ANAK GAJAH FLYING SQUAD TESSO NILO DIBERI NAMA “IMBO”
Oleh: Syamsidar
Pekanbaru (19/04)-Anak gajah Flying Squad yang lahir pada 31 Januari 2011 kini resmi menyandang nama Imbo. Dihadapan 50 orang tamu, upacara peresmian nama Imbo dilaksanakan pada Kamis 14 April 2011 di Taman Nasional Tesso Nilo. Menandai peresmian nama anak gajah tersebut, Istri Bupati Kabupaten Pelalawan, Hj. Ratna Mainar Harris didampingi Supporter Kehormatan WWF, Nadine Chandrawinata memotong tumpeng brownies (makanan gajah).
Potongan tumpeng brownies diberikan Istri Bupati Pelalawan kepada Lisa, induk Imbo. Lalu secara bergantian, para undangan antara lain Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam, Riau, Kepala Tata Usaha Balai Taman Nasional Tesso Nilo, Supporter kehormatan WWF memberikan potongan tumpeng tersebut kepada Lisa dan gajah Flying Squad lainnya. Sementara itu Imbo dengan keceriaannya berlari-lari kecil disekitar induknya menambah riuhnya suasana peresmian nama anak gajah tersebut. Setelah pemotongan tumpeng, istri Bupati Pelalawan dan rombongan berkesempatan menaiki salah satu gajah betina Flying Squad, Ria. Flying squad terdiri dari empat gajah terlatih bersama perawatnya (mahout) bertugas untuk mengusir gajah liar.
Tumpeng makanan gajah kali ini sangat istimewa karena dimasak oleh Supporter Kehormatan WWF, Nadine Chandrawinata dan para peserta kegiatan ekowisata Taman Nasional Tesso Nilo sehari sebelumnya. Selain mengikuti acara peresmian nama anak gajah, Supporter Kehormatan WWF dan tujuh orang lainnya melakukan uji coba ekowisata di Taman Nasional Tesso Nilo selama dua hari.
Nama Imbo diberikan oleh Dirjen PHKA (Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam), Darori yang diambil dari bahasa Melayu Pelalawan yang berarti hutan. Nama tersebut menyiratkan harapan bersama agar Taman Nasional Tesso Nilo dapat dilindungi dengan baik sehingga menjadi habitat yang aman bagi gajah dan harimau sumatera yang hidup di kawasan hutan tersebut.
Kurnia Rauf, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam dalam sambutannya mengatakan Flying Squad merupakan salah satu teknik penanganan konflik manusia-gajah yang terbukti dapat menekan kerugian masyarakat akibat konflik tersebut. Ia menambahkan bahwa BKSDA Riau berencana akan membangun dua tim Flying Squad (Tim Pengusir Gajah Liar) lagi di Riau untuk menangani konflik manusia-gajah. Salah satunya akan ditempatkan di kantong gajah Balai Raja-Duri, yang selama ini kerap terjadi konflik manusia-gajah.
Ekowisata di TNTN
Sehari sebelum kegiatan peresmian nama Imbo, 10 peserta ekowisata TNTN yang terdiri dari supporter dan fundraiser WWF tiba di camp Flying Squad. Tesso dan Nela menyambut para tamu tersebut dengan melakukan pengalungan bunga kepada para tamu. Nela yang kini berumur 4 tahun merupakan anak pertama Lisa yang lahir pada 23 Februari 2007. Nela dan Tesso sekarang telah memiliki beberapa keterampilan yang dapat dipertunjukkan kepada pengunjung. Kedua anak gajah Flying Squad (Nela dan Tesso) memang dipersiapkan untuk mendukung kegiatan ekowisata di TNTN.
Supporter Kehormatan WWF, Nadine Chandrawinata kemudian berkesempatan memandikan bayi gajah ‘Imbo” beserta induknya Lisa. Sementara itu para pengunjung lainnya menonton kegiatan ini sambil sesekali harus bersiaga karena Imbo dengan gerakannya yang lincah berlari kesana-kemari.
Keesokan harinya, para peserta ujicoba ekowisata menyusuri Sungai Nilo dan melihat pohon Sialang (madu).Para peserta juga mengikuti kegiatan simulasi pemasangan camera trap (kamera jebak) sebagai salah satu metode untuk penelitian populasi dan distribusi harimau. Tesso Nilo juga merupakan habitat harimau Sumatera yang terancam punah. Kamera jebak yang ditempatkan di hutan Tesso Nilo berhasil mendokumentasikan hampir 200-an foto harimau. Dari foto-foto tersebut kemudian berhasil diidentifikasi bahwa ada 11 individu harimau sumatera di kawasan itu.