PENANGKAPAN IKAN KARANG RAMAH LINGKUNGAN TELAH MENJADI KEBIASAAN NELAYAN SERAYA MARANNU
Desa Seraya Marannu di Pulau Seraya Besar, Kecamatan Komodo, Manggarai Barat, adalah desa yang berbatasan dengan Taman Nasional Komodo. Desa dengan jumlah penduduk kurang dari 500 kepala keluarga ini didominasi oleh rumah tangga nelayan. Tangkapan utama nelayan Seraya Marannu adalah ikan karang, seperti kerapu.
Sebanyak 70% laki-laki usia produktif berprofesi sebagai nelayan. Armada perikanan yang dominan adalah perahu motol tempel dengan alat tangkap yang digunakan berupa pancing beserta modifikasinya.
Sejak tahun 2015, WWF-Indonesia melalui program perikanan tangkap menjalin kerja sama dengan dua kelompok nelayan, yaitu Kelompok Usaha Bersama (KUB) Sumber Rejeki dan KUB Hasil Laut. Kedua kelompok tersebut beranggotakan masing-masing 13 orang, 3 orang sebagai pengurus dan 10 anggota.
Kedua kelompok nelayan ini merupakan warisan program pendampingan nelayan Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Manggarai Barat pada 2014. Untuk membina nelayan dalam menerapkan kegiatan penangkapan ikan yang ramah lingkungan, WWF-Indonesia mendampingi kelompok dalam pelatihan Beter Management Practices (BMP) Perikanan Kerapu dan Kakap.
Rangkaian pelatihan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas nelayan dalam penangkapan dan penanganan ikan kerapu dan kakap secara baik dan benar. Tak hanya itu, kelompok ini juga dibekali dengan pengetahuan tata cara penanganan hasil tangkapan samping berupa hiu sesuai Better Management Practices (BMP) Panduan Penanganan Hiu.
Penyampaian materi BMP pertama kali dilakukan pada tahun 2016 di Desa Seraya Marannu dengan target pendengar adalah seluruh nelayan desa. Selama tahun 2018, dua kelompok dampingan ini secara eksklusif mendapatkan pelatihan kembali terkait BMP untuk praktik penangkapan ikan kerapu dan kakap.
Sebelum BMP disosialisasikan, kami terlebih dulu menilai praktik penangkapan ikan yang dilakukan nelayan, apakah sesuai dengan kaidah penangkapan ramah lingkungan yang ada di BMP. Untuk penilaian awal, praktik penangkapan ikan KUB. Sumber Rejeki sudah 72% sesuai dengan BMP. Sedangkan untuk KUB. Hasil Laut, 73,56% telah sesuai.
Dalam proses pelatihan, nelayan sangat antusias dalam menyimak materi, hal tersebut terbukti dengan aktifnya nelayan memberi masukan berdasarkan pengalaman mereka selama ini, contohnya bagaimana menangani ikan hasil tangkapan yang terkena dekompresi saat proses memancing.
Selain membekali dengan keterampilan dalam penangkapan dan penanganan, kelompok juga diberikan pendampingan mengenai penguatan kelembagaan. Pendampingan tersebut meliputi pembentukan legalitas kelompok dan mengadakan pertemuan rutin bulanan.
Nelayan Semakin Sadar: Mulai Mencatat Hasil Tangkapan
Setelah pendampingan kelompok melalui sosialisasi BMP, terjadi peningkatan nilai sebesar 9-10%. Yang membuktikan nelayan kedua kelompok mulai berproses menuju penangkapan ikan yang lebih baik dan berkelanjutan.
Sebagai contohnya, nelayan mulai mencatat ikan hasil pancing mereka di dalam form logbook yang dibangun bersama. Tujuannya untuk mengetahui tren penangkapan dan musim tangkapan ikan, juga berkontribusi dalam kajian stok sumber daya ikan yang ada di perairan P. Seraya. Harapannya, logbook ini dapat diadopsi menjadi pengelolaan pe