TULUS KUNJUNGI TAMAN NASIONAL TESSO NILO UNTUK SERAHKAN HASIL DONASI #TEMANGAJAH
Oleh: Natalia Trita Agnika
Anak gajah berusia tujuh tahun bernama Imbo menyambut kedatangan musisi Tulus di Taman Nasional Tesso Nilo, Riau, pada Rabu (25/07) yang lalu. Dengan perlahan, musisi bernama lengkap Muhammad Tulus Rusydi itu dikalungi bunga. Kehadiran Tulus di salah satu habitat asli Gajah Sumatera tersebut untuk menyerahkan hasil donasi dari Kampanye #TemanGajah kepada WWF-Indonesia.
Setelah sebelumnya sebuah GPS satellite collar atau kalung pendeteksi lokasi hasil donasi Kampanye #JanganBunuhGajah dipasang pada gajah di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) pada awal tahun 2018, kini Tulus membawa tiga unit kalung pendeteksi lokasi. Selain dari hasil donasi Kampanye #TemanGajah, kalung pendeteksi lokasi tersebut juga merupakan hasil donasi dari Wardah dan Sejauh Mata Memandang. GPS satellite collar yang dipasang pada gajah liar akan mempermudah pemantauan pergerakan kelompok gajah liar. Data yang terkumpul dapat menjadi dasar dalam menentukan mitigasi konflik antara gajah dan manusia.
Nurchalis Fadli, Rimba - Upper Kampar - Tesso Nilo Manager WWF-Indonesia menerima donasi tersebut dengan disaksikan oleh para mahout/pelatih gajah, beberapa gajah latih anggota tim Flying Squad WWF-BBKSDA Riau, perwakilan Wardah, dan Sejauh Mata Memandang.
Tesso Nilo adalah salah satu blok hutan yang masih tersisa di Pulau Sumatera. Wilayah ini merupakan kawasan konservasi Gajah Sumatera. Namun konversi hutan alam dalam skala besar menyebabkan habitat gajah menyempit sehingga meningkatkan potensi konflik antara gajah dan manusia. Keberadaan tim Flying Squad WWF-BBKSDA Riau yang dibentuk sejak 2004 membantu mengurangi konflik antara gajah dan manusia karena mereka melakukan patroli dan penggiringan gajah liar yang memasuki kebun masyarakat untuk kembali ke habitatnya di Taman Nasional Tesso Nilo.
Selain menyerahkan GPS satellite collar, Tulus juga berkesempatan melihat kegiatan sehari-hari tim Flying Squad. Penyanyi lagu “Gajah” ini terpesona melihat sosok Rahman, gajah dewasa berusia 48 tahun yang sangat berkarisma. Kelucuan Rimbani, gajah kecil yang lahir di Tesso Nilo pada 2016 lalu, juga membuat Tulus makin mencintai gajah. Bersama dengan Lisa, induknya, Rimbani mandi pagi sambil minum. Tak hanya bercengkerama dengan para gajah, Tulus juga berbagi kisah dengan para mahout yang setia memelihara, mendampingi, mengawasi, dan merawat gajah. Para mahout mengajak Tulus menanam bibit pohon ambacang hutan, sejenis mangga yang sangat wangi. Kelak ketika berbuah, pohon ini akan menjadi kesukaan anak-anak gajah.
Sebagai tanda kecintaannya pada gajah dan dukungannya pada upaya konservasi satwa payung ini, penggalangan donasi melalui Kampanye #TemanGajah masih akan terus berlangsung. Donasi dapat dikumpulkan melalui kitabisa.com/temangajah.