EKSPEDISI YAMDENA: MENDORONG PERCEPATAN PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT
Saumlaki, Maluku Tengggara Barat – Pada tanggal 1 – 12 November 2017, WWF-Indonesia berkolaborasi dengan Wildlife Conservation Society (WCS) memimpin ekspedisi pemantauan kesehatan ekosistem terumbu karang di perairan Pulau Yamdena, Maluku Tenggara Barat. Ekspedisi ini merupakan pemantauan berkala status perubahan serta kesehatan ekosistem terumbu karang sebagai acuan bagi perumusan rencana zonasi Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K) Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku.
“Ekspedisi ini menjadi upaya taktis untuk percepatan penetapan KKP3K Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Sehingga, penetapannya kelak dapat memberi manfaat ekologi dan ekonomi yang berkelanjutan melalui rencana zonasi yang tepat dan strategi pengelolaan terbaik,” ungkap Imam Musthofa, Sunda Banda Seascape and Fisheries Leader, WWF-Indonesia.
Tim Ekspedisi Yamdena terdiri atas 12 personil yang tergabung dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Maluku Tenggara Barat, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan Universitas Pattimura (Unpatti) akan melakukan pengambilan data pada 25 titik pengamatan yang tersebar di dalam dan luar KKP3K Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
KKP3K Kabupaten Maluku Tenggara Barat telah dicadangkan melalui Surat Keputusan Bupati Maluku Tenggara Barat Nomor 523-246 – Tahun 2016 dengan luas 783.806 hektar. Dengan luasan tersebut, Kabupaten Maluku Tenggara Barat memiliki kawasan konservasi perairan terbesar yaitu 73 persen dari luas total kawasan konservasi perairan di Provinsi Maluku yang memiliki luasan sebesar 1.073.331,22 hektar. Hasil analisis pada KKP3K Kabupaten Maluku Tenggara Barat juga menunjukkan tingginya nilai keterkaitan benih ikan antar kawasan (konektivitas larva). Artinya, lokasi ini dapat meningkatkan kelimpahan dan biomassa ikan di perairan sekitarnya melalui suplai benih ikan (Handayani et. al., 2016).
Statusnya yang baru dicadangkan, menjadikan pemantauan kesehatan terumbu karang dibutuhkan untuk memastikan pengelolaan kawasan konservasi ini nantinya dapat mendukung keanekaragaman hayati laut dan perbaikan perikanan, serta menjaga ekosistem pesisir. “Informasi dan data terkini dari ekspedisi tersebut penting bagi upaya penetapan kawasan ini yang ditargetkan pada tahun 2018 mendatang,” tambah Imam.
KKP3K Maluku Tenggara Barat merupakan bagian dari Bentang Laut Sunda Banda (Sunda Banda Seascape) yang menjadi bagian dalam Kawasan Segitiga Karang Dunia (Coral Triangle). Pemantauan oleh WCS tahun 2014 lalu mengungkapkan rendahnya pertemuan terhadap jenis-jenis ikan target di perairan Pulau Yamdena. Hal tersebut mengindikasikan fenomena tangkap berlebih (overfishing) pada perairan ini (Setiawan, et. al., 2014).
-o0o-
Catatan Editor:
• Foto dan rencana 25 titik Ekspedisi Yamdena dapat diunduh melalui tautan: http://bit.ly/xpdcyamdena
• Provinsi Maluku memiliki 11 kawasan konservasi bahari yang telah dicadangkan maupun ditetapkan, dengan total luas 1.073.331,22 hektar. Jumlah ini mencapai 7.5% dari total luas KKP di Indonesia saat ini yang mencapai 17.980.000 hektar. Kawasan konservasi bahari tersebut adalah sebagai berikut.
1. KKPN Kepulauan Aru Bagian Tenggara
2. Taman Wisata Alam Laut Pulau Marsegu
3. Taman Wisata Alam Laut Pulau Pombo
4. KKPN Taman Wisata Perairan Laut Banda
5. KKPD Taman Wisata Pulau Baeer di Dusun Duroa
6. KKP3K Kepulauan Lease
7. KKP3K Kabupaten Maluku Tenggara Barat
8. KKPD Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Maluku Tenggara
9. KKPD Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Seram Bagian Timur
10. KKPD Pulau Ay-Pulau Rhun, Kecamatan Banda
11. Suaka Marga Satwa Pulau Kasa
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
• Estradivari
National Coordinator for Marine Conservation Science, WWF-Indonesia
Email: estradivari@wwf.id; Hp: +62 812 9541624
• Andreas Hero Ohoiulun
Inner Banda Arc Subseascape (IBAS) Project Leader, WWF-Indonesia
Email: aohoiulun@wwf.id; Hp: +62 812 1951-4198