EKSPEDISI KEI BESAR III : OHOI LEROHOILIM, SASI PASIR PANTAI DAN WISATA BARU
Oleh Christian Novia N.H
Masih ingat dengan ohoi di Kei Besar yang bernama Lerohoilim?. Ohoi Lerohoilim merupakan salah satu ohoi yang dikunjungi oleh tim ekspedisi Kei Besar November lalu.Lerohoilim terletak di pesisir barat Pulau Kei Besar Kabupaten Maluku Tenggara. Kurang lebih enam kilometer dari Elat, ibukota kecamatan Kei Besar. Transportasi dari Elat ke Lerohoilim dapat ditempuh menggunakan kendaraan umum atau ojek dengan waktu tempuh kurang lebih 20 menit.
Lerohoilim juga memiliki sistem petuanan yang meliputi empat dusun (Ohoi Soa) dan satu desa induk (Ohoi Orang Kai). Ohoi Soa tersebut adalah Ohoi Soa Karkarit, Ohoi Soa Daftel, Ohoi Soa Udar dan Ohoi Soa Harangur. Menurut cerita dari masyarakat hal inilah yang menyebabkan kampung mereka disebut Lerohoilim atau matahari lima desa. Di bagian pesisir, petuanan ini berbatasan dengan Ohoi Werka di Tanjung Batu Putih, dan berbatasan dengan Ohoi Elat di Pulau Kelapa.
Desa ini terbagi menjadi dua bagian yaitu kampung atas dan kampung bawah. Disebut demikian karena lokasi kampung atas berada di dataran yang lebih tinggi dibandingkan kampung bawah. Kampung atas terdiri atas Karkarit, Daftel dan Lerohoilim sedangkan kampung bawah terdiri atas Udar dan Harangur. Penduduk kampung atas mayoritas beragama Kristen sedangkan kampung bawah mayoritas beragama Islam. Meskipun memiliki perbedaan keyakinan, pada saat kegiatan kampung kedua komunitas ini selalu berbaur tidak terlihat ada kecanggungan.Hal tersebut terlihat ketika tim Ekspedisi melakukan diskusi grup, perwakilan masyarakat baik dari kampung bawah maupun kampung atas secara aktif saling melengkapi informasi yang ditanyakan oleh anggota tim ekspedisi.
Sebagian besar penduduk desa Lerohoilim bermata pencaharian sebagai petani. Kebun masyarakat tersebar di sekeliling kampung dengan hasil kebun antara lain pisang, embal, jagung, singkong dan ubi. Aktivitas masyarakat di laut biasanya hanya untuk memenuhi kebutuhan protein sehari-hari, tidak untuk dijual. Aktivitas pun hanya dilakukan di area terumbu karang dekat daratan. Biasanya masyarakat memancing atau mencari biota-biota laut seperti kerang, teripang atau rumput laut. Kegiatan ini biasa disebut bameti yang dilakukan oleh masyarakat baik laki-laki maupun perempuan. Meskipun sebagian besar masyarakat desa ini petani, namun yang istimewa tim POKMASWAS desa ini pernah mewakili provinsi Maluku di tingkat nasional pada tahun 2010. Meskipun saat ini aktivitas tim POKMASWAS “Lair Taran” sudah berkurang karena keterbatasan dana dan sarana namun hasilnya masih nampak hingga sekarang.
Pantai desa Lerohoiilim yang bersih dan berpasir putih merupakan satu-satunya desa di pesisir barat yang menjadi tujuan wisata masyarakat lokal di Kecamatan Kei Besar. Pasir pantai dengan panjang kurang lebih 1,7 kilometer ini dianggap sangat penting oleh masyarakat Lerohoilim sehingga masyarakat sepakat untuk menetapkan sasi terhadap pasir pantai. Kesepakatan ini berawal dari aktivitas penambangan pasir yang pernah dilakukan bertahun-tahun yang lalu mengakibatkan abrasi yang cukup parah.
Menurut informasi dari masyarakat, kelompok turis dari Belanda, Prancis dan Italia secara berkala datang ke Lerohoilim untuk berlibur. Kelompok turis ini akan tinggal di rumah-rumah penduduk selama dua sampai tiga hari. Biasanya para turis ini akan diantar menggunakan perahu dayung untuk berenang atau snorkeling di area karang. Tetapi banyak turis yang kecewa karena melihat banyaknya terumbu karang yang rusak.
Dengan berbekal cerita dari masyarakat mengenai kondisi terumbu karang tersebut, tim ekologi melakukan kegiatan survei manta tow di sepanjang Petuanan Lerohoilim. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebagian besar terumbu karang rusak dan patah. Namun demikian masih dijumpai beberapa spot lokasi dengan tutupan karang hidup tinggi (lebih dari 55%) yaitu di depan kampung besar (Lerohoilim), depan Tanjung Elat dan bagian barat Pulau Kelapa. Hasil pengamatan ini diharapkan dapat membangkitkan semangat masyarakat untuk menjaga sisa terumbu karang di wilayahnya. Sebab di antara hamparan patahan karang ternyata masih ada beberapa titik terumbu karang yang dapat menyebarkan bibit planula karang ke area di sekitarnya.