ABRASI PANTURA JAWA TENGAH CAPAI 4.000 HA
Achmad Satuan
PANTAI utara (pantura) Jawa Tengah terus digerus abrasi. Hingga saat ini luas areal yang hilang dari Brebes hingga Rembang mencapai lebih 4.000 hektare (ha). Rata-rata daratan yang terseret arus laut 5-30 meter per tahun. Abrasi itu mengakibatkan rusak dan hilangnya hutan bakau (mangrove), perkebunan rakyat, areal pertambakan, dan permukiman penduduk yang berada di bibir pantai.
Penelusuran Media Indonesia di pantura hingga kemarin menunjukkan abrasi terparah terjadi di Kabupaten Jepara, dengan daratan yang hilang dan rusak mencapai 1.125 ha. Kemudian diikuti Brebes 818 ha, Pemalang 445 ha, dan Tegal mencapai 300 ha.
Menurut data Badan Lingkungan Hidup Jawa Tengah dan Tim Peneliti Universitas Islam Sultan Agung (Unisula) Semarang, abrasi di pantura terjadi akibat pemanasan global yang mengakibatkan naiknya gelombang laut dan rusaknya hutan mangrove.
""Sebanyak 96% hutan mangrove di sepanjang pantura rusak. Hal itu akibat terseret gelombang dan akibat ulah manusia yang melakukan penebangan liar untuk areal pertambakan,"" kata Guru Besar Hmu Teknik Pengairan Unisula Se-marang Slamet Imam Wahyudi, kemarin.
Menurut Imam, pencegahan abrasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya membangun dam, tanggul pengaman, hingga penghijauan (sabuk pantai) dengan cara yang tepat.
Dia menjelaskan sebenarnya upaya pencegahan itu sudahdilakukan pemerintah kabupaten/kota dan provinsi, serta pemerintah pusat. Terpenting di sini tidak hanya peran pemerintah, tetapi juga hants ada kerja sama yang baik dengan warga untuk bersama-sama menjaga pantai,"" katanya.
Bunga melati
Di Tegal, misalnya, kerusakan di pantai Kabupaten Tegal di antaranya berada di Kecamatan Kramat. Selain merusak perkebunan kelapa, bunga melati, dan pertambakan, juga menghancurkan hutan bakau. ""Sekitar 12.000 tanaman bakau yang ditanam beberapawaktu lalu telah hilang hanyut, demikian juga ratusan pohon kelapa serta tambak udang,"" kata Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Tegal Wamadi.
Seorang nelayan Tegal, Suran-ji, mengatakan, ""Dua petak tambak saya sudah hilang akibat abrasi pantai, demikian juga tambak milik petani lain yangmencapai puluhan petak."" Hal senada diungkapkan Ketua Asosiasi dan Pengusaha Melati Indonesia Tegal, Bakhrun. Akibat abrasi di areal perkebunan di Kecamatan Kramat, Suro-dadi, dan VVarurejo yang mencapai ratusan hektare, produksi bunga melati terus turun.
Bahkan, kata Bakhrun, abrasi telah mengancam permukiman warga di pantai Tegal. Sebelumnya jarak rumah warga terdekat dengan pantai mencapai 100 meter, kini tinggal beberapa meter dari bibir pantai.(X-5)achmad sapuan mediaindonesia.com