CATATAN DARI LEADER WWF HOB GLOBAL INITIATIVE - FEBRUARI 2014
Oleh: Dr Thomas Maddox
Seiring berjalannya tahun yang baru, masa depan kerja konservasi WWF di Borneo menjadi semakin jelas. Pada tahun 2014 ini kita telah menetapkan tiga isu kunci: kebutuhan untuk koordinasi yang lebih baik antar berbagai proyek WWF yang berjalan di seluruh Borneo; perlunya para pimpinan WWF di tingkat proyek/lokal ini untuk membangun kepemilikan yang lebih jelas terhadap program; serta perlunya beberapa klarifikasi antara proyek-proyek di dalam dan di luar batas kawasan Heart of Borneo. Pada akhir tahun 2013 telah ada persetujuan awal terhadap strategi baru untuk program WWF di Borneo yang berupaya menjawab ketiga tantangan tersebut. Tahun ini telah terbangun pendekatan aksi yang baru dan terkoordinasi, yaitu dengan adanya beberapa posisi baru yang diberi mandat secara resmi, belum pernah terjadi sebelumnya, di kedua kantor Indonesia dan Malaysia; serta kerja sama para ahli GIS-nya memberikan dukungan teknis bagi kebutuhan GIS ketiga negara dan kelompok kerja perencana tata ruang.
Pengelolaan sumber daya WWF yang lebih baik harus memaksimalkan dampak yang dihasilkannya pada skala lanskap, sebagai bagian dari solusi. Secara global, persepsi dari pentingnya isu lingkungan dan sejauh mana isu tersebut sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari (bukan sekedar bonus yang disyukuri manakala kondisi ekonomi sedang bagus) semakin meningkat, tapi sering kali kita maju satu langkah namun mundur dua langkah. Kunjungan Sekretaris Negara Amerika Serikat ke Indonesia baru-baru ini menjadi kesempatan untuk merilis pernyataan-pernyataan yang kuat dan sangat menarik terkait perubahan iklim belakangan ini… tetapi pada saat yang sama media massa baik di Indonesia maupun di negara saya di Inggris didominasi dengan warta seputar dampak dari banjir. Sementara banjir bisa saja berkaitan atau tidak berkaitan dengan perubahan iklim, tentu saja ini berkaitan dengan pengelolaan lingkungan. Kedua negara tengah berfokus pada proses pengendalian banjir yang sedang terjadi (dan pada kompetensi relatif atau kalau tidak pada para politikus yang bertanggung jawab dengan itu), sedikit perhatian dicurahkan pada faktor-faktor penyebabnya. Perencanaan kota, kebijakan pertanian, pengelolaan hutan dan air, semua memainkan peran yang penting, yang dalam jangka panjang mempengaruhi kemampuan lanskap untuk menghadapi persoalan banjir. Kegagalan kedua negara dalam memahami dampak lingkungan dari semua faktor yang hakiki tersebut telah mengakibatkan bencana banjir yang terjadi saat ini, dan tanggung jawab ini bergantung pada suksesi para pembuat kebijakan, tidak hanya pada pemegang kekuasaan saat ini.
Borneo kaya akan sumber daya alam. Sumber daya ini menjadi sebuah penggerak penting bagi pembangunan di seluruh Borneo tetapi juga menjadi kunci bagi Pulau Borneo untuk dapat merespon dan mengurangi perubahan dan kejadian di masa datang, apakah itu cuaca yang tidak jelas ataupun perubahan-perubahan permanen terkait dengan iklim. Sebagaimana banjir yang terjadi di Jakarta dan Somerset, banyak dari dampak lingkungan terhadap sumber daya di Borneo yang dapat diamati pada daeah aliran sungai dan sistem sungainya. Tapi tentu saja itu kembali kepada para penentu kebijakan saat ini untuk memahami nilai-nilai lingkungan ini sebagai nilai ekonomi langsung bagi mereka. Kembali kepada mereka untuk mengatur persoalan kehutanan, pertanian dan pembangunan yang memungkinkan pembangunan Borneo yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya saat ini, tanpa mengorbankan kesejahteraan generasi-generasi Borneo yang akan datang.