BUMI PANDA BERIKAN EDUKASI TENTANG SAMPAH MELALUI DISKUSI DAN AKTIVITAS RECYCLING
Oleh: Sani Firmansyah & Natalia Trita Agnika
Selama dua hari, tim Bumi Panda WWF-Indonesia diundang oleh SOS Children Village Lembang dan HSBC untuk memberikan edukasi kepada masyarakat dan anak-anak di sekitar Lembang tentang sampah. Pada hari pertama, Sabtu (12/12), kegiatan diskusi dilakukan bersama para ibu rumah tangga yang didampingi para voluntir dari HSBC. Diskusi kelompok berlangsung dengan hangat. Dari diskusi tersebut dapat diketahui permasalahan timbulan sampah yang ada di sekitar rumah warga. “Di sekitar rumah kami, belum ada petugas yang rutin mengangkut sampah. Kebanyakan, sampah tersebut dibakar oleh warga atau malah dibuang ke sungai,” ujar Nina, salah seorang warga.
Tim dari Bumi Panda kemudian memberikan informasi tentang hubungan sampah dan konservasi. Sebuah solusi mudah pun dibagikan kepada para peserta diskusi, yaitu dengan memilah sampah mulai dari rumah masing-masing. Sampah dipilah terlebih dahulu antara sampah organik dan sampah anorganik. “Sampah organik bisa dimanfaatkan menjadi pupuk kompos. Sedangkan sampah anorganik dimanfaatkan dengan cara didaur ulang. Selain memilah sampah, kebiasaan lain yang harus ditanamkan adalah mengurangi penggunaan kantong plastik. Kita dapat menggantinya dengan menggunakan tas kain yang dapat digunakan secara berulang,” terang Sani Firmansyah dari Bumi Panda.
Pada keesokan harinya, Minggu (13/12), informasi tentang sampah dan lingkungan hidup disampaikan kepada anak-anak di sekitar Lembang melalui beragam kegiatan menarik. Salah satunya adalah dengan menonton film “Petualangan Banyu di Negeri Sampah”. Film ini mengisahkan tentang perjalanan sampah, sejak dari dibuang ke tempat sampah hingga ke tempat pembuangan akhir. Anak-anak juga mengetahui dampak membuang sampah sembarangan terhadap lingkungan, misalnya banjir dan berbagai wabah penyakit. Semua anak menyimak film tersebut dengan khidmat, terlebih saat bercerita tentang proses daur ulang sampah.
Usai menonton film, anak-anak bermain engklek. Permainan tradisional ini bukanlah permainan biasa karena di dalamnya terdapat informasi kaitan antara kebiasaan membuang sembarangan sampah plastik terhadap menurunnya populasi penyu. “Sampah plastik yang terbawa ke laut sering dikira sebagai makanan oleh penyu laut karena bentuknya seperti ubur-ubur. Ketika dimakan, sampah plastik itu akan membuat penyu tersedak dan mati,” terang Melly, salah seorang voluntir dari Bumi Panda.
Banyaknya informasi tentang sampah dan lingkungan hidup membuat anak-anak makin menyadari pentingnya menjaga lingkungan. Karena itu, mereka sangat antusias saat diajari cara mendaur ulang kardus bekas menjadi sebuah bingkai foto. Hasil kreasi mereka dihias dengan sangat menarik. Suasana bertambah semarak ketika masing-masing anak diminta untuk melakukan pengamatan di lingkungan sekitar dan mencoba permainan “Polisi Hutan dan Pemburu”. Gelak tawa pecah saat mereka beradu cepat memasang dan melepas kain sebagai simbol polisi yang mengejar pemburu.
Melalui berbagai aktivitas selama dua hari tersebut, tim dari Bumi Panda berharap supaya masyarakat dan anak-anak di sekitar Lembang dapat turut menjaga lingkungan mereka dan memulai gaya hidup ramah lingkungan.