OHOIDERTAWUN EVAV TOUR, PROMOSIKAN PARIWISATA LAUT KEI YANG BERTANGGUNG JAWAB
Oleh: Veronica Louhenapessy
Sebelas orang wisatawan takjub akan keindahan Pulau Bair, sebagian bahkan menyebutnya seperti “Mini Raja Ampat”. Renando Rejaan atau Ido mengingatkan mereka untuk tidak membuang sampah di lokasi serta tidak menginjak karang dan menyentuh biota laut saat berenang. Ido adalah anggota Ohoidertawun Evav Tour, trip operator lokal asal Kei Kecil yang telah memperoleh pembinaan dari WWF-Indonesia.
Semuanya berawal dari keikutsertaan sekelompok pemuda-pemudi Ohoidertawun bersama dengan rekan mereka dari Ohoi Ngilngof dan Ohoililir dalam pelatihan Reef Based Tourism yang diselenggarakan oleh WWF-Indonesia, Mei 2015 lalu. Dalam pelatihan tersebut mereka diajarkan cara mempromosikan objek wisata secara bertanggung jawab dan dibekali dengan ketrampilan.
Beberapa saat setelah pelatihan, kelompok pemuda Ohoidertawun mulai membentuk kelompok dan berjejaring dengan Triptrus — sebuah market place khusus pariwisata yang banyak membantu trip operator lokal binaan WWF-Indonesia — dan kelompok perempuan Bal Sorbay yang juga bergerak di bidang kepariwisataan. Nama manis yang mereka berikan untuk trip operator yang mereka dirikan adalah Ohoidertawun Evav Tour, mengambil nama dari wilayah domisili mereka.
Kerja keras mereka dalam berjejaring dan mempromosikan keindahan Kepulauan Kei membuahkan hasil. Lokasi yang menjadi andalan Ohoidertawun Evav Tour bahkan telah diulas oleh Triptrus.
Tamu mulai berdatangan di Bulan Juli, Agustus dan direncanakan hingga Desember 2015. Tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam untuk menikmati keindahan Kepulauan Kei bersama kelompok Evav Tour. Cukup Rp 2.9 juta per orang untuk paket minimal 10 orang selama 4 hari 3 malam, wisatawan sudah bisa menikmati wildlife watching (burung dan penyu), pantai indah berpasir putih halus, kelezatan kuliner Kepulauan Kei, dan snorkeling.
Dari estimasi pengunjung yang ditargetkan bersama TripTrus hingga saat ini sudah 50% target wisatawan telah melakukan reservasi paket wisata ke Kepulauan Kei untuk September-November 2015. Bagi Ohoidertawun Evav Tour, inisiatif mereka dalam usaha pariwisata ini tak hanya memberikan pendapatan tapi sekaligus menjadi alat untuk memperkuat tata cara pengelolaan alam yang lebih baik. Perlahan pengelola trip menyadarkan masyarakat untuk tidak menggunakan cara yang merusak dalam menangkap ikan. Selain mengurangi populasi ikan, penggunaan bom dan racun dapat merusak terumbu karang, yang mana menjadi andalan pariwisata bahari.
Tidak hanya Pulau Bair yang menjadi tujuan kesebelas wisatawan saat mengunjungi Kepulauan Kei pertengahan Agustus lalu. Mereka juga berkesempatan mengunjungi pemandian alam Evu dan Goa Hawang, Pulau Ngodan, Pulau Ngaf, Pulau Bair, Goa Luvat, Pantai Ngur Tavur, lokasi snorkeling di Pulau Ohoieu dan Pantai Pasir Panjang, serta Bukit Masbait.
Untuk mempromosikan nilai-nilai lokal, para tamu juga di bawa ke komunitas lokal seperti Kelompok Nen Te Idar untuk membeli oleh-oleh berupa makanan khas Kei yaitu enbal, yang terbuat dari jenis singkong yang mengandung racun, namun diolah dengan membuang kandungan airnya sehingga singkong layak dikonsumsi. Enbal bisa diolah menjadi enbal goreng, enbal bubuhuk, enbal lempeng, dan tepung enbal untuk membungkus pisang goreng.
“Saya kagum dengan semangat Ido dan kawan-kawan, walaupun agak canggung. Dan pengetahuan tentang spot-spot wisata di Kei perlu diperdalam lagi,” ujar Fahmi, salah satu wisatawan. Ido pun merasa senang, kerja kerasnya membuat wisatawan puas menikmati keindahan alam Kei. “Banyak sekali yang saya pelajari melalui dampingan WWF-Indonesia, saya bisa menjadi trip operator lokal di Kei, saya pun mendapat lapangan pekerjaan. Yang terpenting, saya menjadi lebih tergugah untuk lebih mencintai alam.”