CATATAN #XPDCMBD: DESA JERUSU DAN DUSUN KOUR YATUNA
Penulis: Nara Wisesa (WWF-Indonesia)
Desa Jerusu adalah pusat Pemerintah Kecamatan Pulau Romang. Kecamatan ini baru berdiri sehingga infrastruktur pendukung pemerintahan belum tersedia. Desa Jerusu juga menjadi desa induk bagi tiga dusun, yaitu Akualu, Kour Yatuna, dan Rumah Kuda. Selain Jerusu, ada dua desa lain di Pulau Romang, yaitu Desa Hila dan Desa Solat, yang mana mayoritas penduduknya berasal dari Pulau Kisar.
Ketika Tim Darat datang, sepanjang pantai di depan Desa Jerusu tertutup karang cukup padat dengan air laut yang mulai surut, sehingga kapal cepat yang ditumpangi cukup kesulitan mencari ‘jalan masuk’. Pantai Desa Jerusu juga dilindungi tembok laut untuk mencegah abrasi akibat gelombang. Menurut penduduk setempat, saat musim timur, gelombang di daerah ini cukup kuat.
Fakta penting yang kami ketahui ketika memasuki desa ini adalah orang yang diperbolehkan untuk menjadi Kepala Desa (Kades) Jerusu adalah yang memiliki garis turunan langsung keluarga raja. Saat ini, fungsi posisi raja juga dipegang oleh kades.
Masyarakat Desa Jerusu banyak yang bermata pencaharian sebagai petani lading atau berkebun, yang sewaktu-waktu dapat melaut atau menjadi nelayan, bila dibutuhkan. Ikan hasil tangkapan sulit untuk dijual atau dipasarkan, sehingga menangkap ikan masih lebih menjadi kegiatan untuk memenuhi menu makan sehari-hari. Kebetulan sekarang sudah menjelang musim hujan, warga desa pun jarang atau bahkan tidak melaut dan memfokuskan diri untuk mempersiapkan ladang dan kebun mereka masing-masing.
Di Desa Jerusu, Tim Darat membagi diri menjadi dua kelompok, yaitu Tim A – beranggotakan Nara dan Vero (WWF-Indonesia) serta Igna dan Hakim (KKP) – dan Tim B yang berangkat mengambil data ke Dusun Kour Yatuna.
Proses diskusi kelompok terarah dan pemetaan cepat di Desa Jerusu berjalan cukup baik. Peserta yang hadir jumlahnya cukup optimal, yaitu sekitar 11 orang, walaupun percakapan didominasi oleh kaum pria. Namun disela-sela diskusi kelompok terarah ada seorang pria yang mengaku berasal dari lembaga legislatif kabupaten, yang berbicara cukup vokal sehingga membuat para peserta diskusi lainnya menjadi kurang aktif.
Saat proses diskusi kelompok terarah di Desa Jerusu sedang berlangsung, Tim B masih harus menempuh jarak yang cukup jauh dengan berjalan kaki ke Dusun Kour Yatuna.
Dusun Kour Yatuna adalah salah satu dusun di bawah Desa Jerusu. Tim B yang mengambil data sosial dan perikanan di dsusun ini adalah Hellen (Unpatti), Novi (WWF-Indonesia), Budi (KKP), dan Niar (IPB). Mereka menemukan satu hal menarik di dusun ini, yaitu sebagian besar warga Kour Yatuna adalah produsen madu hutan. Para anggota Tim Darat membeli produk madu hutan tersebut dengan jumlah yang cukup banyak, untuk dibawa pulang. Hitung-hitung, pembelian ini dapat mendukung kemajuan usaha kecil masyarakat setempat.
Karena Tim B menempuh jarak cukup jauh ke dusun ini dengan berjalan kaki, maka saat selesai mengambil data, mereka dijemput langsung oleh kapal cepat yang sudah ditumpangi oleh Tim A. Saat perjalanan kembali ke Seven Seas secara bersama-sama, Tim Darat berjumpa dengan sekelompok lumba-lumban spinner(Stenella longirostris) sedang bermain di area berarus di perairan di antara Desa Jerusu dengan Dusun Kour Yatuna. Menakjubkan!