PELATIHAN PEMANTAUAN TERUMBU KARANG DAN IKAN UNTUK FORUM PULAU WAKATOBI
Oleh: Kartika Sumolang (Fisheries Monitoring Officer, WWF-Indonesia Wakatobi Project)
Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, resmi ditetapkan sebagai kawasan taman nasional pada tahun 2002, sesuai dengan SK Menhut No. 6186/Kpts-II/2002. Kawasan ini memiliki luas 1.390.000 hektar, yang mana 97% wilayahnya merupakan perairan dan menjadi sumber mata pencaharian sebagian besar penduduk Wakatobi. Taman Nasional (TN) Wakatobi juga telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu cagar biosfer dunia karena kaya akan keanekaragaman hayati laut.
Mengingat pentingnya kawasan TN Wakatobi, maka pengelolaan kawasan yang efektif menjadi sangat krusial dalam menjamin ketersediaan sumber daya laut untuk generasi mendatang. Luasnya kawasan yang tidak sebanding dengan sumber daya manusia yang ada, menyebabkan pengelolaan kawasan TN Wakatobi tidak dapat dilakukan oleh pemerintah sendiri. Diperlukan dukungan dan partisipasi masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, maka dibentuklah Forum Pulau untuk mendukung Balai TN Wakatobi dan WWF-Indonesia dalam upaya pengelolaan kawasan TN Wakatobi secara efektif.
TN Wakatobi memiliki empat forum pulau, yang masing-masing mempunyai kesadaran tinggi dalam melestarikan lingkungan. Keempat forum tersebut tersebar di keempat pulau besar, yaitu Komunitas Nelayan Wangi-wangi (Komangi), Forum Kahedupa Toudani (Forkani), Forum Nelayan Binongko (Foneb), dan Forum Komunitas Nelayan Tomia (Komunto).
Pada pertengahan April 2015, WWF-Indonesia berkolaborasi dengan Balai TN Wakatobi berupaya meningkatkan kapasitas sumber daya manusia Forum Pulau Wakatobi, melalui pelatihan pemantauan terumbu karang dan ikan. Pelatihan tersebut diikuti oleh 12 orang perwakilan Komangi, Forkani, Foneb, dan Komunto. Sebelas peserta sudah memiliki sertifikat selam tingkat open water, sementara satu orang sudah memiliki sertifikat selam tingkat advance.
Pelatihan diawali dengan dua kali penyelaman awal yang bertujuan untuk melatih pengetahuan dan kemampuan para penyelam. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian materi metode pemantauan Point Intercept Transect (PIT) untuk terumbu karang, yaitu pengenalan bentuk pertumbuhan karang; serta metode pemantauan visual census untuk ikan, yaitu pengenalan beberapa jenis ikan sampai dengan tingkat genus – hanya ikan target ekonomis sesuai kebutuhan masing-masing forum – serta mengestimasi ukuran ikan. Setelah dibekali materi-materi tersebut, peserta langsung melakukan pratik di lapangan.
Pengetahuan para peserta tentang metode pemantuan terumbu karang dan ikan meningkat setelah mengikuti pelatihan ini. Hal ini terbukti dengan peningkatan hasil pre-test dan post-test sebesar 65%. Peserta terlihat sangat antusias dalam mengikuti pelatihan ini, mereka hadir tepat waktu dan berinteraksi satu sama lain.
Setelah mengikuti pelatihan tersebut, para peserta berharap dapat mengikuti kegiatan-kegiatan berikutnya seperti pelatihan pemantauan lamun dan mangrove sehingga mereka dapat menyebarluaskan ilmu pemantauan tersebut kepada para anggota forum lainnya dan berpartisipasi dalam kegiatan pemantauan resmi bersama dengan Balai TN Wakatobi.