FENOMENA LANGKA, HIU MEGAMOUTH TERDAMPAR DI ALOR
Awal Agustus (4/8/2017) lalu, masyarakat Desa Nur Benlelang, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kabupaten Alor, digemparkan dengan temuan sesosok ikan raksasa di pesisir pantai. Wilayah ini termasuk dalam Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Suaka Alam Perairan (SAP) Selat Pantar dan Laut Sekitarnya.
Pasangan suami istri Wilson Osingmahing dan Sarci Aumani menemukan biota tersebut dalam perjalanan menuju Desa Likuwatang. Mereka melaporkannya pada penduduk, dan diteruskan pada Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Alor dan WWF-Indonesia.
Dari hasil investigasi lebih lanjut, diketahui ikan tersebut merupakan jenis ikan hiu megamouth (Megachasma pelagios). “Jajaran giginya yang kecil dan tajam, bertumpukan satu sama lain dengan jumlah 50 baris gigi, mencirikan ikan hiu megamouth,” tegas I Made Dharmajaya, Alor – Flores Timur Marine Protected Area (MPA) Site Coordinator.
Menurut The International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List – daftar merah perlindungan spesies, hiu megamouth hidup pada kedalaman 1500 meter di bawah laut di seluruh perairan tropis dunia. Karena kemunculannya yang sangat jarang, biota ini termasuk ke dalam kategori “least concern” pada tahun 2015. Sebelumnya, tergolong dalam “data deficient” karena minimnya perjumpaan sejak ditemukan tahun 1976 silam.
Saat terdampar, ikan yang awalnya diduga sebagai paus ataupun dugong ini dinyatakan masih bergerak dan masih menggelepar – tanda masih adanya upaya untuk kembali ke laut. Namun, ketidakpahaman masyarakat berujung pada kematian bagi biota ini.
Salah satu nelayan setempat menyatakan bahwa ikan hiu megamouth ini awalnya terlihat dalam kondisi “sakit” dan mengapung di tubir karang. Masyarakat berdatangan, beramai-ramai menarik ikan tersebut ke darat. Namun, mereka tidak dapat mengangkat biota tersebut karena terlalu berat, dengan kondisi pantai yang bertebing dan berbatu. Tanpa memahami jenis dan status perlindungan hiu megamouth tersebut, setelah air surut, mereka memotong ikan tersebut hidup-hidup.
Sebagian masyarakat memandang ikan tersebut masuk dalam golongan hiu yang laku dijual siripnya. Rezeki dari Tuhan, demikian anggapan mereka. Sekitar 5-7 warga memotong dan menyimpan sirip, daging, dan gigi ikan. Daging dan hati dikonsumsi oleh masyarakat. Hati dijadikan minyak, sementara dagingnya diasinkan.
Sirip ditawarkan untuk dijual di salah satu toko di Kalabahi, ibukota kabupaten, yang dahulu pengepul sirip hiu, namun tidak laku dan akhirnya dibuang ke laut.Nelayan sempat menawarkan untuk membayar gigi ikan tersebut yang telah dikeringkan dengan harga sukarela, putus asa tidak ada pembeli baik sirip maupun gigi.
Selang satu minggu sebelumnya (25/07/2017), penyelam di bagian barat dataran Flores digemparkan dengan kehadiran ikan serupa. Dilansir Fox News, keberadaan hiu megamouth berhasil diabadikan oleh seorang penyelam wanita mancanegara, Penelope Bielich, saat menyelam di Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur. Masyarakat dibuat penasaran dengan perawakan biota bawah laut yang menyeramkan dan kehadirannya yang sangat langka.