“VOLUNTEER DAY” HSBC DI BUMI PANDA
Oleh : Sani Firmansyah & Natalia Trita Agnika
Pada Minggu (14/02) yang lalu, WWF-Indonesia bermitra dengan HSBC menggelar kegiatan “Volunteer Day” di Bumi Panda, Bandung. Kegiatan tersebut merupakan aktivitas pendukung sebagai bagian dari program kemitraan WWF-Indonesia dan HSBC “Konservasi Laut di Indonesia Timur” yang telah diluncurkan pada Rabu, 28 Oktober 2015 silam di Jakarta.
Dalam kegiatan “Volunteer Day” tersebut, para relawan yang merupakan karyawan HSBC diperkenalkan mengenai program kelautan yang telah dilakukan WWF di Indonesia bagian timur, yaitu di Solor Alor, Teluk Cendrawasih, Wakatobi, dan Labuan Bajo. Para karyawan HSBC yang terlibat menjadi relawan diedukasi bagaimana cara mereka berpartisipasi dalam program tersebut.
Kegiatan dimulai dengan tur keliling Bumi Panda. Seluruh peserta diperkenalkan tentang perjalanan pekerjaan konservasi yang dilakukan WWF-Indonesia sejak tahun 1962 hingga saat ini. Para peserta terlihat sangat antusias saat mengikuti tur ini karena dapat mengetahui kondisi lingkungan di Indonesia. Saat berada di “species room”, para peserta mendapat informasi mengenai berbagai satwa kunci yang menjadi fokus kerja konservasi WWF-Indonesia, yaitu badak Jawa, orangutan, harimau Sumatera, gajah Sumatera, penyu, dan hiu paus. Salah satu satwa kunci yang menarik perhatian mereka adalah penyu. Sani Firmansyah dari Bumi Panda menjelaskan bahwa dari hasil nekropsi (pembedahan) terhadap penyu mati, banyak laporan dari lapangan yang menunjukkan fakta ditemukannya plastik di dalam perut penyu laut yang mati. “Hal ini membuktikan bahwa sampah plastik berpengaruh terhadap penyu dan bahkan mengganggu ekosistem yang ada di laut juga,” jelas Sani.
Para relawan dari HSBC juga diajak berdiskusi mengenai hasil tur keliling Bumi Panda di “expericence room”. Asep, salah seorang volunteer HSBC bertanya, “Bagaimana cara untuk menjaga populasi penyu?” Sani pun memberikan penjelasan dengan memberi contoh aksi nyata, yaitu dengan tidak membuang sampah sembarang ketika sedang berkunjung ke pantai atau laut. “Selain itu, kita juga dapat mulai untuk meminimalisir penggunaan kantong plastik serta mendukung berbagai upaya konsevasi yang dilakukan oleh WWF-Indonesia,” ujarnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan sharing session mengenai program “Konservasi Laut untuk Indonesia Timur” oleh Intan Mawarwati Sukarna, Fundraising Development WWF-Indonesia. Penjelasan mengenai kekayaan laut di Indonesia dibuka dengan informasi tentang berbagai potensi kekayaan laut Indonesia, di antaranya 76% spesies terumbu karang yang ada di dunia terdapat di laut Indonesia, sebanyak 40% kebutuhan akan ikan tuna disuplai oleh laut Indonesia, serta 6 dari 7 spesies penyu yang ada di dunia ini sering berkembang biak di laut dan pantai Indonesia. Selain itu, sekitar 120 juta jiwa penduduk menggantungkan hidupnya di laut sebagai sumber mata pencaharian.
Namun, eksploitasi yang berlebihan menjadi ancaman yang nyata bagi ekosistem dan laut Indonesia. Maraknya nelayan yang sampai saat ini masih menggunakan trawl dan bom untuk mendapatkan ikan juga mengancam keberlangsungan ekositem laut Indonesia. Ancaman lainnya adalah praktek-praktek pariwisata yang tidak bertanggung jawab serta jutaan ton sampah plastik di lautan dunia yang menyebabkan eksosistem laut saat ini terganggu.
Intan menjelaskan pula berbagai upaya yang telah dilakukan berkaitan dengan konservasi laut. WWF-Indonesia telah melakukan upaya untuk pengelolaan sampah dengan membangun bank sampah. Salah satunya terdapat di Pulau Komodo. Masyarakat di sana diedukasi untuk memanfaatkan sampah yang ada di sekitarnya supaya memiliki nilai tambah. Dalam hal pangan, WWF-Indonesia mengeluarkan seafood guide yang mengajak para penikmat makanan laut untuk memilih ikan secara bijak demi perikanan berkelanjutan.
Pada kesempatan tersebut, para peserta mendapatkan penjelasan tentang program terbaru hasil kerja sama dari WWF-Indonesia dan HSBC, yaitu “Fresh Water Lab” yang akan berlokasi di Bentang Alam Rimbang Baling, Riau. Program ini dilakukan karena 70% sungai di Indonesia saat ini tercemar akibat aktivitas manusia, limbah industri, limbah rumah tangga, dan limbah pertambangan. Maraknya illegal logging di hulu sungai juga menyebabkan menurunnya kualitas air sungai. Padahal, sungai menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat sekitar juga bagi keberlangsungan salah satu satwa yang dilindungi oleh WWF-Indonesia, yaitu Harimau Sumatera. Nantinya, di laboratorium air tersebut, masyarakat dan peneliti dari WWF dapat mengetahui kondisi sungai serta dapat melakukan berbagai upaya untuk menjaga sungainya.
Anak-anak yang turut serta dalam kegiatan “Volunteer Day” juga mendapat edukasi tentang air melalui pemutaran film “Petualangan Banyu di Dunia Air”. Usai menonton film, anak-anak tersebut diingatkan untuk bersikap hemat air. Setelah menonton film, seluruh anak diajak mewarnai gambar penyu sambil dijelaskan mengenai kondisi penyu tersebut. Mereka juga menghias wajah dengan aneka gambar satwa payung melalui kegiatan face painting.
Semua peserta nampak bersemangat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan. “Setelah mengikuti aktivitas di Bumi Panda WWF-Indonesia ini, saya beserta keluarga lebih mengerti dan memahami bagaimana seharusnya sebagai manusia berlaku terhadap alam ini,” kata Roni Firman Sunandar, karyawan HSBC yang menjadi salah satu peserta. Hal tersebut menjadi bekal baginya dan para peserta lainnya ketika nanti menjadi relawan untuk kegiatan di program selanjutnya.