PROFIL: ERWIN WIDODO, DEPUTI DIREKTUR BIDANG KEHUTANAN, SPESIES, DAN AIR TAWAR
Oleh: Jacqui Fetchet
Erwin Widodo termasuk staf yang sulit ditemui di ruangan kantornya di kantor pusat WWF-Indonesia. Hal ini disebabkan karena Deputi Direktur untuk bidang Kehutanan, Spesies dan Air Tawar ini harus membagi waktunya untuk keperluan rapat dan kunjungan ke berbagai lokasi yang menjadi tanggung jawabnya sebagai koordinator, pengawas dan penasehat strategis untuk proyek Save Sumatra.
Walapun posisinya kini tidak mengharuskannya terlibat langsung dengan penelitian lapangan, lingkungan hidup tetap menjadi perhatian utama Erwin yang memperoleh gelar Doktor dibidang Ilmu Lingkungan dan Produksi Bio-resource dari Universitas Kobe. Kepedulian ini tumbuh seiring dengan penelitian yang ia lakukan selama sepuluh tahun mengenai ekologi tropis dan manajemen kehutanan. Penelitan tersebut ia lakukan di berbagai wilayah di Indonesia melalui keterlibatannya pada bermacam organisasi seperti Conservation International, Wildlife Conservation Society, The Nature Conservancy dan Yayasan KEHATI Indonesia. Sejumlah publikasi dan literatur mengenai spesies semut di hutan hujan dan pengaruh pembabatan hutan pada habitatnya telah ia hasilkan.
Apabila sebelumnya ia lebih banyak mencurahkan perhatiannya pada spesies berukuran kecil, perhatian tersebut mulai bergeser setelah ia bergabung bersama WWF. “Kita perlu memfokuskan diri pada spesies kunci yang biasanya berukuran besar seperti tapir, harimau, gajah, badak, dan orangutan Sumatera. Hewan-hewan ini yang menjadi perhatian masyarakat dan hewan inilah yang populasinya terus berkurang secara drastis akibat kerusakan yang dilakukan manusia.”
Perubahan fokus perhatian tersebut memperluas cakupan kerja Erwin dari membina kerjasama dengan proyek komunitas dan penelitian, hingga membawa agenda pelestarian lingkungan dan perlindungan hutan tersisa kepada pihak swasta dan pembuat kebijakan pemerintah. Dalam agenda tersebut, hutan dataran rendah mendapat porsi yang khusus. Hutan dataran rendah sering menjadi target alih fungsi akibat lokasinya yang lebih mudah dicapai serta biaya produksi yang lebih rendah. Hanya saja hutan tipe ini biasanya tumbuh di atas tanah gambut yang menyimpan cadangan karbon. Apabila lahan gambut ini dirusak, cadangan karbon tersebut akan lepas ke udara dan mempercepat perubahan iklim.
“Apabila hutan dataran rendah kita rusak, kita juga akan gagal mencegah perubahan iklim” tegas Erwin. Pesan inilah yang ia emban dan hendak sampaikan pada pelaku bisnis dan pemangku kebijakan.
Dalam penyampaian pesan dan pelestarian alam di Sumatera, Erwin menawarkan empat pendekatan: perencanaan tata ruang, manajemen konservasi, perubahan sektoral dan pendanaan berkelanjutan. Empat pendekatan ini digunakannya untuk menghadapi tantangan seperti perambahan liar, perburuan liar satwa langka seperti harimau, serta bagaimana menciptakan perkebunan sawit yang lestari dan pembangunan masyarakat. Diantara beragamnya tema yang diusung oleh WWF-Indonesia dalam melestarikan alam dan menyampaikan pesan lingkungan pada masyarakat, misi utama yang hendak Erwin capai adalah membuat strategi yang efektif untuk diterapkan di Sumatera kemudian Kalimantan.
“Tetapi lebih dari itu, semua sebenarnya menyangkut nurani,” ujarnya sambil menyandarkan tubuhnya di kursi sambil memegang secangkir kopi. “Kita harus bertanya pada hati, nilai-nilai, dan moral kita untuk memahami kenapa kita perlu melestarikan lingkungan. Hanya dengan kembali ke alam dan kesadaran diri, kita dapat melindungi lingkungan untuk masa yang akan datang.”
Erwin Widodo, ahli spesialis semut, pecinta lingkungan, aktivis kebijakan lingkungan hidup, sarat dengan pandangan hidup dan nilai-nilai positif yang patut kita contoh. Sungguh pengalaman yang inspiratif bisa mengenal sosoknya, seseorang yang dengan penuh dedikasi bekerja untuk masa depan Sumatera dan keanekaragaman hayati yang dikandungnya.