PERAN PENTING EKSPEDISI UNTUK KONSERVASI
Oleh: Natalia Trita Agnika
Keanekaragaman sumber daya hayati yang melimpah tak diiringi dengan kesadaran untuk menjaga dan melindunginya. Alhasil, kondisi lingkungan hidup mengalami kerusakan dan beberapa satwa terancam punah. Berdasar laporan WWF Living Forest Report, jika tren deforestasi saat ini tidak berubah, dinyatakan lebih dari 170 juta hektar hutan dapat hilang pada kurun waktu antara tahun 2010-2030, pada wilayah-wilayah yang disebut sebagai “deforestation fronts”. Salah satu dari wilayah tersebut adalah hutan-hutan di Kalimantan yang setengahnya telah menghilang dalam beberapa dekade terakhir.
Tak jauh berbeda dengan kondisi sumberdaya hayati di daratan, sumber daya di laut pun mengalami berbagai ancaman. Kondisi terumbu karang di perairan Indonesia kini semakin memprihatinkan. Berdasarkan data Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 2011, lebih dari 60 persen terumbu karang Indonesia dalam kondisi rusak. Padahal luas ekosistem terumbu karang Indonesia yang diperkirakan mencapai 75 ribu kilometer persegi, mewakili 15% terumbu karang dunia.
Menyikapi kondisi tersebut, upaya-upaya konservasi sumber daya alam sangat diperlukan. Pentingnya konservasi terhadap sumber daya alam mendorong adanya satu hari yang dikhususkan sebagai peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) yang diperingati setiap 10 Agustus. Peringatan HKAN yang ada sejak 2009 tersebut bertujuan untuk mendukung pengembangan upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. HKAN juga merupakan bagian dari pendidikan dan sosialisasi kepada semua lapisan masyarakat untuk lebih berperan dalam kegiatan konservasi.
WWF-Indonesia sebagai salah satu lembaga konservasi di Indonesia telah melakukan berbagai upaya konservasi. Melalui pengamatan dan penelitian, para peneliti di WWF-Indonesia mengumpulkan data-data yang berguna dalam menentukan langkah-langkah konservasi. Kegiatan pengamatan dan penelitian bukanlah hal yang mudah, apalagi bila mencakup wilayah yang luas dan medan yang berat, seperti halnya di wilayah laut. Perjalanan untuk kegiatan penelitian atau yang lebih dikenal dengan kegiatan ekspedisi ilmiah berperan penting sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan konservasi.
Ekspedisi Kei Besar dan Ekspedisi “XPDCFloresAlor” adalah dua contoh dari ekspedisi yang pernah dilakukan WWF-Indonesia bekerja sama dengan lembaga-lembaga terkait dalam rangka mengumpulkan data-data untuk keperluan konservasi di wilayah laut. Dalam jangka waktu tertentu, tim ekspedisi bekerja keras melakukan pendataan di suatu kawasan. Kelancaran dan keberhasilan ekspedisi akan memengaruhi data yang dikumpulkan. Karena itulah, suatu ekspedisi perlu didukung dengan peralatan dan fasilitas yang memadai.
Untuk kepentingan ekspedisi ilmiah kelautan, WWF-Indonesia memiliki sebuah kapal motor yang telah dioperasikan untuk membawa para ahli kelautan WWF-Indonesia sejak 2004. Kapal motor tersebut adalah Floating Ranger Station Menami yang sehari-harinya beroperasi di kawasan Wakatobi. Menami disebut ""Floating Ranger Station"" karena merupakan markas terapung bagi kegiatan penelitian kelautan WWF-Indonesia.
Namun setelah digunakan dalam sejumlah ekspedisi penelitian, mesin kapal motor Menami mulai melemah dan dalam keadaan rusak. Padahal, diharapkan kapal motor ini dapat beroperasi kembali di Wakatobi dan wilayah sekitarnya dalam waktu dua bulan ke depan guna kegiatan ekspedisi kelautan selanjutnya.
Melalui momentum Hari Konservasi Alam Nasional ini, kita diingatkan kembali bahwa kita dapat lebih berperan dalam kegiatan konservasi. Tak harus turun langsung ke lapangan, kontribusi kita untuk menghidupkan kembali mesin Floating Ranger Station Menami melalui “HELP MENAMI SAIL” juga merupakan upaya nyata dukungan terhadap kerja keras tim peneliti kelautan WWF-Indonesia dalam menyelamatkan dan melestarikan kekayaan hayati di lautan Nusantara. Mari kita beraksi nyata untuk konservasi alam Indonesia. Selamat Hari Konservasi Alam Nasional.