MERETAS HUTAN UNTUK HARIMAU KERTAS
Hutan Indonesia adalah rumah bagi Harimau Sumatera (Phantera tigris sondaica). Kondisi populasi Harimau Sumatera kian terancam punah, mengingat berkurangnya luasan hutan Sumatera. Sisa hutan Sumatera yang dihitung dari 1985 hingga 2014 adalah 10,8 juta hektar atau tinggal 25% dari total luasan seluruh Pulau Sumatera, jika dihitung, laju kehilangan hutan Sumatera mencapai 500 ribu hektare pertahunnya, atau sekitar satu hektare permenit.
Menurut drastisnya luasan hutan sumatera, sebanding dengan hilangnya populasi Harimau Sumatera, menurut Strategi Konservasi Harimau Sumatera 2007-2017 populasi harimau Sumatera hanya 400 individu, angka inipun dikutip dari IUCN Cat specialist group yang merilisnya pada tahun 2002. Saking langkanya, kucing besar sumatera ini masuk dalam daftar merah IUCN (IUCN Redlist), kategori Kritis atau Critically Endanger (CR).
Bagaimana bisa menyimpulkan angka 400 individu? Angka ini merupakan hasil kesepakatan bersama para ahli Harimau seluruh dunia, caranya para ahli, lembaga konservasi yang bekerja untuk pelestarian Harimau sumatera berkumpul untuk memaparkan hasil sensusnya diberbagai daerah dimana mereka bekerja. Kesepakatannya pada waktu itu -tahun 1992- adalah diperkirakan hanya tersisa 400 ekor di lima taman nasional dan dua suaka margasatwa, sementara sekitar 100 ekor lainnya berada di luar ketujuh kawasan konservasi tersebut (PHPA 1994).
Nah, angka tersebut yang digunakan hingga kini sebagai angka resmi populasi Harimau Sumatera. Indonesia belum menghitung kembali populasi akhirnya, bagaimana bisa menyatakan keberhasilan atau kegagalan dari kegiatan-kegiatan yang disusun dalam strategi tersebut? Angka tersebut bisa saja berkurang mengingat banyaknya kasus-kasus perburuan dan konflik Harimau dengan manusia.
Bagaimana Cara Menghitung Populasi Harimau?
Lantas bagaimana sih cara sensus Harimau Sumatera? Apakah dicari satu-satu kemudian diwawancarai? Tentu saja tidak, mendengar aumannya saja sudah membuat bergidik bulu kuduk dan membuat lemas. Caranya adalah menggunakan metode camera trap, atau kamera jebak, kamera ini dipasang dilokasi-lokasi yang diperkirakan tempat atau rumahnya Harimau ini. Tapi sebelum kita memasang kamera jebak, kita perlu membuat grid pada peta lokasi yang diperkirakan menjadi habitat, kemudian disepakati berapa kotak-kotak grid tersebut yang akan dipasangi kamera.
Cara pemasangannya pun perlu ilmu tersendiri, harus dipaskan dengan tinggi Harimau rata-rata, sehingga bisa menangkap foto seluruh tubuhnya, dan kameranya tidak bisa hanya satu saja, perlu beberapa kamera yang menangkap dari kiri-kanan, depan maupun belakang. Hal ini berguna untuk aktivitas berikutnya, yaitu mengindentifikasi, karena kita tak bisa menghitung Harimau yang kena potret beberapa kali, nantinya dihitung dua kali, hingga angka populasi yang didapatkan jadi lebih tinggi.
Jika sudah dipasang kamera perangkap, lantas bagaimana cara identifikasi Harimau yang satu dengan yang lain? caranya ditelaah dengan seksama hasil foto dengan kamera perangkap, sebab belang Harimau yang satu berbeda dengan Harimau yang lain atau seperti halnya sidik jari pada manusia.
Lantas apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan Harimau Sumatera?
Kemudian pertanyaannya berlanjut, apa yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan Harimau Sumatera? Dari segi habitat, harus ada manajemen yang konfrensif artinya meningkatkan penjagaan dan pengawasan kawasan. Juga memindak tegas dengan hukuman seberat-beratnya bagi para pemburu Harimau sumatera untuk meningkatkan efek jera.
Nah, bagaimana dengan masyarakat di kota, apa yang harus kita lakukan untuk menyelamatkan salah satu kebanggaan Indonesia ini? jawabannya mudah, salah satunya hemat kertas. Mengapa hemat kertas bisa menyelamatkan Harimau? Sebab kertas dibuat dari pohon, makin banyak konsumsi kertas makin banyak pohon yang diperlukan. Banyaknya konsumsi kertas, maka makin banyak pohon yang harus ditanam, bukannya malah bagus tapi kebalikan, pohon yang ditanam adalah pohon akasia, artinya pohon dihutan harus ditebang untuk ditanam akasia ini.
Rata-rata konsumsi kertas di dunia adalah 54,7 kilogram perorang, angka untuk Asia adalah 41 kilogram perorang diluar Jepang. Sementara untuk satu ton bubuk kertas, dihasilkan dari 24 pohon, 32 juta energy BTU’s, menghasilkan 22,219 galon limbah cair dan setengah kilogram limbah padat (1,922 pounds). Jadi tidak hanya hutan yang hilang, tapi juga membuang energi dan menghasilkan limbah (cair dan padat)
Nah, jadi kita bisa selamatkan Harimau Sumatera dengan cara mudah, Cuma hemat kertas. Kalau tidak kita lakukan, jangan kaget, beberapa tahun kedepan cuma bisa menemukan Harimau Kertas!
(Diah R. Sulistiowati - Penulis adalah Koordinator Komunikasi dan Advokasi WWF Indonesia)