#XPDCMBD: 'ATOLL-LICIOUS'
Penulis: Estradivari (WWF-Indonesia)
Saya sudah tahu sejak awal bahwa tim akan mengunjungi atol besar di Maluku Barat Daya dan saya sangat menantikan kesempatan tersebut. Sebagian besar terumbu karang yang mengelilingi garis pantai Indonesia adalah terumbu karang tepi (fringing reefs), sehingga dapat menyambangi salah satu atol besar di Indonesia merupakan pengalaman yang tak terlupakan.
Meatimiarang merupakan pulau yang paling besar dan paling terkenal di antara pulau yang ada di atol tersebut. Itulah alasan mengapa saya menyebut atol besar ini sebagai Atol Meatimiarang. Atol Meatimiarang terdiri atas lima pulau, yaitu Meaterialam, Amortaun, Morau, Meatimiarang, dan Jagotutun. Laguna yang terdapat di dalam atol ini juga sangat besar, berkedalaman sekitar 7-21 meter, dan hanya memiliki satu jalan masuk menuju laguna yang kecil dan sempit.
Saya pun berkesempatan untuk melakukan snorkeling di tiga wilayah berbeda, yaitu area luar atol, dalam laguna, dan di jalan masuk menuju laguna, untuk melihat kondisi ekosistem karang. Di area luar atol, tutupan karangnya sangat padat, berwarna-warni, dan diisi dengan beraneka biota bentik serta gerombolan ikan. Begin (IPB) dan Ubun (WCS-IP), ahli bentik dan ikan yang ikut dalam ekspedisi kali ini, pun sangat kagum dengan keanekaragaman dan variasi ukuran ikan yang ditemukan pada survei dengan metode Point Intercept Transek di area ini. Padahal mereka sudah banyak melihat berbagai kondisi ekosistem karang di Indonesia.
Pada lokasi snorkeling kedua yaitu di dalam laguna, saya menemukan terumbu karang yang sangat jarang dan berpetak-petak (patchy) dan diantara petak-petak tersebut terdapat hamparan lamun dan pasir. Luas tiap petak tutupan karang hanya sekitar 20-30 m2 dengan relief karang setinggi 1-3 meter dan menyediakan tempat untuk ikan-ikan kecil dan beraneka bentik untuk tinggal. Area laguna relatif lebih tenang dan tersembunyi. Saya melihat ada banyak ikan-ikan kecil, beberapa masih berukuran juwana, berenang dan bersembunyi di antara terumbu karang. Hmm, mungkin ini adalah tempat pembesaran (nursery ground) mereka.
Di dalam jalan masuk menuju laguna pun terumbu karangnya masih jarang dan terpetak-petak. Namun, luas tutupannya bisa mencapai 50 m2 dengan relief karang setinggi 3-5 meter yang seringkali membentuk topografi tiga dimensi yang kompleks. Seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya, ukuran ikan yang saya lihat di sini lebih besar daripada ikan yang ada di dalam laguna. Namun, ikan-ikan yang terlihat di dalam jalan masuk ini ukurannya masih relatif lebih kecil dibandingkan ikan yang hidup di bagian luar atol. Walaupun ada beberapa ikan besar saya temukan berenang di antara karang. Kepadatan populasi ikan di sini pun terlihat jauh lebih rendah dari populasi ikan di luar atol.
Dari sudut pandang ekologi, perlindungan jalan masuk menuju laguna menjadi sangat penting karena ini menjadi satu-satunya jalan masuk dan keluar laguna bagi biota laut. Hal tersebut untuk memastikan tempat pembesaran di dalam laguna dan tempat mencari makan di luar atol untuk ikan-ikan target terhubung dengan baik dan dapat saling mendukung satu sama lain. Menurut para nelayan yang kami temui, mereka sering menemukan dugong dan penyu di dalam laguna. Hal ini tidak mengherankan, karena makanan dan hamparan lamun sangat melimpah di sini. Fakta baru dari para nelayan ini pun membuat perlindungan terhadap daerah sekitar menjadi semakin penting.