BIJAK PILIH SEAFOOD, TANYA ASAL USULNYA
Bagi sebagian orang, mengonsumsi seafood adalah hal rutin yang harus dilakukan. Tapi pernahkah terpikir populasi dan juga cara mengkap seafood tersebut? Jangan-jangan selama ini seafood yang dikonsumsi itu mengalami penurunan populasi, atau sudah ada peraturan yang melarang untuk mengonsumsinya. Mungkin juga selama ini seafood yang banyak tersajikan di rumah makan ditangkap dengan cara yang merusak, bom misalnya, pukat harimau, atau racun sianida? Hingga ekosistem sekitar menjadi korbannya.
Kenikmatan mengonsumsi seafood memiliki sensasi tersendiri, bisa juga mencapai foodgasm. Tetapi harus disadari bahwa beberapa spesies ikan sedang berada dalam kondisi penurunan populasi, seperti tuna dan pari. Adapula spesies yang sudah memiliki peraturan perlindungan, yaitu Dugong, Penyu dan lumba-lumba memiliki arti benar-benar tidak boleh dikonsumsi.
Lalu sisanya boleh dikonsumsi bebas dong? Tahan dulu, meski yang lain masih dalam status aman tetapi perhatikan lagi cara tangkapnya merusak atau tidak.
Lobster dan kerapu misalnya, kebanyakan ditangkap dengan cara menyemprotkan racun. Bahan kimia yang berbahaya tersebut dapat merusak terumbu karang dan juga satwa laut lainnya. Udang yang ditangkap menggunakan jaring pukat yang merusak ekosistem dasar laut. Ditambah lagi berbagai jenis ikan karang yang menjadi favorit banyak orang seperti kakap, kerapu, baronang, ekor kuning, kambing-kambing dan butana, ditangkap dengan menggunakan bahan peledak yang menghancurkan karang sampai puluhan tahun ke depan.
Seafood Guide : Panduan Bijak Pilih Seafood
Seafood Guide hadir sebagai panduan praktis dan bijak dalam memilih seafood. Diterbitkan pertama kali pada tahun 2005 dan terus diperbaharui hingga 2011, panduan berukuran kecil ini disebar kepada publik dan juga dapat diunduh dengan bebas.
Panduan ini berisi daftar ikan yang dijumpai di peraiaran Indonesia dengan petunjuk warna merah: hindari, kuning: pertimbangkan, dan hijau: pilihan terbaik untuk dikonsumsi.
Jenis-jenis alat tangkap yang merusak dan ramah lingkungan juga dijadikan acuan apakah spesies ikan tersebut dapat dikonsumsi atau sebaiknya dihindari. Seperti tuna sirip kuning, pada panduan terlihat warna kuning yaitu pertimbangkan dan hijau. Namun pada warna hijau ditambahkan tulisan HN yang berarti boleh dikonsumsi jika tuna sirip kuning ditangkap dengan alat tangkap hand line – pancing ulur.
Namun bagaimana kita dapat mengetahui alat tangkap yang digunakan pada seafood yang ingin kita konsumsi? Bertanyalah, mulai dari sekarang tidak hanya bijak memilih seafood tapi berani bertanya kepada penjual bagaimana seafood tersebut didapat. Masih banyak penjual yang tidak mengetahui asal-usul seafood mereka, dengan banyaknya konsumen yang bertanya akan menimbulkan kesadaran penjual untuk menjual seafood yang jelas asal muasalnya.
Yuk, bijak memilih seafood dan berani bertanya asal-usul seafood mulai dari sekarang! Tonton video tentang panduan seafood dan unduh panduan seafood berbentuk elektronik di sini.
Penulis: Fajrina Nissa Utami – Marine Campaign & Social Media Assistant
