PELAKU USAHA, PEMERINTAH, DAN MASYARAKAT SIPIL DEKLARASIKAN KOMITMEN LINGKUNGAN PADA B4E GLOBAL SUMMIT 2011
Jakarta, Indonesia – Business 4 Environment (B4E) Summit hari ini ditutup dengan dideklarasikannya “B4E 2011 Business Declaration” yang mendukung komitmen Pemerintah dan Presiden Indonesia untuk mengurangi emisi sebesar 26 persen sampai 41 persen pada tahun 2020.
Deklarasi ini dibuat sebagai komitmen komunitas bisnis Indonesia yang hadir dalam B4E untuk mendukung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi setidaknya 26 persen pada 2020, dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 7%.
“Pemerintah tidak dapat bergerak sendiri,dan dampak yang ditimbulkan akan jauh lebih besar, dibandingkan biaya yang dibutuhkan untuk itu bila kita tidak melakukan aksi nyata,” jelas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutannya hari kamis lalu. “Dengan bergeraknya kita kearah pembangunan yang rendah karbon, partisipasi dari masyarakat sipil dan pelaku bisnis sebagai partner strategis akan semakin dibutuhkan untuk mencapai green economy (ekonomi yang lestari). Presiden SBY juga menggarisbawahi komitmen Indonesia untuk mengalokasikan perluasan perkebunan dan kegiatan perekonomian lainnya ke lahan-lahan kritis atau kawasan dengan karbon rendah.
“WWF menyambut baik komitmen kuat yang disampaikan oleh Presiden. Komitmen tersebut merupakan basis bagi para pelaku bisnis untuk bersinergi dengan para pemangku kepentingan lainnya untuk mencapai target pengurangan emisi sebesar 26 atau 41 persen, sebagaimana yang disampaikan pada pertemuan G20 di Pittsburg tahun 2009 lalu,” jelas Dr. Efransjah, CEO dari WWF-Indonesia.
Deklarasi tersebut disampaikan oleh Hatta Rajasa, Menteri Koordinator Bidang Ekonomi.mewakili ratusan peserta konferensi tingkat tinggi yang terdiri dari pelaku bisnis, perwakilan pejabat pemerintah, masyarakat sipil dan LSM.
Komponen penting dari deklarasi tersebut adalah kesepakatan untuk mendukung “Zero Net Deforestation and Forest Degradation (ZNDD)” pada 2020, dan pada saat bersamaan meniadakan produk yang dihasilkan dari pengalihfungsian hutan (bernilai konservasi tinggi)yang penting bagi ekologi pada 2020.
Berdasarkan hasil studi Living Forest Report, yang dirilis oleh WWF pada awal dimulainya B4E hari Rabu, 27 April yang lalu, lebih dari 230 juta hektar hutan dunia akan hilang pada 2050 apabila tidak ada tindakan nyata yang dilakukan. Laporan tersebut merekomendasikan agar pembuat kebijakan dan pelaku bisnis bersatu untuk mencapai target ZNDD pada 2020 sebagai titik tolak global dalam pencegahan perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati.
“Deklarasi ini menjadi bukti adanya kerjasama lintas sektor yang sangat penting bila kita hendak mencegah hilangnya hutan dan memitigasi akibat negative dari perubahan iklim,” lanjut Dr. Efransjah.
Dalam deklarasi tersebut juga tercantum komitmen untuk mengurangi pemakaian sumber daya melalui investasi pada (teknologi) yang hemat energi dan sumber daya, dukungan untuk wilayah yang memiliki tingkat keragamanhayati tinggi, investasi pada penataan perkotaan yang lestari, serta pengelolaan rantai pasokanyang lebih baik.
“Kami akan terus berusaha untuk meyakinkan perusahaan yang bergerak dibidang kehutanan dan perkebunan untuk menerapkan mekanisme yang lestari. Sistem pemerintahan yang baik dan insentif akan memberikan jaminan yang dibutuhkan oleh bisnis untuk beroperasi di lahan kritis,” jelas Rod Taylor, Direktur Kehutanan WWF-Internasional.
Kolaborasi bisnis di Heart of Borneo
B4E Summit diawali dengan Heart of Borneo (HoB) Green Business Day yang diorganisir oleh inisiatif Heart of Borneo WWF. Dalam event ini, para pelaku bisnis dibidang kelapa sawit, kehutanan dan sektor pertambangan berkesempatan untuk bertukar pikiran dan berbagi pengalaman mengenai operasi mereka di Kalimantan.
Adam Tomasek, Pimpinan dari inisiatif Heart of Borneo dari WWF, menyatakan bahwa inisiatif ini berkomitmen untuk melibatkan para pemangku kebijakan dalam upaya konservasi dan pembangunan berkelanjutan di kawasan sebesar 22 juta hektar tersebut.
“Kegiatan Green Business Day yang diselenggarakan oleh HoB ini merupakan perwujudan dari komitmen dan dialog produktif yang dilakukan oleh perwakilan setiap sektor usaha, wakil pemerintah dan masyarakat sipil akan semakin memperkuat pemahaman mengenai tantangan dan kesempatan dalam mencapai pembangunan keberlanjutan.
Ia juga menambahkan bahwa acara tersebut membawa beberapa kemajuan, salah satunya dengan pengumuman perusahaan bubur kertas dan kertas pertama yang menjadi anggota inisiatif Global Forest Trade Network Indonesia.
Catatan untuk Editor
Mengenai B4E
Konferensi Tingkat Tinggi B4E diselenggarakan atas kerjasama antara Global Initiatives, WWF KADIN dan Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia ini bertujuan untuk “menghasilkan solusi kolaboratif untuk menyelesaikan masalah lingkungan dan iklim yang dihadapi dunia saat ini”
Foto terkait B4E summit sejak April 27 hingga 29 dapat diakses di http://www.flickr.com/photos/62243656@N07/sets/72157626482505623/
Informasi lebih lanjut:
Nazir Foead, Direktur Kebijakan WWF-Indonesia, nfoead@wwf.or.id, +62 811977604
Irwan Gunawan, WWF-Indonesia igunawan@wwf.or,id +628128748535