BEEP - SERI JEJAK EKOLOGIS
Buku panduan ini disusun oleh tim WWF-Indonesia program pariwisata bahari yang bertanggung jawab (Responsible Marine Tourism Program) dengan dukungan sejumlah praktisi dan akademisi. Seri ini memuat tentang berbagai jejak ekologis yang ditinggalkan dari setiap aktivitas kepariwisataan, mulai dari sampah dan limbah, energi dan air yang digunakan, hingga konsumsi yang (terkadang) berlebihan. Terdaat pula penjelasan singkat mengenai isu-isu yang berkembang terkait topik: pemanfaatan energi, pengelolaan sampah, pemanfaatan air, dan pola konsumsi di dalam Best Environmental Equitable Practices (BEEP). Uraian tersebut selanjutnya diikuti dengan contoh praktik-praktik terbaik yang harus dilakukan untuk meminimalisasi dampak aktivitas kepariwisataan terhadap lingkungan, sosial budaya, dan aspek ekonomi.
Kegiatan kepariwisataan merupakan salah satu sektor dengan daya serap sumber daya dan energi terbesar di dunia. Salah satu penyebabnya karena aktivitas tersebut memanfaatkan teknologi dan energi yang cukup besar untuk menjalankan operasionalnya, mulai dari transportasi, komunikasi, hingga memenuhi kebutuhan fasilitas. Tingginya pemanfaatan energi ini diikuti dengan produksi gas karbon yang menghasilkan dampak negatif terhadap lingkungan dan serta mempengaruhi lingkungan serta manusia.
Produksi gas karbon berlebihan ke atmosfer berkontribusi meningkatkan suhu global yang dikenal dengan istilah pemanasan global (global warming). Peningkatan suhu global ini berdampak luas dan mengancam kelestarian alam di banyak lokasi wisata dunia, termasuk lokasi-lokasi wisata bahari. Peningkatan suhu satu derajat saja bisa berakibat fatal pada ekosistem terumbu karang di lautan. Suhu yang meningkat menyebabkan hilangnya sel tumbuhan yang bersimbiosis dengan karang, dan menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) serta kehilangan sumber makanannya, bila terus berlanjut maka karang akan mati. Meningkatnya suhu global akibat mencairnya es kutub bumi juga membuat permukaan air laut meningkat. Daerah pesisir dan pulau-pulau kecil di Laut Pasifik dipastikan menjadi penerima dampak terbesar dari situasi ini.
Oleh karena itu, memilih langkah bijak yang ditandai dengan praktik pemanfaatan energi secara berkelanjutan dapat berkontribusi mengurangi emisi karbon secara global. Pemanfaatan energi secara bijak juga membawa keuntungan langsung terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi. Kata “bijak” dalam konsumsi energi dapat diartikan sebagai komitmen dan tindakan untuk mengurangi pemanfaatan energi semaksimal mungkin dan mencari alternatif energi terbarukan.
Pembaca diharapkan bisa mendapatkan gambaran mengenai jejak ekologis yang timbul dari setiap kegiatan wisata, dan selanjutnya menginspirasi pembaca untuk memutuskan, serta mengaplikasikan langkah-langkah bijak untuk mengurangi dampak negatif kegiatan wisata.
