#XPDCKEIKECIL: KEKECEWAAN BERUJUNG KENIKMATAN
Oleh: Amkieltiela (Marine Science & Knowledge Management Officer, WWF-Indonesia)
Hari ini, saatnya kami pindah tempat menginap dekat ke lokasi survei, yaitu di Desa Ohoililir. Seluruh tim menginap di penginapan Coaster, yang terletak di kawasan wisata pantai Desa Ohoilir. Pagi yang cerah menyambut kami dengan iringan suara kompresor yang berusaha mengisi tabung udara. Kami harus memastikan ke-39 tabung yang dibawa sudah terisi agar bisa langsung dipakai untuk menyelam keesokan harinya.
Tepat pukul 14:00 WIT, kami mulai mempersiapkan barang-barang yang dibutuhkan untuk survei dan memindahkannya ke mobil secara gotong royong. Pukul 18:00 WIT, tiga mobil rombongan bergegas menuju Desa Ohoililir yang berjarak sekitar 15 menit dari Kota Langgur agar dapat menikmati senja. Namun, berujung kecewa, matahari sudah terlanjur tidak menampakan cahayanya. Kami terlambat! Namun kami masih bisa menikmati pantai Desa Ohoilir yang putih bersih. Pasirnya sehalus tepung. Bahkan kami mendengar cerita dari masyarakat lokal bahwa pasir Kei Kecil merupakan yang terhalus kedua di dunia. Pantainya pun sangat bersih, jadi sangat nyaman untuk berwisata.
Opik pun kemudian mengajak seluruh tim untuk makan malam sekaligus mendiskusikan rencana pengamatan esok hari. Ternyata, Opik menyiapkan kejutan untuk kami, yaitu makan malam di pantai dengan suguhan berbagai macam hidangan laut sembari ditemani api anggun. Kami sangat menikmati hidangan yang disajikan seperti ikan bakar, cumi bakar dan goreng, dan sayur kaulerpa. Sayur kaulerpa ini adalah sayuran khas Kei yang tidak bisa ditemukan di Jakarta. Sayuran ini berbahan dasar kaulerpa (alga) yang dimasak dengan irisan bawang dan cabai. Rasanya asam dan pedas, sekaligus kenyal dan sangat cocok jika dimakan dengan masakan ikan laut. Sayur ini dikenal dengan nama ‘Lat’ dalam bahasa lokal.
Seluruh hidangan langsung habis dalam sekejap. Kami bekerjasama dengan kelompok ekowisata Ngursarnadan, merupakan kelompok binaan WWF-Indonesia, dalam menyiapkan kebutuhan pangan selama ekspedisi.