WWF BANGUN JEJARING KEMITRAAN LOKAL TERKAIT PARIWISATA YANG BERTANGGUNG JAWAB DI SAP SELAT PANTAR
Tutus Wijanarko (Community Right Based Management Officer, WWF-Indonesia Lesser Sunda Project)
Kawasan Konservasi Suaka Alam Perairan (SAP) Selat Pantar dan Laut Sekitarnya yang terletak di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, merupakan kawasan perairan yang memiliki potensi sumber daya laut dan pesisir yang luar biasa, dengan total luasan 276.693,38 hektar. Kawasan yang baru saja ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan pada tanggal 16 Juni 2015 melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Kelautan dan Perikanan No 35/2015 ini, merupakan kawasan perairan yang memiliki keanekaragaman ekosistem laut dan jenis ikan yang cukup tinggi. Daerah ini juga merupakan rumah dan jalur migrasi bagi mamalia laut seperti dugong, paus, dan lumba-lumba.
Dalam mengelola Kawasan SAP Selat Pantar, diperlukan pelibatan semua pihak, mulai dari pemerintah daerah, para pelaku wisata, hingga masyarakat. Beranjak dari hal tersebut, WWF-Indonesia berinisiatif untuk mendorong adanya jejaring kemitraan lokal dalam kawasan SAP Selat Pantar. Pada tanggal 8 Desember 2015 lalu, WWF-Indonesia bersama Kelompok Cinta Persahabatan berkunjung dan berdiskusi dengan pengelola penginapan dan pengeloa pariwisata bahari La P’Tite Kepa di Pulau Kepa, Kecamatan Alor Kecil. Tujuan pertemuan ini adalah untuk mengenalkan Kelompok Cinta Persahabatan – kelompok yang fokus pada upaya pembibitan, penanaman, rehabilitasi, dan kampanye mangrove – kepada La P’Tite Kepa, serta menjajaki adanya upaya kerja sama antar kedua belah pihak ke depannya.
Penginapan La P’Tite Kepa memiliki sepuluh pondok (cottage) yang dibangun dengan mengedepankan bahan material alami yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan dampak sampah. Atap pondok menggunakan bahan dari alang-alang; dindingnya terbuat dari anyaman bambu; lantai dan tembok berbahan dasar kayu. Rancangan arsitektur pondok ini merupakan perpaduan lopo – rumah adat suku asli Alor, yaitu Suku Abui – lokal yang ada di Alor (Lopo) dengan sentuhan modern, yang mana fasilitas kamar kecil disesuaikan dengan standar kebersihan dan kenyamanan pengunjung.
Dari hasil diskusi, La P’Tite Kepa mengapreasiasi adanya kelompok-kelompok masyarakat pelestari lingkungan seperti Kelompok Cinta Persahabatan dan menyambut baik adanya upaya kerja sama di antara kedua belah pihak. Kerja sama yang direncanakan melalui penawaran adopsi anakan mangrove dari Kelompok Cinta Persahabatan kepada para wisatawan yang berkunjung atau menginap di La P’Tite Kepa. Donasi yang ditawarkan kepada wisatawan adalah sekitar IDR 50.000 per anakan mangrove yang akan dibantu penanaman dan perawatannya oleh Kelompok Cinta Persahabatan. Selain itu, anakan mangrove tersebut direncanakan untuk dipasangkan geotag, sehingga para donatur dapat memantau pertumbuhan anakan mangrove mereka secara online. Konsep adopsi mangrove ini sendiri diinsipirasi oleh program donasi ‘My Baby Mangrove’ WWF-Indonesia yang telah dilakukan di beberapa lokasi di Indonesia.
Dengan berpartisipasi di program ini, secara tidak langsung, para wisatawan yang berdonasi berkontribusi dalam upaya konservasi ekosistem mangrove di Kabupaten Alor, sekaligus mendukung gerakan sukarela pelestarian mangrove yang sudah dilakukan oleh Kelompok Cinta Persahabatan bersama kelompok pelestri mangrove lainnya, yaitu Jikengwar, yang mana baru berdiri pada bulan Februari 2015 lalu.
“Tidak hanya melalui donasi anakan mangrove, para wisatawan yang datang dan menginap di La P’Tite Kepa juga bisa mengunjungi langsung lokasi penyemaian dan penanaman mangrove milik Kelompok Cinta Persahabatan. Ini akan menjadi hal baru dan menarik bagi para wisatawan di Alor, serta menjadi alternatif aktivitas wisata bagi wisatawan setelah melakukan wisata selam di perairan sekitar Pulau Kepa,” tutur Anne, pengelola penginapan La P’Tite Kepa.
“Namun tentunya, fasilitas dan informasi-informasi pendukung harus disiapkan secara baik dan benar, termasuk informasi jam berkunjung, denah spesifik lokasi, dan ketersediaan tenaga pemandu atau pendamping wisatawan,” lanjut wanita Perancis itu.
Bagi WWF-Indonesia, dengan adanya upaya jalinan kerja sama antara penginapan La P’Tite Kepa dan Kelompok Cinta Persahabatan ini, diharapkan dapat dijadikan contoh terhadap implementasi aktivitas pariwisata yang bertanggung jawab di dalam sebuah kawasan konservasi, serta memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat yang mendukung upaya tersebut.
Selain mendampingi kelompok pelestari mangrove seperti Kelompok Cinta Persahabatan dan Jikengwar, WWF-Indonesia juga mendampingi kelompok masyarakat lain di SAP Selat Pantar, yaitu kelompok pembudidaya rumput laut, yang mana didampingi bersama Forum Rumput Laut (FoRLA). Kelompok yang sudah menerapkan praktik-praktik pengelolaan terbaik (best management practices) dalam usaha budidaya mereka ini, diharapkan kedepannya juga dapat berjejaring dengan para pemanfaat sumber daya laut dan pesisir lainnya di SAP Selat Pantar, terutama terkait upaya praktik perikanan berkelanjutan.