PERAN KARYA SENI BAGI UPAYA KONSERVASI
Oleh: Sani Firmansyah (Supporter Center Officer)
Alexander Baum Garton mendefinisikan seni sebagai keindahan yang bertujuan positif dan Aristoteles menyebutkan bahwa seni itu adalah meniru alam. Sedangkan konservasi merupakan upaya perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungan dan sumber daya alam. Kedua hal inilah yang dicoba untuk digabungkan oleh kedua siswa sekolah menengah atas, Dwigdi Disksita dari Gandhi Memorial Intercontinental School dan Kirana Nasywadara dari SMA Cikal pada acara pentas seni tari bertajuk “The High Spirited Future Awaits” pada Minggu (23/7) bertempat di GoetheHaus Jakarta. Keduanya percaya dengan memulai langkah kecil dan mengajak serta anak muda untuk menjaga Bumi akan berdampak baik pada generasi yang akan datang.
Menggandeng Panda Mobile WWF-Indonesia, acara ini menyuarakan kondisi Harimau Sumatera. Kegiatan diawali dengan presentasi dan diskusi tentang Harimau Sumatera serta ekosistemnya di alam Indonesia. “Dunia memiliki 9 subspesies harimau. Tiga diantaranya berada di Indonesia, yaitu Harimau Sumatera, Harimau Jawa, dan Harimau Bali. Namun yang tersisa saat ini hanya Harimau Sumatera karena kedua harimau lainnya sudah dinyatakan punah,” terang Pratama Aditya, Koordinator Panda Mobile WWF-Indonesia. “Hal ini bisa terjadi dikarenakan maraknya perburuan dimana seluruh bagian tubuhnya dipercaya sebagai obat tradisional. Ancaman lainnya adalah semakin hilangnya habitat Harimau Sumatera karena perubahan fungsi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit, pertambangan, industri, dan pemukiman warga. Banyak hal mudah yang bisa kita kontribusikan untuk menjaga keberadaan satu-satunya harimau yang tersisa di Indonesia ini, yaitu dengan memulai gaya hidup ramah lingkungan seperti bijak dalam menggunakan kertas dan tisu,” lanjut Pratama.
Usai presentasi, pentas seni tari pun dimulai dengan penampilan balet yang berkisah tentang seorang anak perempuan yang sedih karena melihat alamnya rusak. Dengan tekad yang kuat, dia berusaha untuk mengubah kondisi hutan supaya bisa lebih baik. Anak perempuan itu bersahabat dengan kera hitam. Keduanya kemudian berupaya untuk menjaga keseimbangan alam karena anak perempuan itu percaya bila keanekaragaman hayati di alam dapat terjaga, kehidupan manusia pun akan lebih baik.
“Kesenian dalam hal ini termasuk tari juga memiliki tanggung jawabnya sendiri. Karya seni seyogyanya merupakan manifestasi dari kepedulian manusia atas lingkungannya. Oleh sebab itu, kesenian seyogyanya bukan karya-karya kreatif yang berpikiran atau bermaksud untuk menjadi terkenal atau mendulang uang. Jika kesenian hanya menjadi barang dagangan, maka lingkungan akan kehilangan salah satu medium utamanya dalam menyuarakan keadaan alam. Dan jika lingkungan kita semakin memburuk, manusia pun akan terpuruk. Oleh karena itulah, kami selalu memberi perhatian terhadap kegiatan-kegiatan yang dapat menjaga dan membangun hubungan antara manusia dan lingkungan seperti yang dilakukan kedua murid kami, Kirana Nasywadara dan Dwigdi Diksita sebagai program sekolah bersama dengan WWF-Indonesia. Kesenian seharusnya memperkaya pemikiran dan kreativitas,” jelas Maya Tamara, Namarina Principal & Artistic Director.