pak Mus juga bergabung dengan kami. Setelah berfoto-foto, kami menyebar di pantai dan menikmati matahari terbenam. Kami menemukan jejak kaki rusa di pantai. Waktu saatnya pergi, ombak pun mulai bertambah kuat dan kapal kecilnya kesulitan menghampiri kami di pantai. Untungnya ada 1 ombak yang membantu mendorong kapal kecilnya, kami pun segera naik dan kembali ke Menami. Perjalanan pendek untuk kembali ke Menami juga tidak tenang, akibat dari hentakan ombak, kami sebuah jadi terguyur air laut dari kepala sampai ujung kaki. Tutus terpaksa melindungi kameranya agar tidak basah. Malam harinya kami tidak begitu produktif. Gara-gara ombak, banyak dari kami yang jadi mabuk laut. Tapi saya berhasil tidur dengan nyenyak malam itu. Paginya tim penyelam menuju Pulau Rusa di mana kondisinya mirip dengan lokasi kemarin. Karangnya terbilang baik walau pun masih ada beberapa spot yang rusak. Arusnya juga tidak begitu terasa karena tim menyelem saat slack tide (sebelum pasang/surut mulai berganti).
Setelah selesai menyelam di Pulau Rusa, kami kembali ke pesisir selatan Pantar untuk menyelam 1 kali lagi di Tanjung Soyang. Arus di sini ternyata sangat ekstrim dan tim hanya berhasil menemukan 1 lokasi menyelam. Ke dua tim menyelam bersama, 1 tim mengoleksi data dan lainnya menjadi buddy. Sisanya menunggu di permukaan laut. Setelah semua tim tiba di kapal, kami mengucapkan selamat tinggal kepada Alor. Semoga tidak ada pengalaman buruk yang mengikuti kami di Flore Timur.
Menami kemudian melanjutkan ke Flores Timus lewat jalur selatan, melewati sisi selatan Pulau Lembata. Kami memilih lewat selatan karena di utara kondisinya tidak mendukung, seperti yang kami alami di hari 2. Jalur selatan ini terkenal dengan adanya sperm whale yang jumlahnya tidak sedikit. Mengetahui ini, kami berjaga-jaga selama perjalanan, siapa tahu bisa melihat ikan paus. Sayangnya sampai matahari terbenam kami belu berhasil menemukan satu pun. Tapi, paling tidak kami melihat lumba-lumba. Saya juga sempat melihat beberapa dengan binocular dan kalau dilihat dari ukuran dorsal finnya, saya menduga yang saya lihat adalah pilot whale. Kami akhirnya tiba dengan selamat di Larantuka sekitar jam 10 malam. Sampai jumpa Alor dan Hello Flores!