PEREMPUAN DAN LAUT
Sebagai seorang ibu dengan seorang suami dan tiga anak yang tinggal di Desa Pasanea, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Ida Wama menjadikan laut sebagai sumber utama kehidupannya. Ia selalu setia melaut dengan suaminya di Perairan Pulau Tujuh, Kabupaten Maluku Tengah. Ida mampu bertahan mencari ikan hingga berhari-hari demi memenuhi kebutuhan hidup, hasil yang didapatkan pun cukup memuaskan. Sebelum matahari terbit, Ida sudah menyusuri pesisir pantai Desa Pasanea dengan memikul alat tangkap jaring dan pancing ulur di bahunya dan perbekalan di tangan kirinya dengan tampilan yang sangat khas memakai celana coklat panjang, baju yang dilapisi jaket serta penutup kepala.
“Laut itu beta pung rumah kedua (laut merupakan rumah kedua saya),” tutur Ida dengan senyuman terpancar di wajahnya, bak seorang lelaki, ketika melaut Ida dan suaminya saling mengisi pekerjaan. Dengan semangat serta kemampuan yang ia miliki, seringkali Ida menjadi operator kapalnya, tangannya juga sudah terbiasa menari dengan lilitan tali jangkar yang kasar dan berat.
Sebelum, WWF-Indonesia sebagai pelaksana Proyek USAID SEA hadir di Desa Pasanea, Ida dan suaminya sering kali menangkap penyu, dengan tujuan untuk membuat gelang dari sisik penyu. Namun setelah adanya sosialisasi dari WWF-Indonesia mengenai hewan laut yang terancam punah dan dilindungi, kini Ida dan suaminya, tidak lagi menangkap hewan hewan laut yang terancam punah dan dilindungi.
Ia pun sering melakukan sosialisasi kepada nelayan yang tidak sengaja menangkap hewan-hewan yang dilindungi tersebut, agar dapat diusahakan untuk dilepaskan kembali ke laut. Ida dan suaminya percaya apabila ekosistem yang ada di laut terganggu maka dapat mempengaruhi hasil tangkapannya. “Mama seng akan barenti mangael sampe mama pung ana-ana berhasil jadi manusia (Mama, tidak akan berhenti melaut sampai anak-anak jadi sukses),” ujarnya.
Ida dan suaminya akan terus berusaha mengingatkan masyarakat akan pentingnya keberadaan hewan-hewan laut dilindungi agar rantai makanan tidak terganggu, sehingga sumber daya perikanan dapat berkelanjutan, dan ekosistemnya terjaga. “Hidup seng bisa rubah ale keadaan, tapi keadaan bisa rubah ale pung hidop, untuk itu jang pernah menyerah for keadaan (hidup tidak dapat merubah keadaanmu, tapi keadaan dapat merubah hidupmu, untuk itu jangan pernah menyerah pada keadaan)” ujarnya.