ANCAMAN TINGGI PADA PERAIRAN SULAWESI TENGGARA, DIBUTUHKAN UPAYA KONSERVASI INTENSIF
Kendari, Sulawesi Tenggara – Sedikitnya 40 persen ekosistem terumbu karang di perairan Sulawesi Tenggara berada dalam kondisi rusak. Hal ini ditandai oleh rendahnya tutupan karang keras serta tingginya tutupan patahan karang dan tingkat sedimentasi. Perairan Sulawesi Tenggara berada di bawah ancaman serius akibat meningkatnya aktivitas pertambangan nikel di provinsi ini.
Temuan lain yang mengemuka adalah ancaman blooming bintang laut berduri (Crown of Thorns / Acanthaster planci), yang mencapai 30 individu per lokasi pengambilan data kajian biofisik perairan Sulawesi Tenggara pada Eskpedisi Sulawesi Tenggara, 14 – 25 Oktober 2016 lalu. Tak hanya itu, masih maraknya penggunaan bom (jumlah letusan hingga 7 kali dalam satu lokasi saat penyelaman) juga mengancam ekosistem terumbu karang di wilayah ini. Sementara di beberapa desa pesisir, tim masih melihat adanya pemanfaatan karang untuk pondasi rumah.
Kabar baiknya, meski berada di bawah tekanan, ekosistem pesisir di Sulawesi Tenggara masih memiliki kesempatan besar untuk pulih kembali. Di beberapa lokasi, tim mencatat jumlah rekrutmen karang (karang keras berukuran kecil) yang cukup banyak, tutupan karang keras yang tinggi, schooling ikan naso dan barakuda ekor kuning, dan berbagai jenis spesies yang dilindungi seperti penyu sisik, penyu hijau, penyu belimbing, paus, hiu paus, lumba-lumba, duyung, dan pari manta.
“Untuk mengoptimalkan rancangan jejaring kawasan konservasi perairan di Sulawesi Tenggara, telah dilakukan kajian biofisik untuk menilai keterkaitan antar kawasan. Hasil kajian tersebut merekomendasikan untuk dibentuknya tiga kelompok jejaring kawasan konservasi perairan di provinsi ini, yang mana Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Teluk Lasolo dan Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan bagian dari salah satu kelompok tersebut,” papar Anung Wijaya, Staf Seksi Konservasi dan Rehabilitasi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara, yang juga salah satu peserta ekspedisi.
Sulawesi Tenggara yang didominasi 75% perairan atau seluas 114,879 km2 ini merupakan laut yang potensial dengan berbagai jenis keanekaragaman hayatinya. “Saat ini, status KKPD Provinsi Sulawesi Tenggara telah memasuki tahap penyusunan dokumen rencana pengelolaan dan zonasi kawasan konservasi. Semoga, penetapan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan segera diputuskan,” lanjut Anung.
Imam Mustofa, Sunda Banda Seascape and Fisheries Leader WWF-Indonesia, mengatakan, “Ekspedisi ini adalah salah satu bentuk dukungan WWF-Indonesia terhadap pencadangan KKPD Provinsi Sulawesi Tenggara. Komitmen ini perlu ditindaklanjuti dengan upaya konservasi yang lebih intensif dan strategis dalam mengubah status tersebut agar segera ditetapkan dan dikelola sebagai KKPD, demi terjaganya ekosistem laut, dan peningkatan manfaat sosial serta ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat.”
Potensi perikanan tangkap Sulawesi Tenggara mencapai 542.000 ton per tahun, menurut Biro Perekonomian dan Sumber Daya Alam Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara. Kolaborasi antar pemangku kepentingan ini dipercaya sebagai kunci suksesnya sebuah upaya konservasi di masa mendatang. Diharapkan, temuan tersebut dapat memberikan rekomendasi pengelolaan untuk mendukung pemanfaatan sumber daya laut yang berkelanjutan sehingga berpotensi memberikan dampak positif dari penetapan sebuah kawasan konservasi.
-0-
Catatan Editor:
- KKPD Provinsi Sulawesi Tenggara seluas 21.786,14 hektar telah dicadangkan sebagai kawasan konservasi perairan melalui SK Gubernur Sulawesi Tenggara No. 98/2016, setelah mengalami perluasan kawasan dibanding yang tertera dalam SK Gubernur No. 324/2014.
- Ekspedisi Sulawesi Tenggara dilaksanakan WWF-Indonesia bersama Yayasan Reef Check Indonesia, berdasarkan Perjanjian Kerja Sama antara WWF-Indonesia dengan DKP Provinsi Sulawesi Tenggara dan Universitas Halu Oleo. Mitra dan peneliti yang juga terlibat dalam kegiatan ini antara lain adalah Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tenggara, Balai Taman Nasional Wakatobi, Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Maros, Universitas Muhammadiyah Kendari, dan Yayasan Bahari. Lebih lanjut mengenai ekspedisi ini, silakan klik: XPDCSULTRA Tentukan Data Dasar untuk Dukung Keberhasilan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan
- Peta perjalanan dan foto-foto terkait Ekspedisi Sulawesi Tenggara dapat diunduh melalui tautan http://goo.gl/EFgPXy, dan digunakan dengan mencantumkan hak cipta yang tertera dalam foto.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
• Estradivari, Marine Conservation Science Coordinator, WWF-Indonesia
Email: estradivari@wwf.id; Hp: +62 812 9541624
• Noverica Widjojo, SBS Communication & Campaign Coordinator, WWF-Indonesia
Email: nwidjojo@wwf.id, Hp: +62 812 1958 1985