WWF-INDONESIA AJAK PUBLIK YOGYAKARTA UNTUK DORONG KOMODITAS DAN HIDUP BERKELANJUTAN SECARA FUN!
WWF-Indonesia terus menunjukkan komitmennya dalam mengedukasi publik tentang pentingnya gaya hidup dan konsumsi berkelanjutan melalui penyelenggaraan acara Mini Talkshow and Workshop Sustainable Commodities Public Campaign bertajuk “Make Sustainable Life, Fun”. Bertempat di Mr Like Coffee, Yogyakarta, acara ini menghadirkan lintas narasumber dari sektor pemerintahan, industri perhotelan, hingga komunitas lokal kreatif yang bersama-sama membahas urgensi dan strategi dalam mendukung komoditas berkelanjutan di Indonesia.
Inisiatif ini merupakan bagian dari kampanye WWF untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan masyarakat dalam mendukung komoditas berkelanjutan, salah satunya minyak sawit berkelanjutan yang diproduksi secara bertanggung jawab terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Talkshow Kolaboratif: Menyatukan Sudut Pandang Ahli, Pemerintah, Industri, dan Komunitas
Adhitya Adhyaksa, selaku Sustainable Palm Oil Specialist WWF-Indonesia, membuka sesi dengan menjelaskan bahwa Indonesia memiliki sekitar 17,8 juta hektare perkebunan kelapa sawit, namun hanya sekitar 10% yang telah tersertifikasi CSPO (certified sustainable palm oil) melalui skema RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) atau ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil).
Menurutnya, rendahnya tingkat konsumsi sawit berlabel berkelanjutan di Indonesia disebabkan oleh minimnya edukasi dan dukungan terhadap produk ramah lingkungan. Adhitya menekankan pentingnya mengubah pola konsumsi masyarakat dan mendorong produsen serta konsumen untuk menggunakan produk berkelanjutan serta menjamin bahwa praktik berkebun dilakukan secara bertanggung jawab, seperti penggunaan alat pelindung diri (APD), tidak membuka lahan gambut, tidak mempekerjakan anak di bawah umur, serta menjaga ekosistem sungai dan hutan.
Dalam sesi berikutnya, Yuna Pancawati, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, menegaskan bahwa pemerintah daerah telah menyusun roadmap industri berkelanjutan hingga tahun 2025. Upaya ini dilakukan dengan mendampingi UMKM yang memproduksi barang-barang daur ulang, produk vintage, dan hasil karya berbasis komunitas. Salah satu contoh nyata adalah pengembangan becak kayu, yang menjadi simbol transportasi ramah lingkungan. DIY juga aktif mempromosikan produk UMKM berbasis keberlanjutan ke tingkat nasional dan internasional, termasuk ke pasar Eropa yang dikenal memiliki perhatian tinggi terhadap aspek lingkungan.
Dari sektor industri, Andre Harso Binawa, selaku General Manager Artotel Yogyakarta, membagikan langkah-langkah yang telah diterapkan ARTOTEL Yogyakarta dalam mendukung gaya hidup berkelanjutan. Sejak empat tahun terakhir, ARTOTEL Yogyakarta telah mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, mengganti sedotan dengan versi ramah lingkungan, dan mengolah limbah dapur seperti kulit pisang dan nanas menjadi bahan dasar minuman seperti cocktail dan mocktail.
Seluruh karyawan di ARTOTEL Yogyakarta juga didorong untuk berinovasi dengan mengolah limbah menjadi produk bernilai tambah. Selain itu, hotel ini mulai beralih menggunakan produk turunan kelapa sawit berkelanjutan bersertifikasi RSPO. Meski membutuhkan biaya lebih tinggi, langkah ini dinilai lebih aman sekaligus menguntungkan dalam jangka panjang. Untuk mendukung pengelolaan pangan, manajemen sarapan pun diatur hanya hingga 40% dari kapasitas tamu, sehingga dapat menekan jumlah sisa makanan.
Dari sisi komunitas, Agnesia Tri Mulyaningsih, pendiri komunitas Shibumiasri, menyampaikan bagaimana gaya hidup berkelanjutan dapat dilakukan dengan cara yang sederhana dan menyenangkan. Ia berbagi pengalaman pribadi: berhenti menggunakan sedotan plastik (dengan proses selama tiga tahun), bersepeda untuk mengurangi emisi kendaraan, menghindari pembelian pakaian baru, dan menerapkan praktik upcycling dari kertas serta plastik bekas. Ia percaya bahwa perubahan bisa dimulai dari diri sendiri, kemudian menular melalui tantangan sosial ke orang-orang terdekat. Gaya ini terbukti lebih efektif dalam membentuk kebiasaan positif yang bertahan lama.
Kreativitas untuk Mendorong Isu Lingkungan lewat Lokakarya Lilin Aromaterapi Natural dan Junk Journaling
Tidak hanya talkshow, peserta juga diajak untuk mengikuti berbagai kegiatan menyenangkan namun sarat edukasi untuk mendorong hal-hal yang baik bagi lingkungan, yakni kegiatan Junk Journaling dan Pembuatan lilin aroma terapi dari bahan bahan alami. Junk journaling sendiri adalah kegiatan pembuatan kolase journal dari sampah rumah tangga yang kemudian nantinya akan ditempelkan dalam sebuah buku dari sisa daur ulang sampah kertas. Kemudian untuk lokakarya pembuatan lilin aroma terapi sendiri, WWF Indonesia bekerja sama dengan Made by Kartala untuk membuat lilin dari palm wax dan bahan bahan natural.
WWF-Indonesia berharap, kegiatan kampanye publik ini bisa terus mendorong lebih banyak lagi masyarakat yang sadar pentingnya untuk mulai menerapkan gaya hidup berkelanjutan dan penggunaan komoditas yang bersertifikasi seperti turunan minyak kelapa sawit RSPO yang bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Dikarenkan dengan menerapkan hidup berkelanjutan, masyarakat turut mendorong perubahan industri yang lebih ramah bagi lingkungan dan keberlanjutan keanekaragaman hayati di Indonesia.