VIRTUAL RACE: MENDUKUNG PELESTARIAN SATWA LANGKA MELALUI OLAHRAGA
Daratan Indonesia mencakup 1,3% dari permukaan planet Bumi. Tanah Air ini adalah rumah bagi 12% mamalia, 16% reptil dan amfibi, 17% burung, 10% tanaman berbunga, serta 25% spesies ikan yang ada di dunia. Namun, tidak semua spesies tersebut bisa tinggal dengan aman dan nyaman di negeri kita.
Faktanya, berbagai jenis satwa asli Indonesia kini terancam punah. Sebut saja Harimau Sumatera. Menurut para ahli, populasi Harimau Sumatera pada 1978 tercatat sebanyak 1.000 individu. Tapi kini jumlahnya kurang dari 400 individu saja. Penyebab penurunan populasi harimau yaitu akibat alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian, perkebunan dan pemukiman, serta perburuan ilegal.
Nasib penghuni hutan lainnya, orangutan pun tak kalah menyedihkan. Satu abad yang lalu, lebih dari 230.000 individu Orangutan Kalimantan tinggal di belantara Borneo. Kini, jumlah Orangutan Kalimantan sekarang diperkirakan tinggal 104.700 individu saja. Sementara, saudaranya, Orangutan Sumatera hanya sekitar 7.500 individu. Dari semua spesies kera besar berbulu merah yang tinggal di Indonesia tersebut, Orangutan Tapanuli adalah jenis satwa yang paling miris nasibnya. Menurut data, jumlah Orangutan Tapanuli yang tersisa tidak lebih dari 800 individu.
Bicara soal satwa terancam punah, kita tidak bisa melewatkan gajah. Pada tahun 2012, International Union for Conservation of Nature (IUCN) menaikkan status Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) dari genting (endangered) menjadi kritis (critically endangered). Populasi Gajah Sumatera saat ini diperkirakan tinggal 2.400-2.800 individu.
Penyebab kematian gajah antara lain habitat yang semakin sempit dan konflik manusia-gajah. Menurut catatan, lebih dari dua pertiga dari hutan dataran rendah alami telah dihancurkan dalam 25 tahun terakhir. Akibatnya, gajah sering “bersentuhan” dengan pemukiman manusia, menyerbu tanaman, merusak rumah hingga jatuh korban, baik manusia maupun gajah.
Sementara itu, di timur Indonesia, kita juga punya burung dari surga yang memiliki warna bulu yang indah. Namanya cenderawasih kuning besar. Satwa khas Papua ini juga sudah semakin langka. Penyebabnya lagi-lagi karena perburuan ilegal dan kerusakan habitat. Tetapi, masyarakat Papua sudah mulai sadar untuk menjaga kekayaan alam ini dengan upaya pelestarian cenderawasih.
Virtual Race: Sehat dan memberi dampak positif!
WWF-Indonesia dan para pecinta olahraga lari di iLuvRun telah menemukan ide untuk menggabungkan kegiatan olahraga dan beramal dengan menggagas virtual race. Balapan virtual sama seperti perlombaan lainnya. Kamu bisa jogging di area perumahan, hiking akhir pekan, atau bersepeda keliling kota, dan bahkan berlari di treadmill dengan tujuan penggalangan dana untuk kebaikan.
Peserta yang mengikuti virtual race lari mesti menyelesaikan lomba sejauh 25 km, 50 km, 100 km atau 200 km dalam waktu maksimal 31 hari dalam periode tertentu. Sementara pesepeda harus mengayuh sejauh 150 km, 300 km, 600 km atau 1200 km dalam maksimal 31 hari dalam periode tertentu. Setiap selesai kegiatan, peserta mesti melaporkan waktu dan jarak yang dicapai, kemudian iLuvRun akan mengirim medali.
Ada tiga virtual race lari dan bersepeda yang masih dibuka untuk mendukung WWF menyelamatkan satwa langka dari kepunahan. Kamu bisa mengikuti Orangutan Run dan Orangutan Ride. Untuk kamu yang peduli pada gajah, boleh juga berpartisipasi dalam Gajah Sumatra Run dan Gajah Sumatra Ride. Dan, jangan lupa untuk melindungi burung surga yang langka dengan mengikuti Burung Cendrawasih Run dan Burung Cendrawasih Ride.
Dengan berpartisipasi dalam race ini, kamu telah berdonasi Rp30.000,00 untuk WWF. Kamu ikut membantu misi WWF untuk melestarikan, memulihkan, serta mengelola ekosistem dan keanekaragaman hayati Indonesia.
Jadi tunggu apa lagi? Daftarkan dirimu sekarang di iluvrun.com dan bantu pelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayati Indonesia yang terancam punah. Pelestarian lingkungan merupakan tanggung jawab kita semua untuk generasi masa depan.