SETENGAH JALAN, KESEPAKATAN DUNIA UNTUK PELESTARIAN HARIMAU
Oleh: Diah R. Sulistiowati
Pada tanggal 12-16 April lalu, telah berlangsung pertemuan setingkat menteri, untuk membahas pelestarian Harimau di dunia, atau Asia Ministerial Conference on Tiger Conservation. Pertemuan ini sudah kali ke tiga berlangsung di dunia. Dimulai pertama kalinya pada tahun 1994 di Berlin, pertemuan ini dihadiri oleh 13 negara-negara yang mempunyai atau pernah mempunyai Harimau, yaitu Indonesia, India, Nepal, Bhutan, Malaysia, Cina, Rusia, Myanmar, Thailand, LaoPDR, Kamboja, Myanmar dan Banglades. Walaupun Harimau di Negara Kamboja dan Myanmar telah dianggap punah, namun diupayakan untuk introduksi Harimau dari India. Ini merupakan pertengahan jalan untuk pelestarian Harimau secara global yaitu menaikan 50% populasi dunia pada tahun 2022 atau #doublenumber atau juga dikenal dengan logo Tx2.
Kesepakatan ini dibuka dengan mengumumkan angka populasi dunia untuk Harimau, yang diumumkan pertama kalinya angka peningkatan, dari 3200 pada tahun 2010 menjadi 3890. Angka ini didapat dari pengumpulan data IUCN, survey nasional, dan juga factor tambahan lainnya seperti penambahan populasi yang signifikan dari India, Rusia, Nepal dan Bhutan, peningkatan kapasitas dalam proses survey dan penguatan proteksi. Indonesia menyumbangkan angka Harimau Sumatera sebanyak 371 individu.
Secara umum, pertemuan ini menghasilkan kesepakatan tentang melihat perlestarian Harimau dengan perspektif yang berbeda, yaitu hubungan pelestarian Harimau dengan pembangunan ekonomi, ini diinsiprasikan dari pidato Perdana Mentri India, Narendra Modi yang menyatakan kita harus memandang lansekap Harimau sebagai natural capital, sehingga harus ada jalan keluar yang adil (win-win solution) antara Harimau dan Manusia.
13 negara-negara ini berkomitmen untuk:
- Mempercepat implementasi kesepakatan Global and National Tiger Recovery Program (GTRP) *ini merupakan kesepakatan Negara-negara baik yang mempunya harimau maupun tidak untuk konservasi Harimau yang dikeluarkan di Russia, pertemuan Negara-negara peduli pelestarian Harimau pertama kali.
- Menyelaraskan pembangunan ekonomi dengan konservasi
- Meningkatkan pendanaan nasional dan global juga untuk support teknis
- Memperkenalkan hubungan Antara habitat Harimau dengan ecosystem services dan perubahan iklim
- Menitikberatkan program pemulihan lansekap Harimau khususnya pada daerah-daerah yang densitasnya rendah
- Memperkuat kerjasama tingkat tinggi diantara Negara-negara
- Meningkatkan berbagi pengetahuan dan penggunaan teknologi termasuk penggunaal “alat” yang efektif.
Kesepakan ini merupakan jalan untuk kegiatan enam tahun kedepan untuk mencapai angka populasi Harimau minimum di alam liar secara global atau Tx2 yang sebelumnya sudah disepakati pada pertemuan sebelumnya yaitu di Hua Hin, Thailan, St. Petersburg, Timphu dan Dhaka. Kesepakatan ini juga merecognisi bahwa Forum Harimau Global dan Global Tiger Initiative Council sebagai badan koordinasi untuk melaksanakan target peningkatan 50% populasi Harimau dunia.
Indonesia, yang diwakili oleh Dirjen KSDAE, Tahrir Fathoni menyampaikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Indonesia untuk menyelamatkan populasinya dan juga menampilkan video tiga anak Harimau sehat yang terekam oleh video penjebak di Rimbang Baling, Riau, Sumatera.