134 PARI MANTA DAN 50 HIU DIJUMPAI PADA 11 LOKASI PEMANTAUAN DI TN KOMODO
Oleh:
- Kusnanto, Biodiversity Monitoring and Fisheries Assistant, WWF-Indonesia
- Jensi Sartin, Komodo MPA Coordinator, WWF-Indonesia
Rata-rata 15 ekor manta dan minimal 1 ekor hiu dijumpai dalam setiap penyelaman di Taman Nasional (TN) Komodo. Demikian temuan yang didapat oleh tim survei hiu dan pari manta selama 14 trip penyelaman, di 10 lokasi penyelaman hiu dan manta, selama periode Desember 2016-Juni 2017, di TN Komodo.
Tim survei ini berangganggotakan 6 penyelam dari Balai TN Komodo, dan 2 penyelam dari Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Manggarai Barat yang didampingi oleh WWF-Indonesia.
“Hiu yang paling sering kami jumpai adalah (blacktip reef shark) Carchahinus melanopterus, whitetip reef shark (Triaenodon obesus), grey reef shark (C. Amblyrhynchos), bamboo shark (C. Punctatum). Sedangkan Pari Manta yang sering kami jumpai adalah Manta alfredi,” kata Ande Kefi, dari BTN Komodo.
“Jika diumpamakan setiap manta dan hiu yang dijumpai adalah individu berbeda, berarti ada 134 manta dan 50 hiu yang dijumpai oleh tim survei selama pemantauan ini,” lanjutnya.
Survei dilakukan di 11 lokasi, yaitu Castle Rock, Cristal Rock, Golden Passage, Batu Bolong, Tatawa Besar, Mawan, Pengah Kecil, Karang Makassar (Manta Point), Tatawa kecil, Siaba kecil, dan Siaba besar. Total penyelaman yaitu 35 kali menyelam.
Kemunculan manta terbanyak ditemukan pada lokasi Karang Makassar, sedangkan kemunculan hiu terbanyak pada lokasi survei yaitu di Castle Rock. “Paling sedikit kami menjumpai 1 manta dan paling banyak 25 ekor,” lanjut Ande Kefi, ” Hiu dijumpai di semua lokasi penyelaman dengan jumlah antara 1-12 ekor dalam setiap penyelaman penyelaman.”
Survei ini diawali pada November 2016 lalu dengan menyelenggarakan pelatihan selam dan metode pemantauan. Tim survei dilatih untuk mengidentifikasi kemunculan hiu dan pari, serta karakteristik habitat. Data ini akan menjadi acuan bagi pihak terkait dalam pengembangan kawanan konservasi untuk hiu dan pari dalam pemanfaatan yang berkelanjutan di TN Komodo.
“Banyak sekali hal tak terduga dan baru yang kami dapat dari kegiatan pemantauan ini. Mulai dari besarnya ukuran manta dan hiu yang kami temui, sampai banyaknya jumlah pari manta di TN Komodo,” kata Hendrikus Rani Siga, salah satu anggota tim survei hiu dan pari dari BTN Komodo.
Meskipun banyak tantangan dalam kegiatan survei hiu dan pari ini, terutama karena kondisi penyelaman di TN Komodo yang relatif sulit dan berarus, banyak manfaat yang sudah dihasilkan. “Hasil survei ini sangat bermanfaat untuk pengambilan langkah dan kebijakan pengelolaan. Sebagai contoh, TN Komodo dapat memprioritaskan pemasangan mooring buoy di lokasi-lokasi wisata, penyusunan masterplan pariwisata khususnya pengaturan jumlah wisatawan dalam kawasan TN Komodo, penyusunan panduan pariwisata bahari ramah lingkungan, dan patroli oleh apparat secara berkala,” lanjut Hendrikus Rani Siga yang juga Kepala Seksi Wilayah II Komodo.
TN Komodo sendiri terus berkembang menjadi destinasi populer untuk wisata penyelaman. Tak hanya menyandang predikat sebagai Warisan Alam Dunia dan Cagar Biosfer oleh The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), TN Komodo juga telah ditetapkan sebagai satu dari 10 destinasi prioritas pariwisata periode 2016-2019 lewat arahan Presiden Joko Widodo. Sebagai Destinasi Pariwisata Prioritas, TN Komodo bahkan ditargetkan untuk menerima total kunjungan wisatawan manca negara setara 500.000 orang, pada akhir tahun 2019.