TIGER PROTECTION UNIT: PENJAGA HARIMAU SUMATERA
Oleh: Natalia Trita Agnika
Pada Global Tiger Day, 29 Juli 2018 yang lalu, WWF-Indonesia dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia (KLHK) merilis seri video langka yang menunjukkan Harimau Sumatera sukses berkembang biak di alam liar. Satwa langka yang dapat hidup dengan bebas dan sejahtera di alam liar merupakan harta yang sangat bernilai. Sudah layaknya harta tersebut dijaga supaya tidak punah.
[Tonton: Video Harimau Sumatera Sukses Berkembang Biak di Alam Liar]
Menjaga harta yang tak ternilai tersebut tidaklah mudah. Dibutuhkan sosok tangguh atau ranger yang rela melewati medan sulit dan jauh dari permukiman masyarakat. Tak jarang, penjaga kawasan yang menyimpan kekayaan alam tersebut harus berhadapan langsung dengan marabahaya; baik yang disebabkan oleh alam maupun ulah manusia. Salah satu contoh sosok tangguh penjaga Harimau Sumatera adalah tim Tiger Protection Unit (TPU).
Tim TPU merupakan unit kerja sama antara WWF dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) untuk merespon cepat kegiatan yang berkaitan dengan ancaman langsung dan tidak langsung terhadap Harimau Sumatera dan satwa liar lainnya di kawasan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling (SMBRBB). Ada beberapa kegiatan Tim TPU terkait konservasi Harimau Sumatera, yaitu patroli, investigasi, dan penyadartahuan.
Tim TPU yang beranggotakan 16 orang tersebut, terdiri dari dua tim untuk kegiatan patroli jalan kaki yang masing-masing tim beranggotakan empat orang (tiga orang TPU dan satu polisi hutan). Sedangkan untuk tim patroli dengan kendaraan bermotor terdiri dari dua orang. Demikian juga dengan tim penyadartahuan dan tim investigasi yang masing-masing terdiri dari dua orang.
Tim patroli jalan kaki menyusuri area untuk mendeteksi ancaman terhadap kelestarian Harimau Sumatera di kawasan yang tidak bisa dilalui oleh kendaraan. Sedangkan tim patroli dengan kendaraan (motor atau mobil) bertugas untuk mendeteksi ancaman secara cepat di kawasan yang bisa dilalui oleh kendaraan. Jerat-jerat yang ditemukan oleh tim patroli akan diselidiki oleh tim investigasi untuk mengetahui siapa yang memasang jerat tersebut. Setelah pelaku diketahui, tim akan melaporkannya ke BBKSDA.
Dulu, ketika ada jerat yang ditemukan, jerat itu akan disita. “Namun kemudian kami berpikir kalau hanya seperti itu terus, tidak akan ada peningkatan. Lalu timbul ide dari saya bagaimana supaya pemburunya itu sendiri sadar, yaitu dengan melakukan penyadartahuan melalui pendekatan secara pribadi. Alhamdulillah, dengan cara seperti itu, untuk saat ini dia tidak lagi melakukan perburuan. Semoga ke depannya tetap terus seperti itu,” jelas Jon Hendra, Koordinator Tiger Protection Unit. Selain jerat, tim ini juga mengidentifikasi temuan kejahatan illegal logging, perambahan, dan aktivitas ilegal lainnya ketika sedang berpatroli.
Dalam melakukan tugasnya, tim TPU bisa masuk ke hutan hingga lima hari pada kegiatan cepat (trek pendek) dan selama 10-15 hari pada kegiatan trek panjang. Usai melaksanakan tugas menjaga kawasan SMBRBB, mereka akan singgah di Camp Sungai Tapi¸ di pinggir Desa Petai, Kecamatan Sei Tapi, Kabupaten Kuantan Singingi. Tak hanya sebagai tempat singgah, Camp Sungai Tapi juga menjadi tempat untuk berdiskusi mengenai berbagai rencana kerja.
Semoga dengan keberadaan Tiger Protection Unit, Harimau Sumatera di kawasan ini tetap terlindungi kelestariannya sehingga keberadaan satwa yang lain juga tetap lestari. Bagaimana dengan kita yang tinggal di daerah perkotaan dan jauh dari belantara? Masyarakat urban yang tergerak hatinya untuk ikut mengawasi, menjaga, dan melestarikan hutan serta laut dapat turut terlibat dalam upaya konservasi. Salah satunya, dengan menjadi WWF Warrior. Mari, bantu para ranger menjaga sumber daya alam kita!