PLTMH CINTA MEKAR ADOPSI SISTEM PENGELOLAAN PLTMH BERBASIS MASYARAKAT
Oleh: Masayu Yulien Vinanda
Subang (27/07)-Swadaya Listrik melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) sudah mulai diterapkan si sejumlah desa di Indonesia. Jika pada awalnya pembangkit mikrohidro dibangun guna menerangi desa-desa yang belum dialiri listrik, kini PLTMH mampu mendorong ekonomi mandiri di sejumlah desa. Salah satunya adalah desa Cinta Mekar, kabupaten Subang, Jawa Barat.
PLTMH yang diresmikan pada 17 April 2004 lalu ini dibangun atas bantuan UN-ESCAP (United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific) yang memberi dana hibah sebesar 75 ribu dolar AS. Separuh dana lain ditanggung oleh PT Hidro Piranti. Sementara Yayasan Ibeka (Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan) sendiri mengeluarkan dana yang sama untuk kepentingan diseminasi dan fasilitas training.
Sejak awal masyarakat Cinta Mekar dilibatkan dalam pembangunan PLTMH berkapasitas daya maksimal 120 kilowatt tersebut. Yayasan Ibeka mendampingi dalam kegiatan sosial-kemasyarakatannya. Tim sosial IBEKA melakukan persiapan-persiapan mulai dari pencatatan data awal, pembentukan organisiasi, pembentukan kapasitas dan kepemilikan.“PLTMH berbasis masyarakat selain secara teknis harus well designed, ia juga harus memiliki nilai tambah dan yang terpenting juga well maintained. Suskesnya PLTMH juga didukung oleh faktor kemampuan organisasi dan lembaga lokal serta kemanfaatan dari nilai tambah PLTMH tersebut,” terang Ir. Iskandar, staf ahli IBEKA.
Sistem PLTMH berbasis masyarakat inilah yang menjadi kunci keberhasilan megaproyek swadaya listrik Cinta Mekar. Penduduk terjun langsung dalam mengelola seluruh perawatan, pengorganisasisan, hingga pola penagihan terhadap pelanggan.
Seluruh hasil produksi PLTMH Cinta Mekar dimasukkan ke jaringan PLN, dan dijual dengan harga Rp 432,00 per Kwh. Setelah beroperasi, PLTMH ini meraup pemasukan sebesar sekitar Rp 25 juta per bulan. Jumlah ini didapat dari rata-rata produksi 100 KW x 24 jam x 25 hari x Rp 432,00. Setelah dikurangi depresiasi, biaya operasi, dan pemeliharaan, keuntungan bersih yang didapat mencapai angka 10 juta rupiah.
Pemasukan desa dikelola melalui Koperasi Cinta Mekar untuk kemudian dimanfaatkan untuk kepentingan warganya. Pemasukan desa dibagi untuk pendidikan, beasiswa, kesehatan, permodalan, infrastruktur desa, pengelolaan desa dan biaya rutin koperasi. Bagi yang tidak mampu, pemasangan listrik diberikan secara gratis. Sisanya sistem diskon, ada yang 75 persen dan seterusnya, tergantung kemampuan warga.
Seluruh proses pengambilan keputusan misalnya mengenai alokasi pemasukan maupun penyusunan klasifikasi penduduk yang berhak mendapat bantuan ditentukan oleh musyawarah penduduk.
Keterlibatan total masyarakat Cinta Mekar dalam pengelolaan PLTMH terbukti mampu mempertahankan eksistensi PLTMH Cinta Mekar sekaligus juga meningkatkan kemandirian desa mereka. Sistem PLTMH berbasis masyarakat ala Cinta Mekar tersebut mungkin bisa direplikasi oleh pemerintah ataupun organisasi lainnya yang ingin mengembangkan PLTMH.