PENANAMAN 3.600 BIBIT MENANDAI DIMULAINYA RESTORASI TAMAN NASIONAL TESSO NILO
Oleh: Syamsidar
Pekanbaru (05/12)-Pada 5 Desember 2009 sebanyak 120 siswa-siswi melaksanakan penanaman dari 3.600 pohon yang direncanakan di Taman Nasional Tesso Nilo. Penanaman pohon yang terdiri dari sepuluh jenis tumbuhan asli hutan tersebut merupakan upaya awal restorasi di Taman Nasional Tesso Nilo. Kegiatan kerjasama Balai Taman Nasional Tesso Nilo dan WWF-Indonesia Program Riau dibuka secara langsung oleh Bupati Kabupaten Pelalawan, Rustam Effendi yang didampingi Ketua DPRD Pelalawan, Agustiar dan unsur Muspida Kabupaten Pelalawan.
Bupati Pelalawan dan Ketua DPRD Pelalawan disambut dengan pengalungan bunga oleh Ria, salah seekor gajah tim Flying Squad (Tim Pengusir Gajah Liar) sesampainya di Taman Nasional Tesso Nilo. Bupati dan rombongan kemudian melanjutkan perjalanan dengan menggunakan sepeda motor ke lokasi penanaman yang berjarak ± 1 km dari akses terakhir. Di lokasi penanaman dilakukan upacara singkat dimana Kepala Balai Taman Nasional Tesso Nilo, Drh. Hayani Suprahman, MSc menyerahkan bibit kepada Bupati Pelalawan yang menandai dimulainya restorasi di taman nasional tersebut.
![]()
|
| Bupati Pelalawan, Rustam Effendi melakukan penanaman di Taman Nasional Tesso Nilo. © WWF-Indonesia, 2009 |
Kepala Balai Taman Nasional Tesso Nilo, Drh. Hayani Suprahman, MSc menyatakan; “Kegiatan menanam pohon di Taman Nasional Tesso Nilo ini merupakan langkah awal untuk merestorasi Taman Nasional Tesso Nilo dari ancaman yang mengganggu keutuhan taman nasional tersebut dan turut mensukseskan Gerakan Menanam Pohon Indonesia”. Ia menambahkan,” Rehabilitasi Taman Nasional Tesso Nilo merupakan bagian dari rencana pengelolaan taman nasional tersebut untuk itu diperlukan dukungan dari stakeholder terkait agar dapat berjalan optimal.”
Dalam sambutannya, Bupati Pelalawan menyatakan, “Saya menyambut baik kegiatan penanaman di Taman Nasional Tesso Nilo dan berharap kegiatan seperti ini akan lebih banyak lagi dilaksanakan”. Ia menambahkan bahwa sudah saatnya upaya restorasi dilaksanakan karena di kawasan hutan kita sebagian kayu-kayunya telah hilang akibat praktek illegal. Ia menekankan bahwa apa yang kita lakukan hari ini akan menentukan masa depan oleh karena itu kegiatan yang dilaksanakan di Tesso Nilo hari ini merupakan upaya nyata untuk melindungi Tesso Nilo apalagi Tesso Nilo merupakan aset Kabupaten Pelalawan.
|
| Kepala Balai Taman Nasional Tesso Nilo, Hayani Suprahman menyerahkan bibit kepada Bupati Pelalawan. © WWF-Indonesia, 2009 |
Keterlibatan langsung generasi muda dalam upaya nyata merestorasi Taman Nasional Tesso Nilo adalah hal yang sangat membanggakan. Kegiatan penanaman pohon ini merupakan rangkaian dari kegiatan pendidikan lingkungan hidup dan pengenalan Taman Nasional Tesso Nilo yang melibatkan siswa-siswi dari 6 SLTA di Pekanbaru dan 2 SLTA di Kabupaten Pelalawan. Pada Mei lalu sebanyak 104 siswa-siswi perwakilan dari delapan SLTA tersebut melaksanakan kegiatan pembibitan tumbuhan asli hutan Tesso Nilo. Sebanyak 400 tumbuhan hasil kegiatan pembibitan tersebut merupakan bagian dari bibit yang ditanam pada kegiatan penanaman pohon di TNTN.
Sementara itu 3.200 bibit lainnya yang ditanam pada kegiatan ini merupakan bantuan dari BP-DAS Indragiri Rokan.Sementara itu, Program Manager WWF-Indonesia Program Riau, Suhandri menyatakan,” Kegiatan seperti ini diharapkan dapat menggerakkan upaya yang lebih besar dari pemerintah dan pemangku kepentingan di Tesso Nilo untuk bersama-sama melestarikan kawasan konservasi ini”. “Tata batas taman nasional yang jelas menjadi satu hal yang penting untuk menghindari tumpang tindih lahan di kawasan tersebut, “tambahnya.
| Siswa peserta penanaman pohon di Taman Nasional Tesso Nilo tengah melakukan penanaman. © WWF-Indonesia, 2009 |
Tesso Nilo merupakan salah satu blok hutan dataran rendah yang masih tersisa di Pulau Sumatera yang terletak di Provinsi Riau. Sebagian hutan Tesso Nilo ditunjuk menjadi taman nasional pada 19 Juli 2004 dengan luas 38.576 ha yang mana sebagian besar berada di Kabupaten Pelalawan. Terdapat dua kantong habitat gajah di kawasan hutan ini yang meliputi kawasan taman nasional dan kawasan di luar taman nasional sehingga perlu dilakukan perluasan untuk dapat mengurangi konflik manusia-gajah. Pada 15 Oktober 2009, Taman Nasional Tesso Nilo akhirnya diperluas berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan nomor 663/Menhut-II/2009 menjadi ± 83.000 ha.
Perluasan Taman Nasional Tesso Nilo merupakan perwujudan komitmen bersama antara Departemen Kehutanan, pemerintah Provinsi Riau dan Kabupaten Pelalawan seperti tercantum dalam Kesepakatan Bersama mengenai Perluasan Taman Nasional Tesso Nilo dan Penanganan Illegal Logging, Perambahan dan Kebakaran Hutan dan Lahan di kawasan Tesso Nilo pada Agustus 2008. Menurut data WWF dan BTNTN, estimasi luasan kawasan yang dirambah di dalam Taman Nasional Tesso Nilo hingga akhir 2008 kurang lebih 8.600 ha. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya nyata untuk memulihkan kawasan yang telah terdegradasi tersebut.
