#RESOLUSIBUMI 2016 #SEAFOOD
Walaupun lautan menyelimuti 70% permukaan bumi, lautan tak akan selalu dapat menyediakan makanan bagi manusia yang semakin hari bertambah banyak. Buktinya, akibat overfishing dalam kurun waktu 60 tahun, tepatnya dari tahun 1950 hingga 2010, stok ikan besar sudah berkurang hingga 90%. Dengan teknik penangkapan yang tidak hanya mengambil ikan dalam jumlah banyak, namun juga merusak ekosistem, dalam waktu kurang dari 50 tahun, seluruh spesies ikan diperkirakan akan punah.
WWF Indonesia tak pernah lelah untuk mengajak masyarakat bergabung dalam kampanye “Sustainable Seafood” guna memulihkan stok ikan dan ekosistem perairan. Sebagai konsumen makanan laut, masyarakat perlu menjadi kritis saat membeli makanan laut. Ketahui dari mana makanan laut itu berasal dan pilih jenisnya secara bertanggung jawab karena tidak semua spesies masih tersedia dalam jumlah banyak di lautan.
Bukan asal ikan
WWF Indonesia membuat buku saku Seafood Guide, yang dibuat sebagai panduan konsumen dalam memilih hidangan laut yang berkelanjutan. Seafood guide ini sangat berguna, karena kapanpun konsumen ingin memesan hidangan laut di restoran atau membeli ikan di pasar atau supermarket, mereka dapat mengintipnya untuk mengetahui ikan-ikan apa saja yang aman dimakan karena penangkapannya tidak membahayakan ekosistem. Kadang, makanan laut favorit konsumen ternyata tidak aman dikonsumsi, misalnya ikan bawal dan udang. Sementara, untuk jenis-jenis ikan tertentu, dapat dimakan hanya jika tidak ditangkap dengan metode-metode tertentu. Misalnya ikan barakuda. Ikan ini harus dihindari jika penangkapannya menggunakan pukat cincin, trawl atau pukat, dan liftnet atau bagan.
Menjadi Wisatawan yang Bertanggung Jawab
Saat tidak sedang menyantap hidangan laut yang berkelanjutan, masyarakat dapat menjaga ekosistem perairan dengan menjadi wisatawan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan. Tidak merusak terumbu karang saat snorkeling atau diving dan tidak membuang sampah plastik yang dapat menyakiti binatang-binatang yang sudah terancam punah seperti penyu hanyalah beberapa contoh tindakan wisatawan yang bertanggung jawab.
Untuk membantu masyarakat menjadi wisatawan maupun operator wisata yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, WWF Indonesia membuat panduan yang berjudul “Mengamati dan Berinteraksi dengan Satwa Laut”. Panduan ini berisi tips praktis yang dapat diterapkan wisatawan mengenai perilaku yang bijak, bersahabat dan bertanggung jawab kepada laut dan ekosistemnya. Panduan ini juga dibuat untuk membantu wisatawan memilih operator serta paket wisata yang tidak mengancam kelestarian populasi satwa dan ekosistem laut.
Di tahun 2016, mari menghadirkan hidangan laut di meja makan sambil tetap menjaga jumlah populasi ikan dan kesehatan ekosistem laut. Caranya ternyata tidak sulit, cukup dengan memperhatikan ikan apa yang kita konsumsi sehari-hari.
Siapkah Sobat memulihkan stok ikan dan ekosistem perairan sebagai resolusi di tahun 2016?
Sumber artikel:
Film Ending Overfishing : http://www.wwf.or.id/?26880/ending-overfishing