EKSPEDISI KEI BESAR II : OHOI-OHOI BESERTA KEUNIKANNYA
Oleh Nara Wisesa
Ekspedisi Kei November lalu sedang dilakukan penyusunan laporan hasil dan temuan oleh UNPATTI. Sebelumnya sudah dipaparkan penemuan sistem pengelolaannya, kali ini simak keunikan enam ohoi (desa) yang dikunjungi oleh tim ekspedisi:
1. Ohoi Werka
Tradisi dan adat di ohoi ini terasa masih sangat kuat karena Werka merupakan sebuah ohoi raat (desa raja) yang mengepalai petuanan Lor Lobaay. Ketika kami mengunjungi Werka, kawasan meti (pasang-surut/intertidal) yang terletak di depan ohoi sedang di-sasi.Di desa ini ada seorang warga yang telah berhasil menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat desa lainnya dengan membuat usaha perikanan lepas pantai menggunakan bagan. usaha ini dilakukan di luar kawasan meti sehingga tidak terpengaruh sasi.
2. Ohoi Ler Ohoilim
Sasi terhadap sumber daya laut sudah lama tidak diterapkan di LerOhoilim, kecuali sasi terhadap pasir pantai yang dahulu banyak ditambang untuk mendukung pembangunan di Elat dan mengakibatkan abrasi yang sangat parah. Berkat sasi pasir, kondisi pantainya yang sangat indah kini mulai pulih. Pantai yang indah ini dengan dukungan warganya yang ramah menjadi potensi yang sangat besar bagi Ler Ohoilim untuk bisa menjadi salah satu obyek tujuan wisata utama di Kei Besar. Di LerOhoilim juga ada usaha budidaya mutiara yang dimiliki oleh sebuah perusahaan swasta.
3. Ohoi Nerong
Yang unik dari ohoi ini adalah usaha budidaya rumput laut yang didukung oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) cukup berhasil sehingga banyak penduduk Nerong yang kini berprofesi sebagai petani rumput laut. Sementara di Werka maupun LerOhoilim, usaha tersebut kurang sukses. Selain itu, Nerong juga unik karena pesisirnya didominasi oleh bakau. Saat kami mengunjungi Nerong, sasi terhadap pemanfaatan teripang (Holothuroidea) dan lola (Trochusniloticus) dan di desa tersebut baru saja dibuka setelah sebelumnya berlaku sejak tahun 2006
4. Ohoi Sather
Ohoi ini terletak di pesisir timur kecamatan Kei Besar Selatan dan merupakan salah satu Ohoi terbesar dengan penduduk terbanyak di Kei Besar. Mitologi desa ini menceritakan mengenai sekelompok ikan yang selalu bisa ditemukan di perairan desa ini sepanjang tahun, yang mungkin merepresentasikan adanya lokasi pemijahan (SPAGs) ikan di dekat ohoi ini. Hal ini didukung oleh pengamatan tim uji lapangan yang mengamati sejumlah schooling (kelompok) ikan di sekitar ohoi ini.
5. Ohoi Banda Eli
Banda Eli merupakan Ohoi yang didominasi masyarakat yang dahulu bermigrasi dari pulau Banda, sehingga tradisi, adat, dan dialek di ohoi ini agak berbeda dengan ohoi-ohoi lain di Kei Besar. Banda Eli terkenal sebagai penyedia ikan pelagis ke ohoi-ohoi lain di pesisir timur Kei Besar. Selain itu, Banda Eli juga terkenal sebagai pusat pengrajin tembikar dan “emas kei” (sejenis logam amalgam yang digunakan sebagai perhiasan di Kei). Pesisir Ohoi ini tidak memiliki tutupan bakau, karena pada dahulukala hutan bakau yang ada telah dibabat habis oleh leluhur masyarakat untuk mencegah musuh bersembunyi pada masa ketika perang antar suku masih sering terjadi.
6. Ohoi Watlaar
Ohoi Watlaar juga merupakan sebuah ohoi raat, tetapi sejak meninggalnya bapak raja yang lama, ohoi ini masih mengalami proses transisi. Pada saat kami di Watlaar, sasi terhadap lola, batulaga (semacam abalon), dan teripang telah berlangsung selama empat tahun. Walaupun ukuran dan jumlah sumber daya tersebut sudah mencukupi, tetapi sasi belum dibuka karena harga pasar sedang kurang optimal. Menurut masyarakat, bila nanti sasi dibuka, hasil penjualan sumber daya tersebut akan dibagi secara merata kepada seluruh masyarakat (termasuk janda, duda, anak yatim, dan anak muda yang belum kawin), sementara daging lola dan batu laga akan menjadi hak untuk dikonsumsi oleh para penyelam yang mengambil.