PERAN PROGRAM IMBAU DALAM MENDUKUNG PENGELOLAAN RIMBANG BALING
Oleh: Sunarto (Ekolog Satwa dan Lanskap WWF-Indonesia)
Bentang alam Rimbang Baling merupakan kawasan strategis di tengah Sumatera yang menjadi tempat hidup beragam jenis satwa dan tumbuhan langka, serta menjadi habitat kunci Harimau Sumatera. Berada di bagian barat daya Provinsi Riau dengan sebagian wilayahnya mencakup Provinsi Sumatera Barat, wilayah ini juga merupakan hulu dan daerah tangkapan air utama di Sumatera bagian tengah. Bagian inti dari bentang alam ini adalah Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling (SMBRBB) seluas lebih dari 140.000 ha.
WWF telah mulai melakukan kegiatan di kawasan ini sejak tahun 2004. Kegiatan awal fokus pada survei keberadaan, sebaran, dan ekologi harimau dan mangsanya. Pada saat bersamaan, melihat kebutuhan yang ada, tim perlindungan harimau juga mulai dibentuk dan diaktifkan melalui kerja sama dengan BKSDA Riau.
Dari kedua kegiatan tersebut, di satu sisi mulai terungkap adanya beragam ancaman yang mengintai dan mulai menggerogoti sebagian kawasan tersebut. Bentuk ancaman tersebut antara lain pembalakan liar, pertambangan batubara dan emas, konversi hutan menjadi perkebunan, serta perluasan kawasan budidaya. Namun di sisi lain, tim juga menemukan banyak potensi satwa, keindahan alam serta budaya dan kearifan tradisi masyarakat yang berpotensi dikembangkan dan dijadikan contoh dalam pengelolaan kawasan konservasi.
Program IMBAU
Pada tahun 2015, IUCN (Badan Konservasi Dunia) dan KFW (Bank Pembangunan Jerman) membuka kesempatan pendanaan konservasi habitat harimau yang terintegrasi. Skema pendanaan tersebut merupakan wujud dari dukungan pemerintah Jerman terhadap upaya pemulihan populasi harimau global yang dicanangkan dalam Pertemuan Puncak untuk Harimau (Tiger Summit) di Rusia pada 2010. Saat itu, pimpinan dari seluruh negara pemilik harimau yang hadir menyepakati untuk memulihkan populasi dan habitat harimau global. Indonesia termasuk di dalamnya.
WWF yang sejak 2012 telah menjadikan Rimbang Baling sebagai salah satu bentang alam prioritas global, memanfaatkan peluang yang ada untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam mengelola SMBRBB. WWF menggandeng YAPEKA (Yayasan Pendidikan Konservasi) dan INDECON (Indonesia Ecotourism Network) sebagai anggota konsorsium dan mitra strategis yang dapat melengkapi kapasitas yang dibutuhkan untuk mencapai target program ini. YAPEKA merupakan lembaga yang sangat berpengalaman dan kompeten dalam pengembangan masyarakat dan mata pencaharian berkelanjutan untuk mendukung konservasi alam. Sedangkan INDECON telah dikenal kiprahnya di berbagai sudut nusantara dan kapasitasnya dalam pengembangan ekowisata yang telah diakui dunia. Konsorsium dan program yang dibentuk pada 4 Agustus 2015 tersebut kemudian disebut IMBAU.
Program IMBAU bertujuan untuk mendukung upaya peningkatan efektivitas pengelolaan populasi dan habitat harimau oleh otoritas dengan mengutamakan keterlibatan dan dukungan multi-pihak, melalui tiga komponen. Yang pertama adalah Komponen Perlindungan Terintegrasi dan Monitoring yang antara lain berisi program monitoring harimau secara intensif dengan camera trap yang menjangkau keseluruhan wilayah jelajah harimau di SMBRBB. Bersamaan dengan itu juga dilaksanakan kegiatan penyadaran masyarakat yang fokus untuk perlindungan, patroli SMART, peningkatan kapasitas, dan pembangunan infrastuktur perlindungan. Semuanya dilakukan dengan mengedepankan pentingnya peran masyarakat.
Komponen yang kedua adalah Komponen Pengelolaan Efektif yang mengusung program penggalangan dukungan multi-pihak untuk pengelolaan dan perlindungan kawasan, peningkatan kapasitas pengelola dan mitra, mendorong dan memperkuat kebijakan pendukung yang diperlukan, serta mendukung penyusunan rencana pengelolaan kawasan.
Sedangkan komponen ketiga adalah Pelibatan Stakeholder dan Co-benefit yang diawali dengan menggali pengetahuan, praktik dan memahami sikap masyarakat tentang konservasi dan berbagai aspek terkaitnya, identifikasi potensi sumber pendapatan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, pengembangan energi ramah lingkungan, pengembangan ekowisata, serta pengembangan praktik pengelolaan perkebunan dan hutan tanaman yang mendukung upaya konservasi (umum dikenal dengan Better Management Practices - BMP).
Salah satu tantangan dari pelaksanaan program ini adalah untuk menjaga integrasi dari masing-masing komponen tersebut. Hal itu tidak mudah dilakukan, khususnya bagi anggota tim yang dituntut fokus pada kegiatan yang dikawal, dan bagi sebagian masyarakat yang masih mengalami kesulitan untuk memahami proses yang terkadang memerlukan waktu lama serta dalam skala yang luas.
Capaian Program
Program IMBAU, dari 3,5 tahun yang direncananakan, saat ini tengah memasuki masa pertengahan pelaksanaan kegiatannya. Perjalanan masih jauh untuk mencapai kondisi ideal yang diharapkan. Namun demikian, ada beberapa capaian dan indikasi awal keberhasilan yang cukup layak disebutkan untuk menjadi pembelajaran dan sekaligus tantangan untuk meneruskannya.
Dari komponen perlindungan terintegrasi, beberapa keberhasilan yang dapat disebutkan antara lain adalah meningkatnya intensitas upaya perlindungan harimau dan habitatnya, seperti yang terdokumentasi melalui sistem database SMART. Selain itu, tim proteksi juga telah berhasil melakukan pendekatan persuasif kepada beberapa “perambah” dan pemburu harimau untuk menghentikan kegiatan yang dapat mengancam harimau dan kawasan hutan SMBRBB. Hasilnya, sudah ada tiga tokoh masyarakat yang bersedia menyerahkan lahan di dalam kawasan SMBRBB yang sempat dikelolanya, dengan total seluas 58 ha. Sementara itu, tiga orang pemburu telah berhasil disadarkan untuk dengan sukarela menghentikan kegiatannya yang ilegal dan dapat diancam pidana.
Dari program monitoring harimau, berkat dukungan dari Integrated Tiger Habitat Conservation Program (ITHCP) IUCN-KFW, sejak enam bulan ini tengah dilakukan pemantauan populasi harimau dan mangsanya secara intensif. Seluruh kawasan SMBRBB yang berpotensi dihuni harimau telah dipasangi camera trap yang akan dipastikan untuk tetap beroperasi selama setahun penuh. Ada lebih dari 350 unit kamera yang disiapkan untuk mendukung program ini. Hasil sementara dari program ini adalah tersedianya baseline/tolok ukur populasi harimau untuk kawasan ini. Diharapkan, kegiatan monitoring intensif akan menghasilkan pemutakhiran populasi harimau, serta pemahaman yang lebih mendalam tentang ekologi harimau, mangsa dan beragam kekayaan hayati di dalamnya.
Program penyadaran publik dan masyarakat juga meningkat dan lebih intensif sejak dilaksanakannya Program IMBAU. Hal itu dilakukan mulai dari pedesaan di dalam kawasan SMBRBB, di pinggiran kawasan, di ibukota provinsi, di Jakarta, hingga di sosial media melalui beragam platform. Tujuan dari kegiatan penyadaran publik adalah untuk mendukung perlindungan yang terintegrasi bagi harimau dan habitatnya oleh berbagai pihak seperti yang disebutkan di atas.
Dari komponen Pengelolaan Efektif, Program IMBAU mendukung pihak otoritas dalam pengusulan Rimbang Baling untuk dikelola dengan skema Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK). Dukungan itu kemudian dilanjutkan dengan pemastian operasionalisasi KPHK melalui penyusunan Rencana Blok (RB) dan Rencana Pengelolaan (RP). Bahan-bahan studi yang didukung Program IMBAU, baik yang langsung dilakukan oleh tim maupun oleh mahasiswa, dosen ataupun peneliti dari kampus dan lembaga riset, dijadikan bahan masukan penting dalam penyusunan RB dan RP. Progam IMBAU juga mendukung penuh proses konsultasi RB dan RP ke berbagai pihak, termasuk Konsultasi Publik atas draft RB dan RB yang dilakukan pada Juni 2017.
Dari Komponen Pelibatan Stakeholder dan Masyarakat, tim YAPEKA dan INDECON telah bekerja secara sistematis dan tekun di lapangan, mulai dari memahami persoalan dan potensi, dan bersama-sama mengajak masyarakat setempat untuk mengembangkan berbagai potensi mata pencaharian berkelanjutan yang ramah lingkungan serta ekowisata. Beberapa demplot, baik untuk energi terbarukan seperti biogas, dan pertanian organik memanfaatkan pekarangan telah dibangun bersama dengan masyarakat di wilayah yang dianggap strategis. Sementara itu, berdasarkan potensi wisata, telah mulai dikembangkan rencana pengelolaan ekowisata dan peningkatan kapasitas masyarakat. Secara perlahan, dialog antara pengelola kawasan, dan masyarakat sekitar kawasan, kini mulai tampak lebih cair.
Masih banyak program yang sedang dalam perencanaan dan belum terlaksana. Komitmen dari tim IMBAU, masyarakat setempat, pemerintah, penyandang dana, mitra kerja dan dukungan berbagai pihak akan sangat menentukan keberhasilan mencapai kondisi yang diharapkan di Rimbang Baling, yaitu kelestarian harimau dan beragam kekayaan hayati yang turut mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.