AGUS SUYITNO, DIGIGIT ULAR KETIKA SURVEI GAJAH KALIMANTAN
Oleh: Natalia Trita Agnika
Melakukan suatu pekerjaan konservasi di lapangan memiliki tantangan dan risiko sendiri, seperti yang dialami oleh Agus Suyitno, Human-Elephant Conflict Mitigation Officer WWF-Indonesia. Pada 2011 silam, saat sedang melakukan kegiatan survei Gajah Kalimantan di Sungai Sibuda, Nunukan, Kalimantan Utara, yang berdekatan dengan daerah perbatasan Sabah, Malaysia, ia mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan. Seekor ular viper menggigit kaki sebelah kanannya. Bornean Palm Pit Viper ini termasuk jenis ular yang sangat berbisa dan dapat menggigit sangat cepat.
Kondisi alam yang berupa hutan lebat, gunung, dan tebing membuat kondisi semakin sulit. Apalagi pada saat itu alat komunikasi yang berupa ponsel satelit sedang mengalami masalah sehingga tidak bisa mengontak kantor WWF untuk mendapatkan pertolongan sesegera mungkin melalui tim SAR. Dibutuhkan waktu dua hari untuk keluar dari hutan dengan ditandu oleh teman-teman tim survei dengan berjalan kaki menyusuri hutan, gunung, dan tebing hingga berhasil menuju kampung. Agus pun dibawa ke RS Malinau untuk kemudian dirujuk ke RS Samarinda.
Pengalaman mencekam tersebut tak menyurutkan semangat Agus untuk berjuang demi kelestarian Gajah Kalimantan (Elephas maximus borneensis). Isu konservasi Gajah Kalimantan memang sudah menjadi minatnya sejak masih duduk di bangku kuliah pada tahun 2000-an. Pada saat itu keberadaan Gajah Kalimantan secara fisik belum ditemukan, hanya sebatas kotoran dan jejak. Kemudian pada tahun 2006/2007, WWF-Indonesia berhasil melakukan penelitian dan membuktikan secara fisik keberadaan Gajah Kalimantan. Agus makin tertarik dengan Gajah Kalimantan ketika seorang peneliti WWF-Indonesia bernama Stephan Wulffraat mempresentasikan hasil penelitiannya di Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda, tempatnya belajar. Kemudian sejak 2010 hingga sekarang, Agus bergabung di WWF-Indonesia dalam program konservasi Gajah Kalimantan.
Gajah merupakan mamalia teresterial terbesar di dunia. Di Indonesia hanya ditemukan di Sumatera dan Kalimantan. Dan di Kalimantan pun saat ini hanya terdapat di salah satu provinsi, yaitu Kalimantan Utara. Gajah Kalimantan merupakan gajah yang memiliki ukuran paling kecil di dunia sehingga dijuluki Gajah Kerdil Kalimantan (Borneo Pygmy Elephant) dengan tinggi maksimal 2,5 meter.
Salah satu upaya untuk mendukung pelestarian Gajah Kalimantan adalah dengan melakukan kegiatan monitoring dan survei untuk mendapatkan data populasi, distribusi populasi, sebaran habitat, jenis pakan, koridor, kualitas habitat, dan ancaman. Survei tentang Gajah Kalimantan sudah dua kali dilaksanakan oleh WWF-Indonesia, yaitu pada 2007 dan 2012. Lama survei biasanya 8-10 hari, disesuaikan dengan kemampuan dan ketersediaan logistik makanan yang dibawa karena survei yang dilakukan jauh dari kawasan permukiman dan akses medan yang dilalui sangat berat. Rata-rata perjalanan penelitian per hari sekitar 4 km sehingga dalam sekali survei bisa menempuh perjalanan sekitar 32-40 km. Berusaha mendapatkan keberadaan gajah merupakan tantangan yang dihadapi ketika survei berlangsung. Populasi Gajah Kalimantan kecil sedangkan habitatnya begitu luas dan medan yang dilalui begitu berat.
Kerja keras dan tantangan dalam melakukan tugas terbayar ketika Agus mendapatkan pengalaman membahagiakan. Pada tahun 2013, WWF bersama perwakilan masyarakat dan pemerintah daerah Nunukan melakukan advokasi ke Kementerian Kehutanan terkait rencana izin dua calon perusahaan HTI yang berencana akan beroperasi di dalam area habitat Gajah Kalimantan. Advokasi berhasil dilakukan dan dua calon perusahaan HTI tersebut izinnya tidak diberikan.
Berkat dukungan yang tiada henti dari para Suporter WWF yang berdonasi melalui program Sahabat Gajah dan Elephant Warrior, survei Gajah Kalimantan akan kembali dilaksanakan dalam waktu dekat. Survei ini rencananya akan melibatkan para pihak, seperti dari pemerintah, Pecinta Alam Mahasiswa Fakultas Kehutanan, NGO lokal, Tim Satgas Penanganan Konflik Gajah, perusahaan HPH, dan wakil masyarakat. Terima kasih kepada semua Sahabat Gajah dan Elephant Warrior yang setia berdonasi sehingga kegiatan ini akan dapat terlaksana kembali.